24

1.8K 270 7
                                    

Di perseteruan itu, Takemichi segera dibawa oleh Sanzu dengan mobil, Mucho segera mengemudi dengan cepat. Dia mengeluh sakit perut dan kram sedikit karena bentrokan langsung mereka atau dia tidak sadar terjadi benturan saat Hanma menariknya keluar dari mobil.

Takemichi bahkan baru mengingat putranya yang tidak mengikuti mereka saat setengah perjalanan.

Bocah bermata biru itu pasti ingin melihat sendiri bagaimana Ayahnya menaklukkan Hanma.

Benar.

Siapa sangka, Hanma dan yang lain mencegat saat Toman sedang dalam perjalanan ke Osaka. Takemichi memegang lengan Sanzu dengan keringat serta wajah pias di kursi penumpang.

Lebih baik fokus pada ini dulu, pikirnya.

Sanzu dengan wajah sama pucatnya hanya pasrah ketika lengan itu di cengkram kasar untuk mengalihkan rasa sakit, beruntung tak lama kemudian mereka tiba di rumah sakit. Mereka bergegas memasuki rumah sakit dan membawanya dengan panik. Mucho memarkirkan mobil dulu sebelum mengikuti Sanzu dan bertanya ke para perawat.

Keduanya menunggu di luar ketika erangan kesakitan dari Takemichi perlahan tenang.

Beruntung itu berakhir baik-baik saja dan bukan sesuatu yang menganggu.

Sanzu dan Mucho berjaga-jaga di depan sampai setengah jam berlalu dan melihat bangsal takemichi di pindahkan.

"Kemana kalian akan membawanya?" Sanzu bertanya, mengikuti seorang perawat beta diikuti oleh Mucho.

"Kita akan membawanya ke dokter Lin untuk cek lebih lanjut," kata perawat beta. "Apakah kalian keluarganya?"

"Kami hanya Kawanan Pack-nya, dia adalah Omega pemimpin kami."

Beta itu tersentak, "Ah... Begitu! Hasil pemeriksaan tubuh baik-baik saja tidak ada yang salah tapi mungkin berbeda informasi oleh dokter Lin, maka dari itu kami memindahkannya."

"Dokter Lin itu...?"

"Ginekolog rumah sakit kami."

Mata hijau Sanzu melebar, Takemichi yang tertidur sebentar terbangun merasakan ranjang bangsalnya di dorong lembut.

"Bagaimana perasaanmu?" Mucho bertanya.

"Aku baik, terimakasih sudah membawaku kesini Mucho-kun, Sanzu."

Keduanya bersenandung kecil.

Mereka sampai di depan ruangan, keduanya segera keluar dan menunggu kembali ketika seorang dokter tersenyum padanya masuk dari arah luar.

Takemichi mengenalnya, "Kita bertemu lagi."

"Ya, sungguh Takemichi-kun sudah 6 tahun bukan?" Dia tersenyum, mulai menggunakan sarung tangan. "Bagaimana kabar Rei kecil?"

"Dia baik, sudah tumbuh besar." Jawab Takemichi lelah, pakaiannya di bagain perut di buka olehnya dengan tatapan biru besar bertanya-tanya tapi dengan tenang mengikuti prosedur sampai benar-benar dinyatakan sesuatu.

Dokter Lin menggerakkan tongkatnya ke atas perutnya, melihat ke layar. Setelah beberapa saat, dokter berkata, "Hah itu..."

Mata Takemichi melebar. "Apa?" Apakah ada yang salah?"

"Yah, ada satu." Dokter menunjuk ke sebuah titik di layar, "Benar... Ada satu." Menggeser tongkatnya. "Selamat, Takemichi."

Sebuah suara latar dari langkah besar lari di koridor rumah sakit, membuka pintu dan berseru. "Ada?"

Manjirou berdiri di ambang pintu, tampak bergoyang di tempat, salju mencair di bahunya. Takemichi bergumam, "Manjirou." Pria itu masuk ke kamar dan duduk di kursi di sebelah meja. "Manjirou, kau baik-baik saja? Apakah kau terluka? Kau menang? Bagaimana Reiji?"

Manjirou menertawakan banyak pertanyaannya. Dan mengabaikan sisa yang tidak perlu, "Dia baik baik saja. Tapi, kita punya satu lagi?"

Takemichi mengangguk. "Tampaknya begitu." Dia mengulurkan tangannya untuk diambil Alpha. "Bagaimana perasaanmu tentang itu?"

Alpha meraih kedua tangannya, menekan buku-buku jarinya ke dahinya. "Ini akan menjadi tantangan, tapi kami bisa melakukannya. Aku di sini kali ini. Aku mencintaimu, aku mencintai putra kita, dan aku akan mencintai anak kita yang lain."

Air mata Takemichi jatuh di sisi wajahnya dan dia mengutuk kecil, oh dia kembali menjadi cengeng. "Sial, kenapa aku menangis begitu banyak?"

Dokter Lin tertawa, "Kau hamil sayang, itu sebabnya." Dia memberi isyarat agar Manjirou berjalan kearahnya dan berkata, "Sano-san, Aku Dokter Lin. Aku Ginekolog Takemichi-kun dan Aku melihatnya selama kehamilan pertamanya. Senang bertemu dengan mu."

"Demikian juga," Manjirou mengangguk.

"Seperti yang aku tunjukkan kepada Omega anda sebelumnya, ini bayi anda." Dia mematikan mesin dan menyeka gel dari perut Takemichi. "Aku akan mencetak ini untukmu. Semuanya terlihat bagus Sano-san, Selamat."

Obdisian gelap Manjirou berkaca-kaca, menatap wajahnya dengan cepat menyeka air mata di sudut matanya. Ia memegang lengannya dan menciumnya penuh kasih sayang. "Terimakasih, Takemitchy."

Takemichi yang menangis, memeluknya erat. Tertawa kecil diantara isaknya, "Kita berhasil, bukan?"

"Hmm... Kita berhasil."

Di dalam ruangan terisi oleh aroma keduanya, Sang dokter tidak sanggup menyela karena ini pertama kalinya Takemichi tidak menangisi keadaannya karena kehamilan, karena sekarang ada Sano Manjirou atau Alphanya disisinya.

Terbayar sudah, pikirnya.

Di masa depan, mereka hanya tinggal menunggu hari untuk menyambut bayi yang lain.

Yang tersayang, bayi mereka.

Putra Sano lainnya.






TBC,
Purwakarta,
22/December/2021

🄱🄰🄱🅈 🅁🄴🄸🄹🄸 -TAMAT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang