13 - Dia yang Terluka

6 2 0
                                    


"Nomor yang anda tuju--

Aluna berdecak lalu menghela nafas. Sudah kali ke-10 dia menghubungi Fino namun Nomor cowok yang tak kunjung aktif. Aluna ingin menangis saja rasanya.

Gadis cantik berbalut baju tidur Shinby itu menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil menatap lampu cantik yang sudah di hias di atas langit.

Berat. Aluna bisa merasakan rasanya. Sangat berat menutupi masalah yang bahkan Aluna tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan nya.

Aluna ingin mengadu, tapi Pada siapa selain Maura? Gadis itu tidak ingin Maura ikut pusing dengan masalah nya.

Makanya Aluna selalu bilang baik-baik saja, nyatanya tidak. Dia butuh solusi untuk ini.

Apalagi sekarang ponsel Fino sangat Sulit di hubungi.

"Fino kemana, sih?" gumamnya lirih.

"Nyari siapa kak?"

Aluna menoleh, menemukan sang ibu yang sudah ada di pintu kamar. Seketika dia menepuk Dahinya karena lupa menutup pintu. Aluna bangkit, menggantikan raut muram nya dengan senyum.

"Bukan siapa-siapa, Bu. Cuma Temen OSIS yang ngilang dari Tugas aja," ucap Aluna.

Vita. Nama seorang wanita berumur 40 tahunan yang Masih terlihat cantik di usianya itu tersenyum lalu masuk ke dalam kamar sang Putri.

Wanita yang masih terlihat muda itu duduk di dekat Aluna dan mengelus kepalanya lembut.

"Aluna kenapa?"

Aluna menggeleng, memegang tangan Ibu nya lalu tersenyum.

"Aluna Mau beli Mie ayam deh, Bu. Mau titip, gak?" ucap Aluna mengalihkan topik.

"Mie ayam?" bingung sang Ibu. Padahal tadi anak gadisnya ini sudah makan.

"Laper lagi Bu," cengir Aluna membuat Vita menggeleng.

"Udah malem, Lho. Mau ibu aja yang beli?"

Aluna menggeleng cepat. "Biar aku aja, sekalian cari angin."

"Ngapain cari angin jauh-jauh, nak? Disini kan bisa."

Aluna mengerucutkan bibirnya, mulai lagi deh. Ibunya ini kadang suka jahil.

"Mau Keluar aja Bu. Siapa tau dapet pencerahan dari Tugas yang menggunung."

Untuk alasan itu, Vita terkekeh. Dia Bangkit di susul Aluna lalu mengecup kening putrinya.

"Jangan lama-lama ya sayang."

"Siap Ibu!"

Vita Tersenyum, Tangannya Kembali mengelus kepala sang putri lalu keluar dari kamar tanpa tahu Aluna yang sedang menghela nafas berat.

"Maaf, Bu. Luna cuma gak mau buat Ibu khawatir," lirih Aluna.

*****

"Cantik gak, Bar?"

"Hm."

"Yeu! Di tanyain kok cuma hm, hm, hm."

Bara menatap orang itu tajam beberapa detik. Karena malas, dia kembali menatap ponselnya.

Rafi yang mendengar gerutuan salah satu teman Geng Badboy sontak saja tertawa.

"Bara mah gak bakal suka sama cewek model cantik make up."

"Ya terus?" tanya Seorang cowok berhoodie putih. Dia kan niatnya baik ingin mengenalkan ketua nya itu cewek agar tidak jomblo terus.

ALBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang