Suatu pembunuhan dapat dikategorikan sebagai pembunuhan berantai jika setidaknya dilakukan dua kali oleh orang yang sama—baik individu atau kelompok—pada waktu yang berbeda. Jika penabrak Hoseok dan Tuan Lee adalah sama—dalam rentang waktu tiga belas tahun—kemungkinan pelaku juga melakukan aksi-aksi lain. Benak Hyunji berkabut, kendati belum menemukan bukti keterkaitan kasus keduanya, tetapi intuisi mengatakan pasti ada benang merah di balik kasus yang tengah ia tangani dengan kematian ayahnya bertahun-tahun silam. Lebih cepat kasus Tuan Lee terungkap, maka semakin baik. Bila pelaku adalah penabrak sang ayah, maka tidak ada ampun.
Pukul 10, Hyunji memulai aktivitas penyelidikan bersama Taehyung yang menjemputnya beberapa saat lalu. Mereka pergi ke tempat pemandian umum terlebih dahulu untuk menanyakan seputar pribadi Tuan Lee kepada pemilik usaha itu. Dengan sisa tenaga yang dipunya, Hyunji harus bergegas agar kasus segera tuntas.
SUV metalik diparkirkan di bahu jalan. Hyunji melepas sabuk pengaman sembari menguap dan menyedot atensi Taehyung di sebelah.
"Tidak tidur?" Sang Letnan bertanya cemas.
"Tidur, sebentar. Jam 6, bangun jam 9."
"Selalu begitu," kata Taehyung dengan seringainya. "Apa saja yang kau selidiki semalam?"
"Hmm?" Hyunji menengok malas diiringi helaan napas tidak semangat. "Aku mencari detail sedan itu."
"Kau dapat sesuatu?"
"Cuma hal kecil. Penyok di bumper depan kanan dan mobil itu tidak punya kaca spion kiri."
Taehyung berekspresi serius. "Usaha yang bagus! Petunjuk itu bisa berguna."
"Yah ... semoga. Semoga pelaku belum membawa mobilnya ke bengkel. Huaaa!" Hyunji membuka pintu mobil sambil meregangkan badan. "Kuharap usahaku tidak sia-sia."
Di bawah langit cerah, Hyunji dan Taehyung berjalan tegap memasuki pemandian umum. Mereka menuju loket di mana ada seorang wanita paruh baya berambut ikal khas ibu-ibu, dia tersenyum ramah. Hyunji sedikit membungkuk seraya menyapa takzim, "Selamat siang. Apa Anda Nyonya Oh?"
"Benar."
Hyunji menunjukkan lencana. "Kami dari kepolisian."
Wanita berambut ikal lekas keluar dari ruang sempit yang terhalang dinding setengah kaca dan mempersilakan sepasang polisi yang mendatanginya duduk, sementara dirinya mengambil minuman kaleng di kulkas.
"Aigoo, kupikir kalian ingin mandi, ternyata mau mewawancaraiku." Nyonya Oh memberi dua kaleng soda kepada Hyunji juga Taehyung.
"Terima kasih," kata Hyunji setelah menerima soda.
"Aigoo, kau cantik sekali! Kenapa menjadi polisi? Kau bisa jadi idol daripada bekerja penuh resiko begini."
Taehyung melirik ke arah Hyunji sambil meneguk soda yang baru dibuka. Dia pikir, orang tua di hadapan mereka tidak ada salahnya. Hyunji memang jelita, tapi Taehyung tidak setuju dengan saran kalau Hyunji sebaiknya menjadi idol saja. Tidak ada pemandangan indah lagi di tempat kerja.
"Terima kasih atas pujiannya. Sayangnya, aku tidak ada keinginan untuk menjadi penghibur siapa pun," timpal Hyunji. "Nyonya Oh, tentu Anda sudah dengar dengan apa yang terjadi pada pegawai Anda—Tuan Lee."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOODY BLOSSOM
FanfictionKasus-kasus bermekaran di musim semi dan Hyunji tidak bisa menikmati keindahan musim berbunga itu seperti mandat Hoseok, sang ayah. Namun, kasus kali ini justru menggiringnya mengungkap insiden yang membuat sang ayah gugur. Bersama para rekan satu t...