09 | warung Bi Nur

115 24 3
                                    

Saat pulang sekolah tiba, Sean meminta Hala bertemu di warung digang samping sekolah.

Hala tidak pernah pergi ke warung itu. Namun, ia tahu tempat nya.

Saat sudah berada didepan warung, warung itu tampak normal. Menjual jajanan, keperluan harian, normal seperti warung lain nya.

Hala terus memperhatikan warung itu, dimana Sean?

Tak sadar, Bibi pemilik warung menyadari kedatangan Hala.

"Nyari siapa, Neng Geulis?" Kata Bibi itu.

Hala terkesiap. "Sean, ada?"

"Oalah, A' Sean. Sok masuk aja. Ada dibelakang." Kata Bi penjaga warung.

Hala bingung, dibelakang? Hala pun masuk lewat pintu yang ada didepan warung, pergi ke arah belakang.

Terkejut nya Hala, saat tiba dibelakang warung itu.

Ternyata banyak bangku-bangku yang mungkin bisa digunakan untuk berkumpul. Padahal, didepan nya sangat normal. Hala baru tau tempat ini, menarik.

"Hal." Panggil seseorang, itu Sean.

Yang duduk di bagian pojok, seorang diri.

Hala mendekati Sean. Hala sadari, ada luka baru di wajah Sean.

Melihat Hala yang mungkin menyadari ada luka baru diwajah nya, Sean tersenyum simpul.

Hala duduk diseberang Sean, dan itu membuat Sean memajukan bibir nya kesal.

"Disini lah, sebelah aku. Diseberang banget kaya mau introgasi." Pinta nya.

Hala langsung pindah tempat duduk, Sean menggeserkan bokong nya, memberi tempat pada Hala.

Sean menatap Hala. Hala selalu menawan dimata Sean.

"Mau pesen apa?" Tawar Sean.

Hala menggeleng, "gausah."

"Bi, nutrisari milky orange satu ya."

Hala membulatkan matanya, "kan aku bilang gausah, Sean!"

Sean tersenyum, "biar seger."

Hala pun mendelik kecil pada Sean, benar-benar memang.

Tak lama, pesanan yang dipinta Sean datang.

"Makasih, Bi Nur yang paling cantik satu RT." Kata Sean.

Bibi yang diketahui bernama Nur itu pun malah tersenyum geli mendengar ucapan Sean, lalu berlalu kembali ke depan.

"Minum." Kata Sean.

Sebenernya Hala tidak terlalu haus, namun melihat minuman kesukaan nya tersaji didepan nya, dia tidak menolak. Hala meminumnya sampai sisa setengah.

"Katanya gausah, tapi diminum tuh." Kata Sean sambil tersenyum geli.

"Udah ada, sayang kalo ga diminum."

Setelah menaruh gelas yang digunakan untuk minum, Hala dibuat terkejut saat telapak tangan kiri nya yang bebas digenggam oleh Sean.

"Kecil banget sih telapak kamu."

"Telapak kamu aja yang segede gaban." Elak Hala tidak terima telapak tangan nya dikatai kecil, tapi memang benar.

"Aku gatau ada tempat gini, aku kira ini warung biasa." Kata Hala sambil menyapu pandangan ke sekitar.

"Ini suka dipake nongkrong anak-anak kaya aku, kalau bolos, atau lagi ada razia."

"Emang ga ketauan?" Tanya Hala.

pancarona ✧ sunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang