14 - Alfino

7 2 0
                                    

Dulu, Aluna sangat suka mendengar suara Alfino. Cowok tampan itu selalu mengeluarkan suara lembut jika bersamanya. Dulu, hanya Alfino yang akan selalu membela nya saat Aluna di jahati orang. Alfino yang tegas dan galak itu selalu bersikap kebalikan nya jika bersama Aluna.

Alfino yang Sabar, Alfino yang perhatian. Apalagi dia adalah sepupu dari sahabat satu-satunya.

Mereka dekat karena Alfino yang selalu saja memberi perhatian lebih padanya, mengajari nya jika sedang kesusahan mengerjakan, menghibur nya saat sedang sedih, dan dia juga yang menjadi orang yang paling Khawatir saat Aluna sakit. Itu membuat Aluna merasa spesial.

Lalu ada satu hari dimana Alfino berjanji akan membahagiakan nya, saat itu Aluna sedang kehilangan.

Alfino lah yang Selalu di sampingnya-terlepas dari adanya Maura yang selalu sayang padanya.

Karena itu Aluna mulai menyukai Alfino dan tanpa di duga jika Cowok itu juga menyukai nya. Lalu, mereka resmi berpacaran saat awal semester 2 kelas 7.

Mungkin Sekarang rasa Aluna sudah semakin besar bahkan Sampai ke tahap cinta, sama seperti Alfino.

Makanya Aluna sangat tidak mungkin memilih jabatan dan cinta.

Aluna sudah pernah berjanji pada seseorang yang sangat di sayanginya.

Mana mungkin dia akan ingkar?

Dan untuk segala masalah itu, Aluna bingung. Lebih bingung lagi saat melihat Bara yang kembali terjun ke dunia gelap nya.

Seperti sekarang. Cowok itu berpamitan untuk balap liar.

Pernahkah Aluna bilang jika Bara sedikit gila? Bisa-bisa nya dia ingin melakukan hal buruk tapi berpamitan pada orang yang notabene nya di suruh mengawasi dia, beruntung Aluna mempunyai stok kesabaran Tiada Tara.

"Jangan!"

"Lo kenapa, sih? Gue konsumsi Pil gak boleh, gue ngerokok juga gak boleh, masa balapan juga gak Boleh?!"

Oke, Sekarang mereka kembali pada mode menyebalkan-bahkan setelah Aluna sempat memeluk Bara yang tadi terlihat rapuh.

Aluna menghela nafas panjang.

"Gue peduli sama Lo, Bar. Ngerti?"

Raut wajah Bara berubah, dia menatap mata Aluna-mencari keseriusan disana.

Memang ada. Bara bisa melihat nya, namun apakah benar?

"Gausah bohong," dengus Bara pada akhirnya, dia mengalihkan tatapan nya pada jalanan di depan.

"Siapa yang bercanda?" tanya Aluna heran, dia melirik Bara.

"Gue serius. Gue beneran peduli dan
Khawatir Lo kenapa-napa."

Bara menatap Aluna lagi, kali ini dia tersenyum tipis.

"Karena Lo di suruh pak Yudha, kan?"

Aluna terdiam.

Bara menjadi mengerti, dia mengangguk pelan lalu merogoh sakunya.

Tangannya bergerak dengan lincah ke aplikasi untuk memesan Taksi.

Tatapan Bara Kembali pada Aluna yang menunduk menatap sepatu nya.

Bara Tersenyum kecil, dia mengangkat dagu Aluna lembut agar mata itu menatap iris hitam nya.

"Pulang Aluna. Gue udah pesenin Taksi."

"Gak mau," tolak Aluna. Enak saja, Aluna tidak akan membiarkan Bara balap liar begitu saja.

"Terus? Mau ikut gue ke Arena?" tanya Bara, dia mengucapkan itu Secara spontan karena sudah lelah menghadapi Aluna, lagipula tidak mungkin juga Aluna mau, dia Adalah anak baik-baik. Maka nya Bara berucap tanpa Fikir panjang.

ALBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang