•Bab Pertama•

156K 7.3K 126
                                    

Sudut Pandang Pramitha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudut Pandang Pramitha

"Mama! Ih Mama! Kenapa enggak bilang?" tanyaku saat mengunjungi rumah sakit milik Mama.

Mama menutup bukunya lalu menoleh ke arahku. "Enggak bilang apa sih? Mama udah bilang teman Mama itu seorang dokter."

Aku mendesis. "Mas Bram dokter kel*min, Mama!" ucapku memberitahu.

"Emangnya kenapa kalau dokter kelamin?"

Aku mengetuk-ngetuk keningku. Berusaha menghilangkan kerumitan yang sudah terpikir di sana. Masa iya sih, aku harus menikah dengan dokter kel*min. Sehari-hari pekerjaannya melihat kel*min orang lain. Ya, sebenarnya enggak salah. Cuma untuk aku perempuan yang cemburuan dan gemar sekali overthinking tentunya menjadi sebuah masalah besar.

"Nanti dia kepincut perempuan lain."

Mamaku berdecak sebal lantas dia menggeleng pelan. "Ya, enggak mungkin begitulah. Kamu jangan aneh-aneh aja, Mit."

"Enggak ada stok lain, Mah?"

"Enggak ada. Cuma dia yang mau sama cewek manja kaya kamu." Mama berdiri dan bersiap untuk pergi dari ruangan ini karena aku belum selesai berbicara, aku langsung menarik tangannya sehingga dia kembali terduduk.

"Ih, Mama, ih."

"Mama cape deh, Mit. Nyariin kamu jodoh enggak ketemu-ketemu. Sekalinya ada, kamu enggak mau," Mama melepaskan genggaman tanganku, "enggak ada yang salah dengan profesinya."

"Tapi aku takut."

"Terserah kamulah, Mit. Mama masih banyak urusan," Mama berjalan menjauhiku, "anak dibilangin ngeyel. Udah tahu Dokter Bram yang paling terbaik, tapi masih ada dilihat negatifnya," dumelnya sambil berjalan keluar.

Aku terdiam di sini. Duduk di bangku sofa sambil merenung. Umurku masih dua puluh empat tahun, masih tergolong cukup muda dan pada usia ini aku sudah menargetkan diriku untuk menikah.

Untuk mewujudkan keinginanku, aku berusaha meminta bantuan Mama untuk ini. Mamaku sudah hampir puluhan kali mencarikan aku jodoh, tetapi memang belum ada yang cocok denganku.

Alasan penolakanku juga terkadang tidak masuk akal, menurutnya.

Dulu pernah, Mama menjodohkan aku dengan anak dari rekan sesama pemilik rumah sakit. Namun, masa pendekatan kami tidak lama. Aku keburu ilfeel karena tidak suka dengan gaya berjalannya.

Ada lagi, waktu itu aku kencan dengan salah satu anak dari teman sekolah Mama. Pria itu tampan, tetapi ada saja yang membuat aku ilfeel. Ada bekas cabai digiginya setelah kami selesai berkencan. Saat itu juga aku memutuskan untuk tidak ada lagi kencan kedua atau ketiga.

Dan terakhir Mama menjodohkan aku dengan Mas Bram. Pria yang sudah hampir sebulan ini dekat denganku. Aku sudah melakukan tiga kali kencan dan sampai saat ini aku belum pernah ilfeel dengannya.

Istri Manja Kesayangan Mas BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang