O3일; love potion

733 104 110
                                    

𝙈𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 𝙗𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜; 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙂𝙪𝙧𝙪-𝙢𝙪. 𝙏𝙖𝙥𝙞, 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜; 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙝𝙖𝙩𝙞 '𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙪, 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖.

Ada satu hobi 'aneh' yang belakangan ini Taehyung lakukan sejak tangan kanannya dibalut perban—yaitu mencorat–coret belakang buku dengan tangan kiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada satu hobi 'aneh' yang belakangan ini Taehyung lakukan sejak tangan kanannya dibalut perban—yaitu mencorat–coret belakang buku dengan tangan kiri. Kenapa disebut aneh? Tentu, karena ini bukanlah gaya seorang Kim Taehyung yang biasanya lebih suka menghabiskan waktu di luar rumah.

Lebih patut disebut kebiasaan aneh karena coretan abstrak di halaman paling akhir hanya berisi dua nama; Bae&Tae. Di mana–mana. Lalu, diikuti sketsa kasar sepasang pengantin yang dinamai serupa.

Mengkhayal saja dulu, kenyataan nanti bisa diatur—anggapnya demikian.

Sedikit menyesali diri kenapa gips—sialan ini, katanya—harus dilepas besok. Ia jadi tidak punya alasan lagi untuk mangkir dari mencatat hal–hal yang tak penting di papan tulis. Menurutnya. 

Deheman Taehyung berakhir di meja belajar. Punggungnya bersitegak, seolah berbicara pada seseorang. Mungkin. "Guru Bae, mau menikah denganku?"

"Ehem! Tidak. Ulangi. Ehem! Ehem!" Beberapa kali Taehyung mengatur nada suara lewat deheman. Kembali bersikap semula. "Guru Bae, menikahlah denganku." Membayangkan nya saja Taehyung sudah terkikik sendiri. Astaga, ada–ada saja anak muda satu ini.  "Aku tidak menerima penolakan. Detik ini juga, kita harus menik—"

"Aku mau."

Menolehlah ia, mendapati suara barusan sangat jelas di telinga kanan. "Astaga, Ibu!" Lonjakan kaget dari kursi turun membuat wanita Kim itu berlaku hampir serupa.

Mengerjaplah Nyonya Kim. "Tanganmu sudah bisa menulis, sayang?" Mencoba melongok ke arah buku yang sedang terbuka, namun buru–buru digeser dengan buku yang lain oleh sang putra. "Jangan memaksakan dirimu dulu."

"Ibu, ada perlu apa?" Sedikit mengalihkan perhatian, kesempatan itu ia gunakan menarik buku 'dosa' tadi ke balik punggung. Segera dimasukkan ke laci.

Setelah mengacak pelan rambut Taehyung, Nyonya Kim menggeleng manis. "Tidak, Tae. Tadi Ibu mau meminta tolong membeli telur, sepertinya adonannya kurang. Tapi, melihat putra Ibu kelihatannya sibuk belajar," ujar beliau sambil menaik–turunkan alis, "... ya sudah, Ibu saja yang mem—"

"Tidak sama sekali, Bu!" potongnya buru–buru. Ini spekulasi yang sedikit baik daripada Ibunya bisa saja bercerita tentang perilaku anehnya pada Tuan Jung—seperti lalu–lalu. Tidak! Tidak! Satu Desa tidak boleh tahu perangai anehnya akhir–akhir ini! "Aku saja yang beli, Bu," tawar Taehyung.

"Benarkah? Bukankah kau sedang latihan drama tadi? Drama apa itu? Tentang melamar wanita, atau—"

"Bukan apa–apa, Bu! Aku pergi dulu!" pamitnya setelah segera merapikan meja belajar. Astaga, hampir saja ketahuan! Bukan latihan drama, sih. Lebih tepatnya simulasi untuk calon menantu Ibu nanti. Taehyung menahan pipinya yang hampir menaik sambil meraih uang di meja dapur.

take you home. [vrene] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang