•Bab Kesembilan Belas•

44.3K 3.8K 171
                                    

Aku mau cerita, tapi aku malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mau cerita, tapi aku malu. Hmm, tapi enggak apa-apa deh. Aku cerita dikit.

Aku enggak menyangka, aku yang awalnya ngotot banget enggak mau melakukan anu dalam skala besar, tetapi nyatanya aku sendiri yang meminta Mas Bram untuk melakukan itu.

Kenapa ya? Aku enggak tahu. Mungkin saat main dokter-dokteran sungguhan, aku terbawa suasana. Lagian dia kan sudah menjadi suamiku, ya enggak apa-apa. Dapat pahala malah.

"Tadi aku sakit, tetapi sekarang semakin sakit," rengekku sambil mengerucutkan bibirku.

Mas Bram terkekeh lagi lalu dia mengambil ponselnya. "Sebentar, saya belikan obat untuk peredanya."

"Iya. Pakai jasa ojek online aja, Mas."

"Iya. Memang pakai itu. Saya enggak mungkin meninggalkan kamu sendirian.."

Gemes banget Mas Suami.

Mau gigit lagi rasanya.

Setelah Mas Bram memesan obat, pria itu meletakkan ponselnya di meja lalu kembali terfokus denganku. "Terima kasih ya, Mitha. Sudah menjaganya untuk saya."

Aku hitung-hitung, ini sudah ke dua puluh empat kalinya Mas Bram mengucapkan terima kasih. Rasanya aku bosan mendengar kata itu yang terlontar dari bibirnya. Malas juga untuk meresponsnya.

"Iya, Mas. Aku udah berkali-kali bilang sama-sama."

"Saya senang sekali tahu."

Aku meliriknya sekilas. "Aku tahu. Dari tadi mata Mas berbinar-binar."

Dia tersenyum lebar lalu mengelus pipiku. "Sekali lagi, terima kasih."

"Aku malas responsnya," aku berbalik lalu menjatuhkan kepalaku di tangannya, "mau tidur."

"Kamu belum sarapan," mata pria ke arah jam dinding, "sekarang sudah jam makan siang."

"Iya, lapar. Tenaga aku sudah dikuras habis."

"Mau makan apa?"

"Apa aja."

"Ayam goreng?"

"Nasi goreng aja." Aku mendadak ingin nasi goreng yang tadi Mas Bram buat. Kayanya enak, tapi tadi aku enggak nafsu makan.

"Saya buatkan ya?"

"Iya."

"Tunggu di sini. Jangan tidur."

"Iya." Mas Bram turun dari ranjang lantas bergegas ke dapur.

Udara siang ini terasa begitu dingin karena di luar sana sedang hujan. Kalau dingin-dingin begini, enaknya memang tidur. Mas Bram sepertinya masaknya lama, untuk itu aku memilih memejamkan mata sambil menunggu kedatangannya.

"Mitha, bangun. Mitha," panggil Mas Bram sayup-sayup masuk ke dalam indra pendengaranku.

Aku mengerjapkan mata dan langsung melihat wajahnya yang sedang tersenyum. Manis banget Mas Suami. "Ngantuk, Mas."

Istri Manja Kesayangan Mas BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang