siapa yang datang

48K 4.2K 5
                                    

"Iya menikah, sebenarnya kapten Aron bukan cuma orang tua nya saja yang mendesaknya untuk segera menikah, tapi Komandan kami juga menyuruhnya untuk segera menikah,agar bisa memenuhi syarat jika ia mau naik jabatan nya" jelas Raza.

"Oh begitu, tapi siapa juga yang mau nikah dengan orang seperti itu, ganteng sih, tapi terlalu arogan banget,"

"Walau terlihat dingin, kapten orangnya sangat baik kok, dia aja yang susah menunjukannya," ucap Raza.

Sementara itu Hazel tidak istirahat, ia melihat beberapa bangunan yang hancur karena gempa, saat sedang melihat-lihat Hazel terdengar suara.

"Tolong,to..long," rintih suara anak kecil.

Hazel mencari sumber suara tersebut,namun belum menemukannya.

"Tolong," rintihnya lagi.

Dan mata Hazel terbelalak melihat anak kecil yang tertimpa batu batuan besar akibat rubuhnya bangunan rumah.

"Ya Tuhan, gimana ini tunggu sebentar ya dik kakak coba tolong kamu," ucap Hazel lalu perlahan-lahan mengangkat batu yang menimpa anak kecil itu, namun apa daya tenaga Hazel tidak sekuat itu, Hazel malah menangis melihat batu yang ia angkat sama sekali tidak tergeser, ia sudah mengeluarkan semua tenaga nya, tanpa memperdulikan tangan nya yang sudah terluka karena terlalu kuat menggenggam batu batu an tajam tersebut, tiba-tiba sepasang tangan membantu mengangkat batu tersebut, dengan sebentar saja ia mampu menggeser batu tersebut, ya karena yang membantu itu kapten Aron, anak kecil itu berhasil di selamatkan, Aron langsung menggendongnya membawanya untuk segera di obati, tanpa sepatah kata pun untuk berbicara kepada Hazel.

"Eh ya ampun banyak banget luka nya," ucap Nomi yang melihat anak kecil itu dan segera mengobati nya.

"Dokter Hazel tanganmu," ucap Raza yang melihat tangan Hazel penuh darah, Aron pun baru sadar bahwa Hazel terluka.

"Gapapa kok," ucap Hazel menyembunyikan tangannya.

Aron mengambil kotak obat, dan langsung menyeret Hazel ketempat yang agak jauh dari Nomi dan Raza.

*Aron POV*

Hari ini aku memutuskan untuk tidak terlalu terlibat terhadap Hazel, mengenai sikapku tadi malam sepertinya aku sudah di luar batas, aku tidak boleh bertindak berlebihan lagi terhadapnya, pagi ini dia memberikanku makanan yang terlihat khusus untukku, aku tidak bisa menerima nya dan aku berikan kepada Raza, ia pun mengetahui nya dan dia lumayan pintar juga sih langsung paham maksudku, dan tidak mau bicara lagi padaku, akhirnya dia tidak peduli lagi padaku, pekerjaan di desa cukup berjalan dengan baik, aku menjalankan tugasku dan dia juga menjalankan tugasnya, sampai waktu nya istirahat, aku tidak ingin bersatu dengannya, aku memilih berjalan-jalan, namun siapa sangka ternyata aku menemukannya lagi, sedang berusaha menolong anak kecil, dan spontan saja aku juga ingin menolong anak itu, kami juga tidak bicara satu sama lain, bahkan aku pun tidak menyadari dia juga terluka, tangan kecil nya berlumuran darah, aku berusaha sekuat tenaga agar aku tidak melakukan tindakan yang lebih lagi, tapi aku tak kuasa aku tidak bisa melihat nya membiarkan luka nya, ini seperti sikap peduli sesama manusia kan ya?aku tentara, wajar kan kalau peduli dengan orang lain, aku tidak bertindak di luar batas kan?.

Aron mengobati luka Hazel tanpa bicara sama sekali, Hazel melihat ke wajah Aron yang begitu serius mengobati nya, selesai mengobati Hazel Aron langsung mau pergi namun Hazel menahannya dengan memegang lengan Aron.

"Apa aku melakukan kesalahan?kenapa kapten seperti ini?aku tau kapten memang membenciku, tapi tidak bisa kah kita tetap berkomunikasi?apa aku salah membuatkanmu sarapan, apa kapten jadi sangat malu terlihat dekat denganku?"

"Ya," jawab singkat Aron, menepis genggaman Hazel

"Kenapa?" tanya Hazel dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Aku benar-benar risih aja, ketika harus berdekatan dengan perempuan sepertimu, menyusahkan, tidak bisa menjaga diri, banyak tingkah, dan manja, jadi menjauhlah dariku sejauh mungkin agar tidak menyusahkanku," ucap Aron dan meninggalkan Hazel.

Hazel meneteskan air mata nya.

"Apa ini, kenapa air mataku jatuh hahaha aneh sekali ,padahal yang ia katakan itu fakta, kenapa terasa sakit sekali di hati ini, aku hanya ingin berteman dengannya, tidak ada niatan untuk menyusahkannya sama sekali, padahal dia semua yang bertindak semaunya, hmm yasudahlah kalau memang aku ini beban banget untuknya, aku sebaiknya tidak berhubungan dengannya, dan tidak bisa tinggal di rumah itu lagi, ah menyebalkan harus mencari rumah," keluh Hazel.

Nomi dan Raza sudah selesai mengantarkan anak kecil yang terluka tadi ketempat kepala desa di sana, dan mereka pun sudah siap untuk pulang sekarang.

"Hazel nya mana?" tanya Nomi ke Aron melihat kedatangan Aron yang sendirian.

"Disini," ucap Hazel dengan riang menutupi perasaan kacau nya tadi.

"Kirain menghilang kemana, yok kita jalan pulang," ajak Nomi.

"Ayo," ucap Hazel.

"Semangat banget Dokter Hazel," ucap Raza.

"Iya dong hari ini kan terkahir kita disini, akhirnya bisa pulang ke rumah juga kan," ucap Hazel.

"Oh iya baru ingat, ini hari terakhir kita gak nyangka ya Dok, kita jadi satu tim gini," ucap Raza.

"Duh Raza, apaan sih kalau lagi ngobrol santai gini tapi kamu selalu panggil Dok Dok mulu, panggil Hazel aja gapapa kok kita kan udah kenal jangan kaku kaku banget," ucap Hazel.

"Oke Hazel," ucap Raza.

"Gitu dong enak di dengar," ucap Hazel.

"Tanganmu terluka parah?" tanya Nomi.

"Luka kecil kok," jawab Hazel.

"Habislah kamu, pasti  diomelin Dokter Wisnu lagi, pulang-pulang selalu membawa luka," ucap Nomi.

"Cukup pasrah aja kalau dimarahi sama Dokter Wisnu, udah biasa," ucap Hazel.

"Makanya jangan terluka Zel,hobi banget bikin orang khawatir,"

"Jangan terlalu banyak ngobrol, kita gak ada waktu istirahat lagi di perjalanan, jadi jangan buang-buang energi kalian untuk hal yang gak penting," ucap Aron memecah suasana.

"Dih perusak suasana aja," bisik Nomi kepada Hazel.

"Sstt gak boleh gitu," ucap Hazel.

Aron memang benar-benar menepati ucapannya dengan tidak ada istirahat menuju jalan pulang, Nomi dan Hazel udah terlihat kelelahan.

"Nomi masih bisa jalan?atau mau saya gendong?" tanya Raza.

"Modus," jawab Nomi.

"Kamu kalau memang capek gapapa, minta tolong Raza," ucap Hazel.

"Nggaklah aku masih kuat kok," ucap Nomi.

Tak lama kemudian ia menyerah dan dengan terpaksa mau menerima bantuan Raza.

"Ini terpaksa ya bukan karena aku mau," ucap Nomi.

"Iya deh iyaa terpaksa, yang penting Nomi gak kecapekan," ucap Raza lalu tersenyum ,lalu Aron dan Hazel jalan berdua berdampingan di karenakan Raza jalan lebih cepat, merasa suasana yang canggung Hazel langsung menyusul Nomi dan Raza, akhirnya mereka pun sampai di tenda, sampai di sana ternyata distributor obat dan perlengkapan lainnya sedang datang memberikan obat dan perlengkapan di tenda,saat Hazel ingin menyapa Distributor obat dan ingin menanyakan obat yang ia pegang,betapa terkejutnya Hazel ketika melihat si pemilik.

"Hazel kamu disini juga?" ucap Laki-laki itu.

Seketika kotak obat yang Hazel pegang terjatuh dan membuat Aron melirik ke arah nya..

 Aron(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang