6

2.2K 348 57
                                    

Sejak tadi [name] terus mengetuk - ngetuk pulpennya di atas meja. Matanya memincing ke arah dinding yang menampakkan hasil proyeksi cahaya materi kuliahnya, bibirnya mengerucut tanda ia sedang kesal dengan apa yang ia lihat.

Disana Wakasa berdiri dengan tenang sambil bersender di dinding. Matanya tak pernah lepas memandangi [name] yang juga tengah memandanginya sebal. Mulutnya tersenyum miring melihat [name] yang semakin kesal dengan kehadirannya.

Wakasa berjalan perlahan mendekati [name] membuat perempuan itu melebarkan matanya. Langkah Wakasa terlihat ringan, ia seperti sedang melayang padahal kakinya menapak meski tak ada bayangan dari tubuhnya.

Lelaki itu dengan tak sopan mencondongkan tubuhnya ke hadapan [name] membuat wajah mereka berdua semakin dekat. Wajah [name] sudah bergetar merasakan hawa panas dari Wakasa. Keduanya masih saling bertukar pandang hingga seseorang menyadarkan [name] untuk segera kembali fokus pada materi.


"Kenapa deh? Lagi sakit?" Koko disampingnya berbisik.

"Ngga"

"Itu keringetan loh" [name] menepis tangan Koko yang ingin menyentuh wajahnya.

"Diem deh"

"Eh, kelas sudah selesai. Masih mau disini?" Inupi melerai perkelahian kecil antara Koko dan [name]. Lelaki itu sudah menggendong tas selempangnya dan bersiap untuk keluar dari kelas.

[name] segera merapikan barang miliknya lalu pergi keluar kelas diikuti oleh Inupi, meninggalkan Koko yang berteriak minta ditunggui.


"Buru - buru banget, mau kemana sih?"

"Urusan penting" [name] mempercepat langkahnya. Tujuannya kali ini adalah menemui teman - teman Wakasa yang sudah ditunjuk oleh Yuzuha kemarin.


"Akashi-san?"

[name] menepuk pundak lelaki yang membelakanginya. Ia kini tengah berada di kantin kampus, sejak tadi ia masih dibuntuti oleh Koko dan Inupi karena mereka bilang gak tau mau ngapain lagi di jam istirahat ini.

Yang dipanggil menoleh, lelaki itu tersenyum menyambut [name] dan dua anjing kecilnya dibelakang.



"[name] ya? Waahh~ angkatan ini memang banyak yang cantik ya. Panggil aku Takeomi saja, atau sayang juga boleh" terduga Akashi berucap.

"Tutup mulut sampahmu" teman wanitanya yang duduk disebelah Takeomi kemudian menimpali.

"Maafkan kedua temanku. Aku Arashi Keizo, panggil saja Benkei" seorang lelaki berbadan lebih besar menutup kedua temannya yang dianggap memalukan.

"Yang ini hh.. Takeomi, dan yang ini Senju" tangannya menunjuk seorang lelaki dan perempuan yang tadi berbicara. Benkei kemudian maju sambil mengayunkan tangannya untuk mempersilahkan [name] dan dua peliharaannya duduk di kursi kantin.

"Apa Yuzu-san sudah bercerita semuanya?" [name] memulai pembicaraan. Ia tak ingin basa - basi dan membuang waktu.

"Sudah. Sepertinya pengalamanmu sangat menyeramkan" Benkei menjawab.

"Tapi coba ceritakan, bagaimana rasanya bercinta dengan hantu, hm?" Senju memajukan tubuhnya, mendekatkan wajahnya dengan [name]. Seketika Takeomi langsung menarik kerah baju Senju agar wajah perempuan itu menjauh dari adik tingkat mereka.



"Kau bercinta dengan siapa?" Inupi berbisik disamping [name], dan Koko ikut merapatkan telinganya. Kini posisi [name] telah dijepit oleh dua makhluk aneh.

"Hush!"




"Dulu sekali dia pernah masuk ke dalam mimpiku. Saat itu dia baru saja dikabarkan hilang. Dia sangat panik, aku tidak pernah melihatnya seperti itu, biasanya dia sangat lempeng. Dia bilang kalau dia sekarang tidak bisa sepenuhnya menampakkan diri. Jiwanya telah di ambil dan raganya disembunyikan"

Benkei bercerita dengan suara pelan. Ia terlihat sangat menyayangkan kehilangan kawannya. Yang tadi di panggil Senju kemudian menggeser dirinya untuk bisa duduk disebrang [name], ia juga ingin bercerita.


"Dia hanya sekali datang ke mimpiku. Dia berpesan untuk jangan mencari dia lagi karna dia sendiri juga tidak tahu bagaimana caranya pulang. Setelah itu dia tidak pernah masuk mimpiku lagi" Senju menyesap tehnya, ia terlihat acuh meski perasaannya juga sama dengan Benkei, ia merasa amat kehilangan.

"Kalau Takeomi-san?"

"Dia juga hanya sekali masuk ke dalam mimpiku.." Takeomi menggantung kalimatnya. Ia beralih untuk duduk di samping Senju agar bisa lebih dekat dengan [name].


"Dia pernah bilang kalau dia terjebak di danau tempat dia mati, tapi dia masih bisa pergi asalkan mm.. roh bukan sih.. atau apa ya? Aku lupa. Pokoknya asalkan roh itu mengizinkannya" gigitan roti Takeomi mengakhiri ceritanya.

[name] tertegun mendengar tiga cerita pengalaman teman dari Wakasa. Ketiga cerita itu seolah menyambung satu melengkapi puzzle-nya namun sayang belum sempurna. Masih banyak yang harus ia ketahui untuk memecahkan misteri ini.


Dua lelaki yang sudah dianggap [name] sebagai anjing peliharaannya lambat laun menyadari arah cerita kakak tingkat mereka. Mereka berdua akhirnya mengetahui dan mengerti soal permasalahan yang dihadapi oleh [name].



"Nanti juga dia hilang sendiri. Buat apa dipikirin sih?" Koko berpendapat. Ia rasa tak perlu berlebihan memikirkan orang yang wujudnya saja tidak jelas.

"Aku setuju. Lebih baik lupakan saja. Mungkin dia hanya ingin mengganggu"

Ucapan dua orang itu ada benarnya juga, harusnya [name] tidak perlu berlebihan soal ini. Lebih baik ia pulang dan melupakan semuanya soal Wakasa. 


Anggap saja itu semua hanya mimpi dan Wakasa adalah khayalannya semata.





Anggap saja itu semua hanya mimpi dan Wakasa adalah khayalannya semata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akashi Takeomi, Kawaragi Senju & Arashi Keizo

22 y/o

Postgraduate Study in Criminology

Malevolent | Imaushi Wakasa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang