5

2.4K 346 49
                                    

Yuzuha jelas memerintahkan [name] untuk segera pulang dan beristirahat, mereka akan bicara lagi soal hal sial yang [name] alami besok, saat kembali belajar di kampus.

Shion menjemput [name] dengan motornya, keduanya menyusuri senja dengan perlahan.

Shion yang sejak tadi melihat raut wajah tak enak pada [name] masih belum berani bertanya. Ia hanya bisa berusaha untuk menghibur [name] sampai perempuan itu mau bercerita.

"Biar kubawakan tasmu. Kau langsung mandi ya" Shion menarik tas [name] dari sang pemilik. Lelaki itu kemudian beranjak pergi ke kamar [name] untuk meletakkan tas tadi.

[name] di lain sisi masih memikirkan Wakasa. Ia berusaha untuk rela namun entah mengapa lelaki itu selalu berhasil memasuki pikirannya.

Mungkin [name] sudah gila setelah digauli arwah.

Shion sebisa mungkin tak mengganggu [name] dari tidurnya. Lelaki itu bahkan merelakan waktunya yang seharusnya untuk pergi memalak orang malah untuk merawat Gomi.

Lelaki itu memandangi [name] yang terlihat gelisah dalam tidurnya. Shion tak pernah sekalipun menyentuh [name] tanpa se-izin perempuan itu, namun kali ini adalah pengecualian.

Shion memeluk [name] dalam tidurnya. Tubuh perempuan itu seketika lebih tenang. Tubuhnya secara tak sadar direkatkan pada tubuh Shion, memeluk kembali Shion seakan lelaki itu adalah guling terbaik yang pernah [name] miliki.

Tubuh Shion menegang, ia terkejut dengan perlakuan [name] meski perempuan itu sedang tak sadar. Senyumnya merekah, ia mempererat pelukannya pada [name], mengelus kepala perempuan itu hingga [name] dapat kembali tidur dengan tenang.

Shion agaknya terbawa suasana, ia mencium pucuk kepala [name] beberapa kali. Shion sungguh berharap ia dapat melakukan hal yang lebih dengan keadaan keduanya sadar. Bertahun - tahun berteman dengan [name], lelaki itu tahu ada sesuatu yang sedang [name] sembunyikan, namun ia tak ingin melewati batas hingga membuat [name] menjauh nantinya.

~♥~

Kepalanya berdenyut, rasanya seperti sedang melayang.

Semalam Wakasa mendatangi mimpinya. Ia yang tadinya sedang bermimpi berada di tengah taman bunga kemudian dibawa Wakasa menuju taman pemakaman.

Lelaki itu seperti menunjukkan bahwa tak ada satupun batu nisan disana yang menunjukkan namanya. [name] semakin dibuat yakin bahwa tubuh Wakasa sebenarnya belum ditemukan.

Pemikiranya seketika terhenti ketika ia menyadari sebuah lengan yang memeluk erat tubuhnya. Shion, sang pelaku ternyata masih terlelap.

[name] tak bisa marah dengan temannya yang satu ini, ia tahu lelaki itu tak punya siapapun lagi yang bisa ia percaya selain [name], karena itulah [name] berusaha untuk menjadi teman terbaik bagi Shion.

[name] mengangkat satu tangannya, mengelus rambut Shion yang jatuh di wajahnya dengan pelan. Ia menyukai rambut Shion, tapi kenapa modelnya harus seperti ini? Penampilannya jadi semakin berandalan.

Orang yang di maki-nya di dalam hati langsung membuka matanya. Dua pasang mata bertemu hingga Shion memutusnya.

"Badanmu hangat, jangan kuliah dulu" Shion berkata. Tangannya yang menempel di perut dan punggung [name] dapat merasakan betapa hangatnya suhu tubuh perempuan itu.

"Aku harus masuk kelas. Aku tidak ingin jadi orang bodoh seperti kau" [name] menoyor kepala Shion dengan satu jarinya.

"Enak saja! Siapa yang kau bilang bodoh?!"

"Kaulah!" wajah [name] begitu santai menghadapi Shion yang sepertinya benar - benar kesal.

Shion dengan cepat menaikkan tubuhnya ke atas tubuh [name] tanpa melepas satu tangannya yang masih melingkar pada pinggang [name]. Tatapan mata mereka kembali terjalin.

Dua orang itu tak kuasa menahan degupan jantung yang begitu kencang. Mata keduanya masih saling menatap meski beberapa kedipan telah berlalu.

Jika wajah mereka semakin dekat, jantung mereka pasti sudah keluar sekarang.

"Kau yang bodoh" Shion berucap.

[name] tak bisa berkata - kata. Ia masih gugup dengan tatapan yang Shion berikan. Meski perkataan tadi nampak seperti hinaan, namun [name] malah semakin gugup dibuatnya.

"[name]?" Shion berusaha menyadarkan [name], perempuan itu masih tertegun memandangi wajahnya.

Shion mengambil kesempatan dengan semakin mendekatkan wajahnya hingga hembusan nafas keduanya saling bertemu.

Bibir yang sudah lama ia dambakan akhirnya dapat ia raup dengan bibirnya sendiri. Dua bibir yang bertemu hanya diam dan menempel dengan mata yang masih saling memandang.

Shion segera melepaskan kecupannya kala ia menyadari perbuatannya. Ia sungguh malu namun ia sama sekali tak menyesal.

[name] hanya diam saja meski Shion sudah kewalahan menanggung malu di atasnya. [name] seketika dibuat tertawa dengan tingkah Shion yang menurutnya sangat lucu.

"J-jangan ketawa!"

[name] tak menghiraukan perintah itu, ia malah semakin kencang tertawa membuat Shion segera kabur ke kamar mandi.

~♥~

Yuzuha sepertinya benar - benar serius soal membantu [name]. Perempuan itu malah yang menemui [name] duluan saat kelas [name] telah usai.

Kantin menjadi tempat pertemuan mereka, keduanya tengah menikmati makan siang masing - masing sambil [name] bercerita soal pengalamannya dan mimpinya semalam.

"Kemarin aku sempat bertanya pada temannya dulu. Ternyata memang mayatnya belum ditemukan. Bisa jadi yang kau temui kemarin itu bukan hantunya, tapi memang Wakasa"

Yuzuha menyesap es kopi miliknya, mulutnya kemudian kembali mengunyah sebuah burger yang dibelikan [name] sebagai bayaran mau mendengar ceritanya.

"Jadi mimpiku itu.."

"Mungkin dia memang menunjukkan kalau dia belum mati"

"Lalu apa mereka tahu dimana Wakasa sekarang?" [name] merujuk pada teman - teman Wakasa yang jadi narasumber Yuzuha kemarin.

"Katanya mereka tidak pernah bertemu Wakasa secara langsung, tapi mereka juga pernah di datangi lewat mimpi. Apa kau mau bertemu dengan mereka?"

"Bolehkah?" [name] bertanya. Ia tak yakin kalau mereka ingin ditemui apalagi bercerita soal masalah yang nampak tak masuk akal seperti ini.

"Tentu saja. Mereka juga menawarkan kok kemarin, jangan khawatir. Nanti biar aku kasih nomor telepon kamu ke mereka ya" anggukan setuju dan ucapan terimakasih tak pernah puas [name] berikan pada Yuzuha.

Satu buah potongan puzzle akan misteri Wakasa telah ada dalam genggamannya. Ia hanya harus memastikan apa yang telah terjadi pada Wakasa dan dimana lelaki itu kini agar ia bisa tenang. Itu saja.

Shiba Yuzuha20 y/o

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shiba Yuzuha
20 y/o

Seni Rupa - Semester 5

~♥~

hehe

berikan teori kalian. siapa tau saya oleng wkwkk

Malevolent | Imaushi Wakasa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang