[42] Datangnya Waktu

36 2 4
                                    

"Tunggu!"

Arga segera berlari mendekati Denisa, sebelum gadis itu benar-benar masuk ke stasiun. Sayangnya, Denisa seakan tidak menggubris teriakan Arga. Dia terus daja berjalan ke tempat pemeriksaan tiket dan membuat Arga terpaksa menahan koper Denisa agar Denisa tidak dapat lari lagi.

Tidak ada suara yang keluar dari mulut Arga maupun Denisa. Mereka sama-sama kaget dengan situasi ini, seperti tidak menyangka bahwa mereka akan dipertemukan di ujung asanya.

"Kamu ...."

Mata Arga segera terfokus pada mata satu Denisa. Melihat mata gadis itu, Arga seakan ditampar ribuan kali karena ada sakit yang disebabkan olehnya. Arga langsung membawa Denisa ke pelukannya, lantas dia memejamkan mata. Seketika Arga merasakan sakit yang luar biasa karena telah berbuat tidak adil kepada perempuan yang sangat dicintainya.

"Aku kira kamu enggak bakal datang, Bron," ucap Denisa parau.

Arga masih memejamkan matanya. Dia meresapi perasaan rindu yang belakangan ditahannya kepada Denisa, hingga tanpa sadar mengeluarkan air mata.

"Tadinya iya," ucap Arga. Lantas laki-laki itu melepaskan pelukannya dari Denisa dan menatap mata Denisa lekat-lekat. "Tapi, makna cinta yang kamu berikan padaku, membuat nyali si pengecut ini akhirnya muncul."

Denisa tersenyum bahagia atas pengakuan Arga. Tadinya dia pikir semua akan berakhir. Cintanya, hubungannya, dan semua kisahnya bersama Arga akan menjelma menjadi hal yang sia-sia. Namun, kedatangan Arga di tempat ini telah mengubah semua pemikirannya. Pada kenyataannya cinta yang belum waktunya berakhir, tidak akan berakhir, meskipun banyak badai menghadang.

"Aku tahu bahwa aku sudah menyakiti perasaan kamu, Sin. Aku egois. Dan kamu berhak marah atas hal ini," ucap Arga kepada Denisa.

Sontak Denisa menggelengkan kepalanya. "Marah dan meminta hubungan kita tetap berakhir? Itu sama saja aku membodohi diriku sendiri, Bron. Ya ... sebut saja aku cewek gampangan karena semudah itu memaafkan hal yang telah terjadi. Namun, apa perlunya aku menjauhkan diri dari kamu, sedangkan kamulah sumber kebahagiaanku? Aku enggak mau menyiksa diriku dengan drama percintaan semacam itu. Aku mau kamu tetap menjadi milikku."

Arga terharu oleh ucapan Denisa. Gadisnya ini begitu memiliki hati yang baik, hingga tidak mempermasalahkan semua yang terjadi di antara mereka. Padahal Arga sudah membuatnya menunggu dan menyiksa hatinya, hanya karena ketakutan yang tak berdasar. Arga merasa tidak pantas untuk kembali bersama Denisa. Namun, dia juga sadar bahwa dia dan Denisa adalah kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.

Kepala Arga mulai ditundukkan, dia seperti malu untuk menatap wajah Denisa. Semua kesalahan yang diperbuatnya, seharusnya dapat dia tebus, sebelum mendapatkan pengampunan dari Denisa. Justru kebaikan Denisa membuat Arga kian sakit dan merasa buruk atas dirinya sendiri.

Denisa mengerti Arga terbayangi oleh rasa bersalahnya. Kemudian dia mengangkat wajah Arga, lantas memberikan senyuman kepada Arga. "Kalau kamu merasa bersalah atas perilakumu, jangan jadikanku sebagai standar untuk memperbaiki semuanya, Bron. Aku sudah memaafkan kamu, kamu harus bersyukur atas hal itu. Tapi, jangan lupa perbaiki semua yang telah kamu kacaukan. Kuliahmu, hubungan pertemananmu, serta mimpi-mimpimu yang hampir gagal. Karena aku enggak mau bersanding dengan orang yang berpasrah dengan keadaan."

Arga menganggukkan kepalanya. Permintaan Denisa adalah kewajiban yang akan dipenuhinta. Sesulit apa pun memperbaiki apa yang telah rusak, Arga akan tetap mencobanya. Cintanya bersama Denisa kini bukan hanya obsesi untuk saling memiliki, tetapi kebersamaan dalam mewujudkan mimpi-mimpi yang berguna untuk masa depan mereka.

Dua insan itu seperti menemui titik temu di waktu perpisahan mereka. Denisa tidak lagi meragukan cinta Arga, Arga juga bisa bergerak bebas tanpa takut menyakiti hati Denisa. Satu peristiwa besar memang hampir meruntuhkan pondasi yang mereka bangun. Namun, reruntuhan itu tidak pernah benar-benar goyah. Justru ini saatnya untuk menguatkan kembali pondadi yang tersisa, hingga tercipta rumah yang sebenarnya.

Bangish (Badboy Nangish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang