•Bab Kedua Puluh Tiga•

36.1K 3.1K 65
                                    

Begitu membaca pesan dari Zia, otakku mendadak keruh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu membaca pesan dari Zia, otakku mendadak keruh. Seolah pikiranku bercabang ke mana-mana. Pikiran negatif mendominasi isi kepalaku.

Aku melirik ke arah Mas Bram, dia masih sibuk sendiri dengan kemudinya. "Aku enggak suka dengan cowok yang suka berselingkuh," ucapku to the point.

Mas Bram sontak langsung menoleh ke arahku. "Kamu bicara apa?" tanyanya dengan kedua alis yang berkerut.

Rasanya aku ingin langsung menyampaikan uneg-unegku sekaligus memberitahukan fakta yang baru saja diberikan Zia. Namun, prinsip percaya yang selama ini dia berusaha tanamkan kepada diriku mendadak menyeruak.

Aku enggak boleh berpikir pendek.

Aku harus telusuri lebih dahulu apakah dia masih suka berselingkuh atau tidak?

Lalu, sebenarnya dia friendly atau genit?

Semua jawaban itu akan terungkap jika aku menelusurinya lebih jauh.

"Enggak, Mas," aku menunjukkan ponselku yang layarnya sudah menghitam, "novel yang aku baca. Cowoknya selingkuh."

Mas Bram berdeham sambil mengangguk. Lalu setelah itu dia kembali sibuk dengan kemudinya, sedangkan aku sibuk dengan pikiranku sendiri.

Sesampainya di rumah, Mas Bram membersihkan dirinya lalu aku menunggunya di dalam kamar. Layar ponselku tiba-tiba menyala dan pesan dari Zia kembali masuk.

ZiaZiziziaaa
(Besplen)

Niat gue cerita begini sih biar lo hati-hati aja
23.08

Itu beneran ga sih, Zi?
Soalnya gue lupa
Lo lagi enggak nge-prank gue kan?
23.08

Beneran
Ngapain gue ngarang
Emangnya gue penulis novel yang suka ngarang
23.08

Tapi gue rada enggak percaya sih, cowok sebaik Mas Bram bisa begitu
23.09

Emang kayanya lo perlu bukti ya
Wait, kayanya gue masih ada foto bareng dia di Facebook
Gue screenshot dulu
23.10

Sambil menunggu Zia, aku membuka aplikasi lain bersamaan dengan Mas Bram yang keluar dari kamar mandi. "Maaf ya lama," ucapnya sambil berjalan ke arahku.

Aku buru-buru mematikan ponselku dan menyambut dia di atas ranjang. "Udah malam banget. Kita langsung tidur aja. Kamu pasti cape seharian." Dia menarikku untuk tidur di atas lengan kokohnya.

Ya, iyalah. Langsung tidur.

Emangnya mau ngapain?

Tanpa menjawab, aku langsung memundurkan tubuhku sehingga tubuh kami saling menempel.

Istri Manja Kesayangan Mas BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang