Keinginan Takeomi untuk kembali bertemu dengan [name] bukan tanpa alasan. Tiba - tiba saja kemarin Wakasa menampakkan dirinya untuk pertama kali di hadapan Takeomi, lelaki itu meminta Takeomi untuk membawa [name] pergi karena keadaan rumah [name] yang sedang tidak aman.
"Memangnya ada apa di rumahmu?" Takeomi bertanya. [name] tidak mungkin menjawab kalau ia dan temannya sedang tak menyapa satu sama lain, hal itu terlalu remeh dan private untuk Takeomi ketahui.
"Tidak ada apa - apa. Mungkin Wakasa-san cuma iseng"
"Ngapain dia nampakin diri kalau iseng? Sebelumnya kan dia cuma datang lewat mimpi, sekali doang pula. Kau yakin di rumah aman - aman aja?"
"Iya, nggak ada apa - apa kok Takeomi-san" [name] sedikit tersenyum sambil mengangguk, berusaha meyakinkan Takeomi agar lelaki itu tak mengkhawatirkan dirinya.
"Terus wajahmu kenapa?" Takeomi menunjuk wajah [name] yang masih memar.
"Mm- ini.. aku tidak sengaja jatuh"
[name] menyentuh pipinya yang masih sedikit merah, harusnya ia tak menurunkan maskernya. Satu tangan Takeomi mengulur, ia menyentuh tangan [name] yang masih menyentuh wajahnya sendiri.
"Wakasa?" Takeomi bertanya, [name] hanya mengangguk sebagai jawaban.
Takeomi menghela nafasnya pelan, ia merasa kasihan dengan kondisi mental dan fisik [name] yang terus terganggu karena ulah kawannya.
"Maafkan aku [name]. Aku juga nggak tau kenapa dia jadi jahat sampai tega melukaimu. Tapi kau harus tau kalau dia bukan orang yang seperti ini, kemungkinan roh yang dia bilang itu ikut mempengaruhi jiwanya"
Penjelasan Takeomi nampak masuk akal bagi [name]. Bagaimanapun juga roh itu yang telah menyelamatkan Wakasa, bisa jadi roh itu menuntut sesuatu dari Wakasa sebagai bayarannya.
Ah ngomong - ngomong soal roh, [name] masih penasaran tentang bayangan wanita yang kemarin ada di kamarnya. Apa itu adalah roh yang Wakasa maksud? Kelihatannya Wakasa sangat menuruti perintah wanita itu.
Kalau sudah begini, [name] mau tak mau harus menyelesaikan puzzle-nya. Spot yang belum terisi justru terus membuat Wakasa terus menghantui dan menyakitinya. Iya, [name] kini bertekad untuk menemukan kebenaran dibalik hilangnya Wakasa.
"Aku antar ya"
[name] ingin menemui Koko dan Inupi yang kemarin menawarkan diri untuk membantunya dengan mencarikan cenayang atau seorang paranormal.
"Nggak usah, mereka ada di seberang kok" [name] merujuk pada cofee shop di seberang kampus. Mereka sudah membuat janji akan bertemu disana hari ini.
"Yaudah sih, kan cuma di seberang doang" Takeomi berdiri dari duduknya menunggu [name] untuk juga segera berdiri. [name] akhirnya berdiri dan berjalan berdampingan dengan Takeomi.
Langkah kaki mereka begitu lamban, perjalanan diiringi dengan sedikit obrolan santai membuat mereka tak menyadari ada seseorang yang tengah berlari ke arah mereka.
Saat Takeomi hendak membuka pintu kafe, [name] yang disampingnya tiba - tiba ditarik oleh seorang lelaki yang asing bagi Takeomi. Lelaki itu menyeret paksa [name] yang berteriak meminta untuk dilepaskan.
"Sh-shion! Lepas!" [name] mencoba memberontak, ia memukuli tangan Shion yang menariknya dengan kasar. Kakinya terseret begitu saja, Shion tak memperhatikan [name] yang sedang kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malevolent | Imaushi Wakasa ✔️
FanfictionI will get your life back ♡ Dihantui sesosok makhluk yang telah merenggut gadisnya, [name] sungguh merasa tak nyaman. x reader Mature contents 21+ Drama, paranormal & poltergeist Tidak mengikuti alur manga / anime Beberapa karakter OOC Original cha...