"Hala, kalau aku cerita tentang kisah ku, apa nanti kamu bakal mandang aku sehangat kaya sekarang?"
Mendengar penuturan lelaki dihadapannya, membuat suara Hala teredam.
Melihat Hala yang terbungkam, membuat pikiran buruk Sean bermunculan.
Tak lama, sang puan menolehkan tatapan nya pada Sean.
Sambil tersenyum kecil, Hala berkata, "Sean, menurut kamu seburuk apa aku sampai kamu mikir kalau saat aku tau sisi lain kamu, aku bakal ninggalin kamu?"
Sean terdiam, menatap Hala dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
"Sean, kadang kamu lupa, kamu bahkan udah tau berbagai sisi hidup aku, meski aku gapernah cerita, kamu selalu tau. Kamu gak ninggalin aku meskipun tau sisi lain hidup ku, meski sepatutnya kamu ninggalin aku. Tapi kamu engga, jadi, buat apa aku balas kebaikan kamu dengan kepergian aku, dari sisi kamu? Hanya karena masalah kamu, yang bahkan aku sendiri gabisa nebak itu gimana, ga seperti kamu, yang bahkan udah paham dari awal.
Sean, i never leave your side. Until the darkest destiny come to me."
Tanpa banyak membantah, Sean langsung menghambur kedalam pelukan Hala. Tempat ternyaman nya saat ini.
Hala tentu menyambut dengan hangat, sang mentari nya yang sedang dikelilingi awan mendung.
Sean tidak menangis, dia sudah kepalang lelah.
Sementara Hala masih sibuk menepuk pelan punggung Sean, lelaki itu menyembunyikan wajah nya diperpotongan leher milik Hala.
"Sean," panggil Hala setelah pelukan keduanya terjadi cukup lama.
Netra keduanya beradu, menatap dalam satu sama lain.
Perlahan senyum Hala mengembang, berusaha meyakinkan Sean bahwa dirinya betulan akan menetap meski kemungkinan buruk yang terjadi.
Tak lama, Sean beranjak dari duduk nya tiba-tiba, membuat Hala bingung sendiri.
"Kemana?" Tanya Hala.
Yang ditanya tersenyum teduh, "ayo." Katanya sambil menggamit jemari Hala, berjalan keluar dari warung.
Setelah berpamitan kepada Bi Nur, keduanya pergi menggunakan motor milik Sean, kemana nya belum Hala ketahui.
Sean masih terus bungkam saat ditanya mau kemana arah tujuan keduanya.
Tak lama, keduanya tiba disuatu tempat. Tempat yang tak asing bagi Sean. Namun, terasa asing bagi Hala.
Hala menatap ragu pada Sean, perihal kedatangan keduanya ketempat ini.
Pemakaman.
Sean tidak berkata banyak, ia berjalan duluan, menunjukkan arah.
Setiba nya disebuah gundukan tanah yang nampak sangat rapi dan terawat. Sean terlebih dahulu merendahkan badan nya.
Sementara Hala masih tergugu ditempat nya.
Ini makam mendiang Ibu Sean.
Dibatu nisan nya terukir dengan cantik nama mendiang Ibu Sean.
Ameera Ratika.
Tak lama setelahnya, Sean menyuruh Hala untuk duduk di sebelah nya.
Hala dengan ragu-ragu menurut, mengambil tempat disamping Sean.
"Ibu, ini Sean."
Sean bersuara, dapat Hala tangkap nada suara Sean yang menyendu saat berbicara pada nisan sang Ibunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
pancarona ✧ sunoo
Ficção Adolescente[HIATUS ; author loss of the story] [bahasa - semi AU] 𝗽𝗮𝗻.𝗰𝗮.𝗿𝗼.𝗻𝗮 [ 𝗻 ] 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗮𝗰𝗮𝗺-𝗺𝗮𝗰𝗮𝗺 𝘄𝗮𝗿𝗻𝗮. Sean yang cuma nurut apa kata Hala seorang. Kecuali, "Sean, udahan ya, jangan berantem lagi. Gue takut lo mati muda." "Gak b...