07 | seseorang di meja makan

101 20 0
                                    

Pagi ini merupakan pagi yang indah bagi Sean. Buktinya, sejak dirinya bangun, senyuman tidak hilang dari bibir nya.

Ia teringat pesan singkat yang Hala kirim, singkat namun membekas bagi Sean, apalagi ini Hala yang memulai.

Sean sudah siap dengan seragam dan jas sekolah nya yang semua kancing dilepaskan, didalam nya Sean memakai kaos berwarna hitam.

Sean memang selalu begitu.

Merasa dirinya sudah siap, Sean mengambil kunci motor diatas meja belajar, lalu mulai turun ke lantai bawah.

Sampai ditangga, Sean yang niat nya ingin duduk untuk sarapan roti selai kacang kesukaan nya malah terhenti.

Ia melihat eksistensi seseorang yang jarang ia temui di meja makan.

Kakak nya duduk dimeja makan.

Sean terdiam, bingung harus melakukan apa. Atmosfir meja makan pun seketika terasa berubah.

Taklama, Sean berpikir untuk melewatkan sarapan dan langsung pergi ke sekolah.

Sean melenggang pergi tanpa berkata-kata.

Hingga,

"Bi Darsih udah nyiapin sarapan kamu. Seenak nya mau pergi gitu aja?"

Itu Kakak nya.

Sean menoleh, sedikit tersenyum remeh.

"Jangan sok-sok an peduli, biasanya juga tutup mata, tutup telinga sama tutup mulut mulu." Ucap Sean sambil memandang Kakak nya.

Kakak Sean, Dylan Akandra. Mengalihkan pandangan nya yang bermula dari tab yang berisi pekerjaan nya ke arah Sean.

"Hargain Bi Darsih. Dia capek-capek bangun pagi buat nyiapin sarapan kamu. Kamu malah seenak nya pergi."

Sean menatap Kakak nya benci, sejak kapan Kakak nya memperdulikan orang lain, adiknya saja ia lupakan.

Bi Darsih yang melihat ketegangan antar kakak-beradik yang jarang bertemu ini jadi bingung sendiri.

Pasalnya, Kakak dari Sean memang jarang ikut sarapan di meja makan. Dylan selalu berangkat kekantor sangat pagi dan pulang sangat larut. Seolah pulang hanya untuk tidur beberapa jam dan mandi.

Melihat ketegangan yang nampak belum mereda, Bi Darsih awalnya ingin menawarkan kepada Sean untuk membawa bekal sarapan nya ke sekolah.

Namun, belum sempat kata itu terucap. Sean nampak sudah mendekat ke arah meja makan.

Mengambil tempat diseberang Dylan yang sudah kembali menatap tab nya.

Melihat itu, Bi Darsih tersenyum kecil. Sudah lama ia tidak melihat keduanya berdekatan.

Bi Darsih bekerja disini memang tidak dari keduanya kecil, ia datang sekitar 6 tahun lalu, saat Ibu dari keduanya meninggal.

Saat ia datang, ia ingat keduanya sangat dekat, namun itu hanya sebentar.

Tak lama, Dylan berubah menjadi pendiam dan tertutup pada orang lain. Hingga membuat Sean yang saat itu baru berusia 12 tahun selalu menangis didepan pintu kamar kakak nya.

Sean yang berumur 12 tahun tidak terbiasa jauh dari kakak nya, apalagi saat itu ibu mereka baru saja pergi.

Bi Darsih juga saat itu yang notabene nya orang baru dirumah ini hanya bisa menenangkan Sean yang berakhir tidur dilantai depan pintu kamar kakak nya.

Bi Darsih tidak tau, apa yang membuat Ayah Sean dan Kakak nya seolah mengacuhkan Sean, padahal Sean anak yang manis dan penurut.

"Bi, Sean mau susu coklat hangat." Ucapan Sean membuyarkan lamunan Bi Darsih.

pancarona ✧ sunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang