[52] Halal Bersamamu

70 5 8
                                    

Februari, 2027.

Pernikahan.

Sebuah ikatan sakral yang tidak hanya menyatukan dua hati, melainkan juga dua keluarga yang sebelumnya tidak saling mengenal. Ketangguhan cinta tidaklah selesai hingga sebuah pasangan memasuki tali pernikahan, justru inilah lembaran baru yang jauh lebih rumit dalam suatu hubungan. Hubungan itu tidak lagi mengedepankan ego, tetapi melibatkan keputusan besar untuk mempertahankan ikatan yang ada hingga akhir hayat.

Seberat apa pun kehidupan setelah pernikahannya kelak, Arga dan Denisa sudah merasa siap untuk menghadapinya. Selama ini mereka sudah terbiasa bersama, melewati tujuh tahun hubungan yang pernuh lika-liku. Tidak hanya satu atau dua badai yang datang, tetapi ratusan badai yang berusaha memisahkan mereka.

Kini, mereka akan menjadi satu dalam tali pernikahan. Arga dan Denisa tidak akan lagi berjalan pada mimpi masing-masing, tetapi saling berpegangan tangan untuk mewujudkan mimpi bersama.

"Apa kalian sudah siap?" tanya seseorang yang berpakaian batik rapi dan menggunakan kopiah di kepala, yang tak lain adalah seorang penghulu.

Arga dan Denisa menganggukkan kepala. Meski saat ini jantung merela berdetak dengan pacuan tinggi, tetapi mereka juga tidak sabar untuk menjadi pasangan yang sah dalam ikatan cinta.

"Mas Arga silakan memberikan maharnya ke Mbak Denisa dan Mbak Denisa mohon terima mahar tersebut. Kemudian Mas Arga ikuti ucapan saya," pinta sang penghulu kepada Arga dan Denisa.

Pasangan pengantin yang berbahagia itu langsung menganggukkan kepala. Arga mengambil barang yang telah dijadikannya sebagai mahar, lantas memegang mahar tersebut secara bersamaan dengan Denisa. Denisa tersenyum melihat apa yang dipegangnya kini.

"Tolong diterima mahar dari saya, yaitu sekotak berlian, sebuah ruko bernama 'Arisa Bakery', dan seperangkat alat salat," ucap sang penghulu yang langsung ditirukan Arga dengan nada yang terbata-bata.

Denisa tersenyum haru mendengar mqcam-macam barang yang dijadikan mas kawin oleh Arga. Nantinya mas kawin tersrbut tidak hanya digunakan Denisa untuk kepentingan dirinya, melainkan untuk masa depannya bersama Arga.

"Ya, Mas, saya terima. Terima kasih," jawab Denisa, menerima mahar yang diberikan Arga kepadanya, dengan dibantu penghulu.

Para saksi pernikahan langsung menyerukan kata Alhamdulillah. Namun, Arga dan Denisa belum resmi menjadi pasangan suami istri. Masih ada ijab kabul yang harus Arga baca untuk menjadikan Denisa menjadi istrinya.

Penghulu menjabat tangan Arga dan sebisa mungkin Arga bersikap normal. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa tubuh Arga mulai bergetar hebat. Tangannya dingin dan temor, sementara wajahnya membiru. Arga takut jika dia tidak dapat membaca lafaz kabul dengan baik.

" ... Ya Arga Harun Prahutama bin Harun Prahutama ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka Denisa Dwi Rahmatya binti Wiryawan mahri sekotak berlian, sebuah ruko bernama 'Arisa Bakery', dan seperangkat alat salat hallan." Penghulu membacakam lafaz ijab dengan lancar. Kemudian dia menggerakkan tangannya sebagai tanda bahwa lafaz ijab sudah selesai dibacanya.

Peluh keringat mulai menuruni dahi Arga, mulutnya bergetar. Lidah Arga seperti kaku untuk mengeluarkan suara, dia benar-benar takut. Tanpa terasa, air mata menuruni pipinya.

Semua orang yang berada di tempat ini kaget melihat Arga yang menangis, tidak terkecuali Denisa. Namun, Arga tidak ingin kelemahannya menjadi penyebab kegagalan pernikahannya bersama Denisa. Arga harus berperilaku layaknya pria sejati, bukan sebagai anak laki-laki yang lemah.

"Saya terima nikahnya Denisa Dwi Rahmatya binti Wiryawan dengan mas kawin sekotak berlian, sebuah ruko bernama 'Arisa Bakery', dan seperangkat alat salat dibayar tunai," ucap Arga dengan lantang, dalam satu tarikan napas.

Bangish (Badboy Nangish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang