•Bab Kedua•

83.5K 6.3K 108
                                    

"Gue dengar-dengar dari Mama, katanya lo enggak mau nikah sama Dokter Bram. Emang iya, Kak?" tanya Bobi, adikku yang baru saja masuk ke dalam dapur. Dia mengelilingi meja makan lantas duduk tepat di hadapanku.

"Gue masih pikir-pikir. Gue enggak mau mati muda gara-gara terlalu sering overthinking."

Bobi berdecak sebal. "Emangnya kenapa sih, Kak? Ada aja hal negatif yang lo cari. Gaya jalan dia jelek? Dia bau ketek? Atau kenapa?" tanyanya.

"Kaga," aku bersandar di kursi lantas menatap langit-langit dapur, "dia dokter kel*min. Gue masih belum terima aja. Gue masih mempersiapkan diri."

Tangan Bobi mengetuk-ngetuk meja menimbulkan suara asing di antara kami. Dia tampak berpikir lalu kembali menatapku. "Menurut gue itu bukan hal negatif, Kak. Cuma lo-nya aja yang terlalu lebai."

"Anj*r dibilang lebai."

"Lo mendingan cepat nikah deh. Kasihan Mama, lo repotin terus. Dia kan wanita karir, sibuk banget. Single parents lagi. Udah gitu anak pertamanya super duper manja kaya lo. Kebayang ga dia se-stress apa?"

Aku menaikkan kedua bahuku. "Gue enggak pernah ngebayangin sih."

Obrolan kami harus terhenti begitu mendengar suara bel yang ditekan beberapa kali. "Noh, Mas calon suami tuh. Kencan deh sana," Bobi bangun dari duduknya, "gue dukung banget Kak lo sama dia. Dia melengkapi lo banget," ucapnya lalu berlalu dariku.

Sepeninggalnya Bobi, aku langsung berjalan ke arah pintu dan menemukan Mas Bram dengan gaya casual seperti biasanya. Kemeja hitam dengan bagian tangan yang digulung sampai siku.

Dia menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pandangannya seperti memindai. "Belum mandi?" tanyanya.

Aku menyengir sambil menggeleng. Wajar saja dia bertanya seperti itu karena saat ini aku masih memakai baju tidur bergambar hello kitty. "Tadi aku bangun tidur, langsung sarapan, dan lupa mandi."

"Mandi sana. Saya tungguin."

"Tapi mandi aku lama."

Dia mengangguk sambil tersenyum tipis. "Saya kalau menjemput kamu selalu menunggu kamu mandi, Mitha. Saya sudah tahu betul kamu mandinya lama."

Aku tertawa kecil. Benar juga ya. Kalau dia menjemputku, aku selalu belum mandi dan berakibat dia menungguku satu jam lebih.

Aku membuka pintu lebih lebar. "Masuk dulu. Tunggu di dalam." Dia mengangguk lalu kami bersama-sama masuk ke dalam ruang tamu.

"Tunggu sebentar ya. Aku mau mandi dulu. Aku mandi dengan menggunakan kecepatan tinggi kok. Jadi mungkin enggak selama kemarin."

Dia duduk di sofa lalu menatapku. "Enggak apa-apa Mitha kalau lama. Saya tetap menunggu di sini."

"Yaudah. Aku lama ya." Dia mengangguk lalu aku berjalan menuju ke kamar mandi yang berada di kamarku dan segera bersiap-siap untuk kencan bersama Mas Bram.

Beberapa saat kemudian, aku yang sudah berganti baju dengan memakai baju  berukat berwarna putih langsung turun ke lantai bawah.

Begitu menyadari kedatanganku, Mas Bram memasukkan ponselnya ke dalam saku lantas tangannya bergerak untuk menggenggam tanganku.

Senyumku melebar.

Dia paham aku banget sih, aku suka pegangan tangan. 

Jadi makin yakin mau nge-accept jadi Mas suami.

Jelajahi Semestanya Istri Manja Lebih Dalam Yuk!

Kenalan sama Karakter Miha dan Bram, Chat AU, dan lain-lain. Semua itu ada di instagram thedarknight_tdn

Istri Manja Kesayangan Mas BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang