2

2.9K 380 30
                                    

"Bagaimana mendaki [name]? Kau suka?" Hinata menepuk pundak [name], perempuan itu kelihatan sangat lelah, dahinya berkeringat meski tubuhnya kedinginan.

"Bagaimana bisa.. kau..menyukai kegiatan melelahkan ini?!"

Hinata hanya tertawa mendengar keluhan [name]. Mereka kini sudah sampai di atas bukit tempat mereka harus menginap.

Mahasiswa yang lain tengah sibuk mendirikan tenda, sedangkan [name] dan Hinata ditugaskan untuk mencari kayu bakar.

[name] melihat sekelilingnya, hanya pohon - pohon besar dan rerumputan tinggi yang tertangkap pandangannya. Hinata dengan tega meninggalkannya sendirian di tengah hutan belantara ini dengan alasan ingin pergi buang air.

Sebut saja [name] penakut, karena memang benar. Ia tak berani pergi lebih jauh ke dalam hutan hanya untuk mengambil kayu bakar. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu di tempatnya sampai Hinata kembali.

Beberapa kali ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya namun belum nampak juga wujudnya. Kepalanya sudah memikirkan skenario terburuk saat ia ada di hutan ini, ia akan dimakan hewan buas atau tersesat sampai mati.

Mungkin opsi pertama agaknya tidak mungkin, tapi [name] masih tetap ketakutan, ia berjongkok di atas tanah lembab sambil bersandar dibawah pohon.

"Eehhh... [name] kan?" suara lelaki mengejutkan [name], ia sampai terlonjak dari duduknya dan tangannya jatuh menyentuh tanah yang kotor.

"Ah! Siapa sih?!"

"Ehehe.. Maaf" lelaki itu kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu [name] berdiri.

[name] memasang wajah kesal namun tetap menerima tangan lelaki itu. Ia kemudian menatap dua lelaki yang ternyata dalang dari suara langkah kaki yang membuatnya ketakutan tadi.

"Koko bajingan" [name] mengumpat.

"Hehe"

"Kau tidak apa - apa [name]?"

"Inupi, peliharaannya tolong dijaga ya" [name] menepis tangan Koko yang masih digenggamnya. Inupi kemudian menyentil bahu Koko disampingnya.

"[name]! Maaf aku lama!" Hinata datang dengan sedikit berlari. Sepertinya ia merasa bersalah dan sedikit khawatir telah meninggalkan [name] sendirian tadi, padahal ia tahu kalau ini adalah pengalaman pertamanya.

"Tidak apa - apa Hinata-san. Bisa kita lanjutkan sekarang? Hari sudah mulai gelap" [name] mengadahkan kepalanya ke atas, melihat langit yang menggelap padahal jam masih menunjukkan pukul tiga sore.

"Kita temani saja bagaimana? Gak baik loh kalau cuma cewe - cewe masuk ke dalam hutan" Koko mengajak dengan nada merayu, Inupi disampingnya hanya bisa menepuk jidat Koko agar lelaki itu bisa sedikit sadar diri.

"Najis" [name] segera menarik tangan Hinata untuk segera pergi menjauh dari lelaki penggoda tadi.

~♥~

Api unggun masih menyala namun semua anggota klub telah memasuki tenda mereka masing - masing. Dari dalam tenda [name] bisa melihat api yang berkobar semakin kecil, dan para anggota senior juga masuk ke dalam tenda mereka dikarenakan cuaca yang semakin dingin.

Pas sekali jaringan telepon tengah lancar, [name] akhirnya memutuskan untuk menghubungi Shion, sekedar menanyai kabar lelaki itu dan juga kucing peliharaannya.

"Moshi - moshi! [name]! Bagaimana mendaki hm?!"

"Gak usah pakai teriak bisa gak sih? Kasian itu Gomi pasti kebangun deh"

Malevolent | Imaushi Wakasa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang