Menjadi anak perempuan pertama memang sulit.
Itu yang dirasakan Hala.
Hala terlahir sebagai anak perempuan pertama di keluarga nya.
Sedari kecil, Hala dituntut untuk menjadi kuat dan tidak mudah menangis.
Sampai adik nya lahir, yang berjenis kelamin laki-laki. Membuat beban yang Hala kecil rasa saat itu menjadi lebih berat.
Ia harus menjadi sempurna untuk adiknya juga. Adiknya akan melihat dan meniru dirinya.
Maka dari itu, ia harus tanpa cela.
Hala memang suka belajar tanpa disuruh sekalipun ia akan dengan sendirinya membuka buku.
Membuat orangtua nya berpikir bahwa Hala anak yang pintar karena rajin belajar.
Namun, lama-kelamaan ekspektasi kedua orangtua nya kepadanya makin besar. Mereka ingin selalu Hala menjadi yang terbaik.
Membuat Hala lagi dan lagi tertekan. Dari situ, Hala tidak ingin membuat orangtua yang bekerja keras untuk menghidupi nya dan Riki kecewa.
Hala hanya fokus pada diri nya sendiri, sampai mengabaikan sekitar.
Hala tidak sadar bahwa banyak yang menyayangi nya, namun Hala memilih menutup hati dan fokus pada ekspektasi yang dimiliki kedua orang tua nya.
Kedua orangtua Hala tidak meminta Hala menjadi muluk-muluk, seperti Dokter maupun Pebisnis Sukses.
Namun, orangtua nya selalu melarang apa yang Hala sukai. Seolah-olah membatasi pergerakan Hala secara tidak langsung.
Hala suka mengobati orang lain, bukan berarti ia ingin menjadi Dokter.
Ia hanya merasa, orang yang terluka wajib diobati. Ia tidak mau, orang yang terluka hanya dibiarkan.
Jika melihat orang terluka tanpa ada yang menolong, Hala sering teringat dirinya dahulu.
Hala kecil yang suka terjatuh akibat bermain mengakibatkan dirinya terluka hingga berdarah, namun tidak ada yang menolong nya.
Jari kecil Hala pernah terluka saat ia terlalu lama menulis, namun tidak ada yang menolong nya.
Tidak ada yang membalut luka nya.
Fokus orangtua nya saat itu hanya kepada Riki. Riki yang baru belajar berjalan saat itu mengalihkan fokus kedua orangtua nya.
Hala kecil tentu menangis saat itu, namun perkataan Ayah nya langsung membuat tangisan nya reda.
"Jangan nangis, kamu anak pertama jangan cengeng. Nanti adik kamu niru."
Sejak saat itu Hala berpikir dirinya tidak pantas untuk menangis.
Hala menyayangi Riki tentu saja, mereka sedarah. Namun, kadang perasaan iri sering kali datang.
Melihat Riki yang dibebaskan untuk mengikuti apapun yang dia suka, membuat sesuatu dalam diri Hala ingin memberontak.
Ia juga ingin melakukan apa yang ia inginkan.
Namun, lagi-lagi perkataan orangtua nya membungkam dirinya.
"Kamu itu anak pertama, jangan gagal dikehidupan. Kamu sukses nanti Riki juga ngikutin jalan kamu, kalau engga? Jadi, biarin dia ngejar apa yang dia mau sekarang, kamu fokus ke masa depan kamu. Jangan aneh-aneh."
Tidak, Hala juga ingin mengejar apa yang dia inginkan, bukan Riki saja.
Ia ingin marah pada Riki, namun tidak bisa, setiap Adiknya menceritakan betapa bahagia nya ia bisa masuk tim futsal impian nya membuat Hala ciut, ia tidak mau adiknya merasa terbebani seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
pancarona ✧ sunoo
Fiksi Remaja[HIATUS ; author loss of the story] [bahasa - semi AU] 𝗽𝗮𝗻.𝗰𝗮.𝗿𝗼.𝗻𝗮 [ 𝗻 ] 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗮𝗰𝗮𝗺-𝗺𝗮𝗰𝗮𝗺 𝘄𝗮𝗿𝗻𝗮. Sean yang cuma nurut apa kata Hala seorang. Kecuali, "Sean, udahan ya, jangan berantem lagi. Gue takut lo mati muda." "Gak b...