7

2.2K 326 59
                                    

[name] mencoba benar untuk melupakan Wakasa. Namun setiap kali perempuan itu berusaha lebih keras, Wakasa malah memunculkan dirinya lebih sering di hadapan [name], lelaki itu seakan tak ingin dilupakan oleh [name].

Sampai saat ini [name] masih berusaha abai dengan kehadiran Wakasa yang selalu tiba - tiba. Barang - barang bergeser dengan sendirinya sudah biasa ia lihat. Bahkan dirinya yang suka berpindah tempat saat tidur juga sudah pasti ulah Wakasa, karena Shion tak pernah membiarkan [name] tertidur selain di atas kasur, bersamanya.

Soal Shion, [name] belum bisa bercerita soal ini. Ia pikir lelaki itu tak mungkin bisa percaya dengan ceritanya yang terdengar seperti omong kosong. Ia hanya berusaha bersikap senormal mungkin saat ia bersama Shion dan Wakasa memutuskan untuk memunculkan dirinya.

"Malam ini mau makan apa?" Shion bertanya. Ia sedang duduk di sofa menonton televisi dengan dua kaki terangkat ke atas meja.

"Kalau kakimu yang dimasak, boleh?" [name] nampak kesal.

"Hh.. Biar aku belikan makanan. Aku masih punya uang"

Shion mengeluarkan sebuah dompet dari dalam saku celananya. Ia berniat memberikan dompet tersebut kepada [name], namun [name] mendorong dompet tersebut kembali pada Shion.

[name] mendudukkan dirinya disamping Shion, ia ingin berbicara sedikit dengan temannya.

"Simpan saja uangmu. Kau ini pengangguran, kerjanya hanya memalak orang. Mulai sekarang beli makan pakai uangku saja. "

Shion seketika menolehkan kepalanya ke arah [name], ia merasa sedikit terhina dengan ucapan [name] yang seakan merendahkannya.

"Kau boleh tinggal disini kalau kau mau, aku tidak keberatan" ucapan [name] membuat mata Shion melebar.

Bukankah [name] sudah sering melarangnya untuk tinggal berlama - lama? Namun kali ini perempuan itu malah mengajaknya untuk tinggal bersama. Ini kesempatan yang bagus pikirnya.

"Bagaimana dengan ayahmu?" satu penghalang mereka sejak dulu, ayah [name].

Bukan apa - apa, ayah [name] suka dengan kehadiran Shion yang nampak melindungi anaknya, namun kelakuannya di luar yang sungguh liar membuat ayah [name] terkadang khawatir jika suatu saat [name] juga akan menjadi seperti Shion.

"Ayahku sudah setuju. Dia bilang kalau aku hamil kau harus menikahiku"

Wajah Shion memerah mendengar ucapan lurus [name].

"B-bagaimana kau bisa hamil?! Kita kan tidak-"

"Apa kau tidak berencana menghamiliku?"

Wajah [name] mendekat pada Shion. Rona merah keduanya tertangkap jelas netra masing - masing.

Masa bodoh dengan pertanyaan [name] atau pemikiran ayahnya. Shion sudah tak bisa menahan lagi keinginannya untuk memiliki [name].

Wajah perempuan penggoda itu di tangkup gemas oleh dua tangan Shion, bibirnya yang mengerucut segera diraup dan dilumat kasar. Tangannya menjulur menelusuri lekuk tubuh [name] yang terasa sempurna. Lapisan kain yang menutupi tubuh perempuan itu tak bisa menutupi betapa indahnya bentuk tubuh [name].

Tubuhnya direbahkan dengan cepat di atas sofa, pakaiannya sudah terurai di lantai. Dua insan yang tengah dimabuk cinta telah bertelanjang bulat dan saling memandangi tubuh satu sama lain.

Pengalaman bercinta [name] yang pertama memang menyeramkan, ia sengaja menggoda Shion agar bisa melupakan kejadian itu dan move on dari bayangan sang hantu.

Ia menuntun Shion untuk segera memasuki lubangnya. Kegiatan kali ini terasa begitu nikmat dengan gerakan Shion yang begitu kasar. Lelaki itu tak sekalipun melambatkan tubuhnya untuk membawa miliknya keluar masuk dari lubang [name].

Desahan keras keluar dari sepasang remaja yang tengah bercinta sebagai pertanda bahwa mereka menginginkan lebih dari satu sama lain.

Mereka sangat menikmati penyatuan tubuh mereka hingga tak menyadari bahwa sesosok makhluk yang sebelumnya dihindari tengah mengamati mereka dari ujung ruangan. Kelopak matanya menurun dan ekspresinya terlihat datar. Ia nampak tak suka dengan apa yang dilihatnya.

Posisi tubuh mereka kini bertukar, [name] ingin mencoba bermain di atas. Dua tangannya bertumpu pada perut Shion, tubuhnya ia gerakkan dengan mandiri sambil menatap Shion dengan binal.

Tusukan milik Shion yang begitu dalam dari posisi ini membuat [name] berkali - kali memutar bola matanya, ia terus mengeluarkan desahan nikmat. [name] dengan senang hati mengizinkan lelaki ini untuk bersombong diri soal bercinta.

Mereka bahkan tak lagi memikirkan soal kemungkinan [name] akan hamil. Shion terus saja mengeluarkan cairannya di dalam rahim [name] meski cairan yang bersatu dengannya akan keluar kembali karena terlalu banyak.

Beberapa putaran sex malam telah mereka lewati. Tubuh yang kini menempel hanya saling berpelukan untuk menghangatkan diri tanpa berusaha mengenakan pakaian mereka kembali.

Shion mengelus punggung [name] yang berada di atasnya. Kepala [name] yang berada di atas dada Shion dapat mendengar dengan jelas degupan dada lelaki itu, begitupun dengan Shion yang merasakan degupan dada [name] karena buah dada telanjangnya yang menempel di atas perutnya.

Tak ada kata - kata yang keluar dari keduanya, hanya elusan lembut dan hembusan nafas lelah yang mereka rasakan. Mata Shion terus menatap kepala [name] yang tengah berbaring di atasnya, mensyukuri apa yang baru saja mereka lakukan.

Mata [name] melebar melihat sosok Wakasa yang tersenyum ke arahnya sambil berduduk santai di meja televisi. Senyuman itu yang selalu ia terima setiap kali mereka bertemu. [name] sungguh ingin melupakan Wakasa dan kejadian mereka di masa lampau. Melakukan dosa bersama Shion harusnya bisa menjauhkan Wakasa dari hidupnya sekarang.

Tiba - tiba suara berisik datang dari kamar mandi [name]. Perempuan itu bisa merasakan kalau Wakasa sedang mengundangnya untuk masuk ke dalam sana. [name] segera bangun dari atas sofa menuju kamar mandi, berharap ia dapat berbicara sebentar dengan Wakasa.

Tangan Shion menahan tubuh [name] yang beranjak pergi. Ia memaksa untuk pergi bersama ke kamar mandi.

Sepertinya Wakasa tak ingin ada yang mengganggu, jadilah dia menghilang kembali sebelum [name] sampai ke kamar mandi.

~♥~

Malevolent | Imaushi Wakasa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang