"Iki seneng, Kakak banyak senyum pas ketemu Iki kaya sekarang, kalau dateng sama Mama, kakak gapernah senyum. Iki gasuka, Iki suka liat Kakak senyum."
Mendengar perkataan Riki, membuat Sean tertegun.
Sean mengarahkan pandangannya kepada Hala, terlihat gadis itu yang tersenyum kecil sambil mengusap pelan rambut hitam milik Riki.
Sean makin dibuat pusing dengan pikiran nya yang bercabang mengenai kondisi Hala dan kedua orangtuanya.
Tak terasa hari semakin sore, Hala memutuskan untuk pamit pulang, lagipula Riki harus kembali berlatih sore ini.
Riki mengantar Sean dan Kakak nya ke tempat parkir, namun sebelum mereka sampai Riki terlebih dulu menarik pelan tangan Sean.
Membiarkan Hala terus berjalan sendirian ke tempat parkir, meninggalkan Sean yang sekarang tengah menghadap ke arah Riki.
"Kenapa, Rik?" Tanya Sean.
"Lo kenapa putih banget sih, bang." Kata Riki.
Sean mengernyit, tujuan Riki menarik nya hanya untuk berkata hal tidak penting itu?
Namun tak lama, Riki tiba-tiba merubah raut wajah nya menjadi lebih serius. Membuat Sean merasakan aura disekitar mereka seketika berubah.
"Jagain kakak gue ya." Ungkap nya tiba-tiba.
"Jagain? Jagain dari siapa?"
Riki menarik nafas nya pelan,
"Mama."
Sean kembali mengernyitkan kedua alis nya bingung. Namun, tanpa berkata apa-apa, Sean mengangguk an kepala nya pasti.
Riki yang melihat itu tersenyum kecil, "Kakak gue suka seblak, beliin, tapi jangan tiap hari. Dia suka yang pedes terus pake jeruk limo biar seger. Dia gasuka cendol Bangkok yang krekes-krekes itu. Tapi, Dia suka Boba yang salted caramel." Jelas nya.
Sean yang mendengar itu pun tersenyum penuh arti, Riki sangat mengetahui makanan kesukaan kakak nya.
Sean menepuk bahu Riki pelan, "makasih info nya."
Riki mengangguk, "Gue titip Kakak gue ya, bang?"
"Pasti. Lo semangat latihan nya! Ada turnamen kan nanti?"
Riki mengangguk.
"Yaudah, gue pergi dulu. Takut Hala nyariin. Lo sehat-sehat ya!" Ujar Sean sambil berlalu.
Sean pun kembali melanjutkan langkah nya ke area parkir, terlihat Hala yang menampakkan wajah kesal nya karena menunggu Sean dibawah sinar matahari.
"Ngapain sih? Panas tau."
Sean tersenyum, lalu mengacak rambut Hala pelan, lalu memberikan helm kepada Hala.
Hala cemberut, rambut nya berantakan, panas pula cuacanya.
Setelah memastikan Hala naik dengan nyaman ke atas motor, Sean menjalankan motor nya.
Taklupa, ia membunyikan klakson motor nya tanda pamit kepada Riki yang memperhatikan mereka dari pintu area parkir.
Hala melambaikan tangan nya sambil tersenyum kearah Riki.
Riki pun tak kalah semangat membalas lambaian tangan kakak nya.
Sampai atensi keduanya hilang, Riki berbalik menuju ruang tunggu.
Namun, belum sampai dirinya ditujuan, dering yang berbunyi dari handphone nya megalihkan perhatian.
Melihat siapa yang menghubungi nya, membuat Riki menarik nafas nya berat.
Waktunya sedikit berbohong kepada Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
pancarona ✧ sunoo
Teen Fiction[HIATUS ; author loss of the story] [bahasa - semi AU] 𝗽𝗮𝗻.𝗰𝗮.𝗿𝗼.𝗻𝗮 [ 𝗻 ] 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗮𝗰𝗮𝗺-𝗺𝗮𝗰𝗮𝗺 𝘄𝗮𝗿𝗻𝗮. Sean yang cuma nurut apa kata Hala seorang. Kecuali, "Sean, udahan ya, jangan berantem lagi. Gue takut lo mati muda." "Gak b...