Keraguan

4 0 0
                                    

"Za!" Panggil Asila kepada Aiza yang di depan gerbang sekolah saat Aiza hendak masuk ke dalamnya

Orang yang dipanggil itu tentu saja menoleh karena dia merasa nama dan suara yang memanggilnya itu dia kenali, walaupun orang tersebut hanya memanggil penggalan terakhir dari nama depannya.

"Tunggu!" Ucapnya yang membuat orang-orang memperhatikan dirinya. Asila tidak peduli, dirinya justru berlari ke arah Aiza. Aiza merasa hari itu akan menjadi hari itu, bukan hari esok tak peduli apa tanggapan orang-orang terhadap dirinya karena yang terjadi sekarang tak mungkin akan orang lain ingat sampai kapan pun. Itulah yang membuat Asila tidak menjadi orang yang gampang kepikiran.

"Ayo!" Ucap Asila sambil menggandeng Aiza menuju kelas

"Dih najong. Lo gak usah gandeng-gandeng gue! Tangan gue bersih." Balas Aiza sambil berusaha melepaskan tangan Asila kemudian membersihkan tangannya yang bekas dipegang oleh Asila

Asila pun langsung berlagak muntah. "Huek!"

"Kenapa lo? Mual? Lo belum sarapan? Atau jangan-jangan..." Ucap Aiza menggantung

Asila mengernyitkan dahinya. "Jangan-jangan apa?"

"Lo hami-" Ucap Aiza yang sengaja digantung olehnya. Asila yang tahu kata apa yang akan terbentuk jika Aiza meneruskan kata tersebut langsung mendorong Aiza. Dorongan Aiza ini berhasil membuat Asila hampir tersungkur ke tanah. Memang benar kekuatan orang di pagi hari pasti full 100%.

"Buset lo! Kenceng bener dorongnya!" Ujar Aiza seraya membenarkan dirinya yang lunglai

"He he."

Tiba-tiba pak Koko pun bersuara dari kejauhan.

"Hei yang di sana! Cepat masuk ke dalam kelas! Bukannya masuk malah dorong-dorongan kayak anak kecil. Dasar anak jaman sekarang sepertinya masa kecilnya kurang bahagia." Ucap pak Koko dengan ringannya sambil berlenggang menuju ruang guru

"Bapak tahu apa soal masa kecil kita?" Cicit Asila

"Hush! Yang ada kita dihukum kalau ngebalas omongannya."

Kemudian Asila dan Aiza pun segera menuju kelas sambil terus menghujat pak Koko.

Sesampainya di kelas Asila dan Aiza sudah dipalak oleh seorang benda yang tak lain dan tak bukan adalah bendahara.

"Bayar lo bedua!"

"Besok ya Cal, gue gak ada duit." Ucap Aiza

"Gue juga gak ada duit." Ucap Asila juga
Calista yang mengetahui mereka berdua ini berbohong langsung membantah. "Gak ada duit atau gak mau ngeluarin duit!"

"Awas ya sampai gue liat lo derdua ada di kantin!"
Asila dan Aiza yang posisinya sama-sama tidak membawa bekal dan mau tak mau harus membeli makan di kanti pun panik.

"Sial mana gue lupa gak bawa bekal." Cicit Asila

"Bisa-bisanya gue nolak mamah bawain bekal." Cicit Aiza

Calista masih setiap menatap Asila dan Aiza.

"Gimana?" Tanyanya

"Yaudah nih anjrit." Ucap Aiza yang mau tak mau dan rela tak rela memberi uang tersebut kepada Calista

Kemudian Asila pun sama halnya dengan Aiza mengeluarkan uang dari saku seragamnya dan memberikannya kepada Calista Sang Bendahara

"Good job! Gue tahu kalian berbohong keliatan dari dorot mata kalian." Ucap Calista dan berlalu dari hadapan Asila dan Aiza

"Shit." Desis Aiza

"Gue acara nolak dibawain bekal lagi sama mamah." Lanjutnya

"Lah gue lupa anjrt bawa bekal." Balas Asila sambil berjalan ke tempat duduk mereka

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From twitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang