Aku berjalan ke arah mobil Mas Bram lantas masuk ke dalamnya. Hari ini, aku kembali ikut Mas Bram bekerja sehingga kami akan bersama-sama pergi ke rumah sakit.
"Kenapa pakai baju merah?" tanya Mas Bram sambil memperhatikan penampilanku dengan begitu serius.
"Emangnya kenapa? Aku pengen aja pakai ini."
"Bukan karena masalah kemarin kan?"
"Bukan."
"Oh, yaudah. Gapapa, yang penting kamu nyaman."
"Aku nyaman kok," aku menunjuk ke arah bibirku yang memakai lipstik dengan warna yang senada, "bibir aku seksi enggak pakai lipstik merah?" tanyaku sambil menatap Mas Bram.
Pria itu langsung mengangguk cepat. "Iya. Banget," ucapnya tanpa basa basi.
Suka nih, Mas Suami begini.
Aku tersenyum lebar lantas mencondongkan wajahku ke arahnya. "Mau cobain nggak, Mas?"
"Emangnya boleh?" tanyanya dengan mata berbinar-binar.
Aku mengangguk cepat. "Boleh dong."
Tiba-tiba Mas Bram ikut tersenyum. Dia terlihat senang sekali. "Mau tutup mata atau enggak?" tanyanya sambil memajukan wajahnya.
"Nanti berantakan."
Kedua alis Mas Bram mendadak berkerut. "Berantakan?" tanyanya seperti tidak paham.
"Iya, berantakan," aku mengambil lipstik merah dari dalam tasku, "kan tadi katanya Mas Bram mau cobain lipstik merah aku. Kalau pakainya sambil merem kan bisa berantakan."
Mas Bram terdiam memandangku tanpa berkedip.
"Kok wajahnya begitu?" tanganku mengelus pipinya, "benar kan Mas?"
"Benar," dia menahan tanganku agar tetap di pipinya. "tapi saya mau nyobain lipstiknya dari situ."
Pikiranku mendadak kosong.
Setelah itu Mas Bram mendekat dan, ah, pokoknya begitu deh mirip kaya di film-film. Aku enggak bisa jelasin detailnya. Soalnya malu.
Setelah melakukan ini aku baru tahu, ternyata bukan cuma pakai lipstik dengan menutup mata yang bisa membuat lipstik berantakan, tetapi dengan melakukan anu skala sedang juga bisa membuat lipstik berantakan.
•••
"Mas, dielap dulu itu lipstik aku," ucapku ketika Mas Bram bersiap untuk keluar dari mobil. Dia lupa atau bagaimana ya, masa sedari tadi bekas lipstikku di wajahnya, enggak dia hapus.
"Biarin aja, Mit."
"Ih, Mas," aku menarik bajunya lalu memberikannya tissue, "aku malu ah kalau dilihat yang lain."
"Seharusnya yang malu saya. Bukan kamu."
"Aku juga malu," ucapku merengek.
Mas Bram terkekeh pelan lalu dia mengambil tissue itu di tanganku. "Sudah bersih belum?" tanyanya yang langsung aku respons dengan anggukan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Manja Kesayangan Mas Bram
Romance"Mas, aku kalau tidur harus pegangan tangan." "Kalau aku sedih aku suka minta pelukan." "Aku kalau ngambek harus dibujuk-bujuk." "Aku enggak bisa melakukan apa-apa sendiri. Aku enggak mandiri. Apa-apa harus ditemani." "Aku juga cemburuan, Mas." Bram...