3 - Perintah mutlak Pembina OSIS

23 3 12
                                    

Aluna sedang menunggu di depan Ruang BK setelah tadi dirinya mengantar Bara.

Ketua OSIS itu juga tadi melihat orang tua Bara yang raut wajah nya terlihat datar dan menyeramkan.

Gadis itu sebenar nya juga tidak ingin terlalu ikut campur masalah ini. Tapi sekali lagi dia harus sadar jika dirinya adalah ketua OSIS.

apalagi tadi Aluna ada di TKP saat kejadian.

Yah, Aluna tinggal menunggu nama nya di panggil saja untuk menjadi saksi.

Cklek

Suara pintu yang terbuka membuat gadis itu menoleh.

"Aluna, kamu di suruh masuk," ucap seorang guru BK perempuan.

Tuh, kan!

Aluna mengangguk, lalu masuk ke dalam.

Saat Aluna masuk, entah mengapa semua pasang mata tertuju padanya.

"Permisi," ucap gadis itu sedikit membungkuk sopan.

"Silahkan duduk Aluna," ucap Pak Yuda---selaku Pembina OSIS nya.

Gadis itu melihat tempat yang kosong hanya ada di sebelah Bara. Mau tak mau dia duduk di situ dengan tatapan Bara yang tak lepas pada nya.

Aluna menoleh menemukan cowok itu hanya menyeringai.

"Oke, kami sudah membawa salah satu Saksi sekaligus ketua OSIS SMA Aldebaran," info dari Bu Yuni.

Aluna Tersenyum sopan saat orang tua Bara dan juga orang tua Yoga menatap nya.

"Baik," ucap salah satu Laki-laki dewasa Dengan pakaian Formal.

Raut wajah nya terlihat tegas dan garis wajah nya sempurna seperti ... Bara.

"Jadi, nak. Siapa yang lebih dulu memulai masalah?"

Aluna yang di tanyai Seperti itu langsung terdiam bingung. Pasal nya dia juga baru datang setelah Bara hampir ingin memukul Yoga.

Maka dari itu dia menjawab.

"Saya tidak tahu pasti nya pak, jika bapak ingin bertanya saksi, mungkin bisa ditanyakan langsung pada yang melihat dari awal," ucap Aluna.

"Jadi kamu tidak tahu? Tadi kata nya saksi," ucap Satu wanita dengan baju elegan dan mewah. Wajah Wanita itu terlihat sebal.

Aluna menggeleng pelan.

"Gak usah sewot, dong Bu. Sellow," celetuk Bara.

Para guru BK dan para orang tua menatap nya tajam, Bara hanya mengedikan bahu dengan wajah cuek.

"Cuma bilang."

Bu Yuni menghela nafas lelah. Bahkan Bara tidak merasa bersalah sama sekali setelah membuat Yoga masuk rumah sakit.

"Yaudah, jadi begini saja. Ibu dan bapak. Saya tidak akan menuntut Bara, tapi tolong beri dia hukuman yang Jera dan juga tolong awasi dia. Jangan Sampai ada korban lagi selain anak saya."

Semua terdiam mendengar keputusan bijak dari ayah Yoga.

Para guru BK terlihat bernafas lega.

"Baik, Bu. Pak. Kita pasti akan membuat Bara jera," ucap wanita muda nan cantik yang seperti nya adalah Mama Bara.

Terlihat dari bagaimana dia mengelus rambut Bara, tapi cowok itu hanya terdiam dengan pandangan lurus ke depan dan wajah datar.

"Baik, terimakasih banyak, pak," ucap Pak Yuda lega.

"Tidak apa, saya mengerti jika anak muda seperti Bara pasti punya jiwa pemberontak. Begitu juga anak saya," ucap Laki-laki dewasa itu lagi.

Bara hanya mendengus pelan.

ALBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang