"Kenapa cemberut begitu?" ucap Mas Bram saat dia baru saja memasuki ruangan khususnya.
Aku memberikan tatapan tajam lalu beberapa detik kemudian aku membuang pandanganku. "Enggak."
Derap langkahnya terdengar semakin mendekat. "Kenapa? Hmm?"
"Enggak," ucapku sambil terus membuang muka.
Dia sudah berdiri tepat di depanku. "Marah ya?" tanyanya dengan tangan yang mengelus kepalaku, "saya salah apa?"
"Enggak salah," jawabku ketus.
Dia berjongkok lalu meletakan kedua tangannya di pahaku. "Mitha," dia mendongkak membuat pandangan kami saling bertemu, "eh, kok nangis?" pekiknya panik.
Aku buru-buru mengelap air mataku yang terjatuh. "Enggak apa-apa. Dibilang aku enggak apa-apa."
"Enggak apa-apa, kok nangis?"
Aku mengigit bibir berusaha meredam isak tangisku. Namun, aku gagal. Isak tangisku keluar begitu saja disertai dengan air mata.
"Aku dimarahin Mama!"
Aku membuka tanganku lebar, seakan mengerti Mas Bram langsung menarikku ke pelukannya. "Dimarahin kenapa?" tanyanya sambil mengelus-elus kepalaku dengan lembut.
"Katanya aku udah nikah masih kekanakan," ucapku sambil melesak masuk ke dadanya. Aku membasahi baju Mas Bram dengan air mataku.
"Kok bisa dimarahin begitu?"
Aku melepas pelukannya sepihak lalu aku menunjuk ke arah hidungku. "Enggak bisa napas, Mas."
Kalau lagi nangis, biasanya hidungku tersumbat sehingga aku tidak bisa bernapas dengan lancar.
Mas Bram langsung mengambil beberapa helai tissue lalu memberikannya kepadaku. Aku mengambilnya lalu mengelap hidungku dengan itu. "Sudah?" aku mengangguk lalu dia mengambil tissue bekasku dan membuangnya ke tong sampah.
"Cerita lagi," ucapnya sambil kembali menarikku ke dalam pelukannya.
"Aku dimarahin Mama gara-gara ngadu tentang Dokter Rani."
Kedua alis Mas Bram tiba-tiba mengerut. "Dokter Rani?"
"Iya!" ada jeda sebentar, "aku enggak terima ya Mas tadi dia bilang aku keponakannya Mas Bram. Jelas-jelas tadi tangan kita bertautan."
"Kan dia enggak tahu. Biarin aja."
"Enggak! Enggak bisa dibiarin! Aku enggak terima," aku membasahi bibirku yang kering, "terus aku ngadu ke Mama. Mama nanya penampilan aku kaya gimana, aku bilang tema baju aku hari ini hello kitty. Terus Mama bilang aku kekanakan."
Mas Bram terdiam. Dia tidak memberikan respons apapun selama beberapa detik.
"Padahal kan kata Mas Bram aku lucu," aku mendongkak menatap matanya, "iya kan, Mas?" tanyaku meminta pengakuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Manja Kesayangan Mas Bram
Romance"Mas, aku kalau tidur harus pegangan tangan." "Kalau aku sedih aku suka minta pelukan." "Aku kalau ngambek harus dibujuk-bujuk." "Aku enggak bisa melakukan apa-apa sendiri. Aku enggak mandiri. Apa-apa harus ditemani." "Aku juga cemburuan, Mas." Bram...