[name] mengemasi pakaiannya. Tak banyak yang ia butuhkan, hanya satu lembar kaos dan dua pasang dalaman, lagi pula ia berekspektasi dirinya akan tertutupi oleh jaket tebal selama disana.
"Baiklah, terimakasih Hinata-san. Sampai jumpa disana" [name] memutus sambungan teleponnya setelah Hinata menjawab.
Ia harus meminta bantuan dari teman barunya di kampus soal berkemas untuk mendaki. Ia belum pernah mendaki sebelumnya, kegiatan besok akan menjadi yang pertama untuknya.
Hatinya serasa keluar saat salah satu seniornya menginformasikan di group chat bahwa kegiatan pelantikan akan diadakan di puncak gunung setelah kegiatan mendaki mereka.
Mau tak mau, ia harus ikut kegiatan mendaki ini agar bisa masuk ke dalam Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai anggota Pecinta Alam.
[name] merebahkan dirinya di kasur. Satu tas gunung yang sengaja ia beli untuk kegiatan ini sudah dipenuhi oleh barang - barang pribadinya yang kebanyakan hanya camilan.
Pintu kamarnya terbuka, seorang lelaki yang terlihat berantakan tengah menyandarkan dirinya pada pintu kamar [name] dengan membawa sekantong plastik makanan.
"Makan"
Lelaki itu meletakkan plastik makanan di atas kasur [name], ia kemudian pergi menuju kamar mandi [name] di ujung ruangan.
[name] menghela nafas pelan, setiap kali lelaki itu datang keadannya tak pernah baik. Ia tahu hubungan lelaki itu dengan keluarganya begitu buruk, itulah sebabnya lelaki itu lebih memilih pulang ke rumah [name].
Daripada lelah memikirkan dia, [name] segera mengambil plastik makanan yang diberikan, kemudian pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
~♥~
Dua remaja yang beranjak dewasa itu duduk berhadapan, saling memberikan pandangan dengan mulut masing - masing mengunyah makanan.
"Kau tidak bisa terus menginap disini" [name] membuka pembicaraan. Mulutnya sudah gatal untuk menasehati teman sekolahnya ini.
"Kau mau aku pergi?"
"Kau boleh menginap kapan saja, tapi tidak setiap hari. Tidak enak kalau dilihat tetangga. Apalagi kau kesini dengan wajah bonyok seperti itu"
[name] terlihat jengah. Tetangganya sungguh bukan tipe yang suka mengurusi urusan orang lain, tapi kalau temannya ini terus - terusan datang dengan wajah menyeramkan, suatu saat pasti akan menimbulkan masalah.
"[name], aku mohon, izinkan aku tetap tinggal disini. Setidaknya sampai aku menemukan rumah sewa yang murah. Kau tau sendiri uangku pas - pasan"
Mata lelaki itu nampak sayu, bekas luka di wajahnya tak pernah hilang karena lelaki itu selalu menambahnya setiap hari. [name] mengalah, ia tak tega dengan temannya yang meski terlihat kuat namun nyatanya ia hanyalah orang lemah yang kesepian.
"Obati dulu lukamu" [name] meletakkan sendok garpunya, ia berdiri dari tempat duduknya untuk mengambil kotak obat.
"Bisa pelan - pelan gak sih?" lelaki itu menjauhkan wajahnya dari tangan [name] yang terulur memegang kapas.
[name] menepuk kepala temannya itu untuk tetap diam agar dapat diobati dengan benar.
"Madarame Shion! Diamlah sebentar!" [name] meneriaki teman lelakinya yang masih mencoba menghindar dari jotosan kapasnya.
"Lagian siapa suruh berkelahi setiap hari? Wajahmu jadi tidak tampan lagi" [name] melanjutkan kegiatannya, mengabaikan Shion yang terdiam menatap wajah [name] yang begitu dekat dengannya.
Ia malu mengakui kalau [name] yang begitu cantik telah menarik perhatiannya sejak dulu, perempuan itu telah merasuki hati dan pikiran Shion, membuat lelaki ini secara tidak sadar terus menempel pada [name].
"Oi! Sudah" [name] membereskan kotak obatnya lalu pergi meninggalkan Shion yang baru tersadar dari lamunannya.
"Shion? Mau tidur sekarang?" [name] menepuk pundak Shion, ia ingin lelaki itu segera beristirahat agar tubuhnya kembali sehat.
"Mm" dehaman dan anggukan Shion berikan. Keduanya kemudian pergi menuju kamar tidur [name] untuk tidur bersama.
"Besok jadi mendaki?" Shion bertanya. Keduanya kini tengah rebahan di atas kasur [name] dibatasi dengan sebuah guling, menatap langit - langit kamar yang gelap.
"Jadi. Tolong jaga rumahku. Jangan lupa kasih makan Gomi"
"Hah.. kucingmu itu banyak makan ya. Pantas saja dia jadi gembul"
"Dia itu kucing, taunya makan tidur saja"
Shion menertawai ucapan [name]. Kalau mengingat kucing [name]- Gomi, dia pasti juga teringat [name], keduanya sama - sama suka makan dan tidur.
"Tidurlah. Besok berangkat pagi kan?"
"Iya. Oyasumi Shion"
"Oyasumi [name]"
Madarame Shion
18 y/ounemployeed
KAMU SEDANG MEMBACA
Malevolent | Imaushi Wakasa ✔️
Fiksi PenggemarI will get your life back ♡ Dihantui sesosok makhluk yang telah merenggut gadisnya, [name] sungguh merasa tak nyaman. x reader Mature contents 21+ Drama, paranormal & poltergeist Tidak mengikuti alur manga / anime Beberapa karakter OOC Original cha...