12일; this love

463 84 52
                                    

𝙅𝙞𝙠𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖, 𝙠𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙞 𝙙𝙞𝙗𝙞𝙖𝙧𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖?

𝙅𝙞𝙠𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖, 𝙠𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙞 𝙙𝙞𝙗𝙞𝙖𝙧𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sebenarnya ... aku sudah tahu ... sejak lama."

Pada tepi kolam yang diisi beberapa ekor ikan air tawar, dua remaja terduduk pada bebatuan. Hanyut dalam pemikiran masing–masing. Salah satu melemparkan perhatian pada air mancur, sementara yang lain beralih pada area berbeda.

Jemari Jisoo bergerak tak nyaman di pangkuan. Sedikit melirik lengan yang dibalut perban, seakan ragu atas ucapan selanjutnya. "Satu malam di mana aku mengantar pesanan ke rumah Nenek Shin, aku tak sengaja melihat ... Guru Kim ... mencium Guru Bae. Tapi, Guru Bae langsung mendorongnya. Wajah itu terlihat sangat marah, tangannya hampir  menampar Guru Kim. Tapi, panggilan Nenek Shin dari dalam rumah ... membuat mereka kembali ... menjaga jarak."

"Maksudmu?!" tanggap Taehyung kaget.

Jisoo mengangguk samar. "Lalu, beberapa hari setelahnya. Itu terjadi saat aku mendatangi Guru Kim, untuk meminta bantuan pekerjaan rumah...."

.

.

.

Paper bag biru itu berayun menyelaraskan langkah Jisoo menuju salah satu rumah berpagar oranye. Sesekali seulas cekungan terpatri pada bibir gadis berbando tersebut. Belum sempat menekan bel, satu presensi menyambut pandangan lewat pintu yang terbuka.

"Kim Jisoo? Ku pikir kau tak datang."

Senyuman ramah itu membuat Jisoo membalas serupa. "Guru Kim ... ada janji, kah?" tanyanya sungkan, sembari mengikuti Joonmyeon masuk ke rumah. Sedikit menyadari bahwa tampilan pria Kim terlihat rapi sore itu.

"Tak jadi." Joonmyeon mengangkat bahu enteng, mempersilahkan sang tamu pada dudukan sofa. " Lagipula, kau sudah datang. Oh, sebentar—" Manakala jemarinya terulur menyelipkan rambut Jisoo ke balik telinga, membuat sang gadis terperanjat kecil. "Anting yang bagus. Sangat cocok untukmu."

Suara itu terdengar jelas di telinga, terlebih menyadari jarak mereka yang teramat dekat. "Terima kasih, Guru Kim," sahutnya kikuk. Membuat pria bersurai hitam tersenyum renyah atas respon barusan.

Namun, satu pasang mata terlalu jeli mendapati sesuatu yang berkilau di jari manis saat Joonmyeon menurunkan tangan kembali. Seperti ia tak pernah melihat itu sebelum–sebelumnya, atau ... ingatannya saja yang keliru? Kepala Jisoo berargumen di dalam sana.

"Cincin yang bagus, Guru Kim."

Gantian, Joonmyeon yang terperanjat singkat. Ingin menyembunyikan tangan ke sisi lain. Tapi, gadis di sebelahnya terlanjur menyiratkan keingintahuan lewat kerjapan. Ia berdehem. "Kim Jisoo, apa kau bisa menjaga rahasia?"

take you home. [vrene] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang