Semenjak perkataan mutlak Jaemin untuk terus menemaninya makan dan membangunkan ketika ia tidur setelah fajar menampakkan dirinya, hubungan keduanya jauh lebih baik. Bahkan Jaemin sudah tidak pernah berkata kasar atau bersikap radikal seperti sebelumnya. Malah, pria jangkung tersebut lebih perhatian meskipun terkadang tidak berucap kata manis. Lebih mengarah ke tindakan, tetapi tidak membuat Yangyang merasa kurang. Ia malah bersyukur dengan perubahan signifikan sang suami tersebut.
Seperti saat ini, Jaemin terus memainkan pipi gembil Yangyang yang sedang memasak makan malam untuk mereka berdua. Kebetulan Jaemin pulang lebih cepat dari biasanya. Mungkin untuk kali ini, pria jangkung itu tidak akan menginap di apartemen pribadinya. Ia akan pulang ke rumahnya bersama sang istri.
"Jaemin, aku sedang memasak. Bisakah kau duduk ditempatmu, hm?" pinta Yangyang dengan lembut tetapi malah semakin gencar pria jangkung itu memainkan pipi gembil sang istri.
Ia menggeleng dengan mantap seraya memeluk istrinya dari belakang. Sudah lama sekali dirinya tidak melakukan hal romantis dengan siapapun selain Haechan, mantan kekasihnya dahulu. Untuk perasaannya kepada pemuda eksotis tersebut, dirinya masih belajar untuk melupakan dan sedikit demi sedikit untuk membuka hatinya kepada istri mungilnya.
"Kenapa tubuhmu akhir-akhir lebih berisi dari biasanya, hm? Semakin membuatku ingin terus memelukmu seperti ini" ujar Jaemin seraya memeluk istrinya lebih erat sesekali mencium pipi itu dengan sayang.
Yangyang diam sejenak dan sesekali mengulum bibirnya. Entah kenapa perasaannya gundah akan berita kehamilannya. Apakah pria ini akan menolak atau justru biasa saja. Ia pun takut jika Jaemin tidak percaya bahwa ini adalah anaknya. Lebih baik ia tidak usah bercerita dahulu.
"Kenapa diam? Ada masalah, Yang-ie?" tanyanya yang mengerti kebisuan sang istri. Yangyang tersenyum seraya mengelus pipi itu lembut.
"Tidak ada masalah, Jaemin. Aku diam karena harus memasak makan malam kita" ujarnya. Jaemin mencebik dan menaruh dagunya dipundak istrinya. Semantara Yangyang, tidak begitu tertanggung dengan aktivitas suaminya itu. Sudah terbiasa baginya.
"Bisa kah kau memberiku nama khusus? Aku sudah memanggilmu Yang-ie agar terkesan lebih dekat denganmu. Seharusnya kau juga memanggilku berbeda biar kita lebih dekat" gumamnya seraya mencium ceruk leher yang mengeluarkan aroma mawar tersebut.
Yangyang terkekeh kecil dan menggusak surai hitam sang suami gemas. Ini kah sifat asli Jaemin yang tidak di keluarkan olehnya selama ini? Begitu menggemaskan. Yangyang mematikan kompornya dan membalik badan seraya mengalungkan tangannya pada leher jenjang suaminya.
Jaemin menatap dalam mata indah tersebut seraya tersenyum lembut. Jantungnya berdetak tak karuan ketika menyelami kelereng coklat tanah tersebut. Begitu menenangkan sekali. Sama halnya dengan Yangyang, ia pun turut menyelami kelereng hitam pekat layaknya jelaga tersebut.
"Kau ingin panggilan khusus dariku?" tanyanya dan diberi anggukan dari Jaemin.
"Baiklah, aku akan memanggilmu Nana" jawabnya. Jaemin mengernyitkan dahinya mendengar panggilan itu. Sedikit aneh tetapi ia cukup menyukai panggilan itu.
"Kenapa Nana, hm?"
"Karena margamu Na. Dan aku hanya menambahkan kata Na lagi, jadilah panggilan Nana hehe"
Jaemin ikut terkekeh seraya mencubit pucuk hidung istrinya gemas. Pria mungil ini kenapa begitu menggemaskan, rasa-rasanya ingin Jaemin dekap selalu tanpa boleh orang lain menemuinya. Dulu ia memang membenci pria ini karena sebuah Cinta konyol tetapi ketika merasakan Cinta yang sesungguhnya dari sang istri, ia baru menyadari betapa cantik; indah; dan menggemaskannya Yangyang. Beruntung Jaemin memiliki Yangyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Side [JAEMYANG]✔️
FanfictionCinta satu sisi itu memang menyakitkan, apalagi kau tau bahwa orang tercintamu masih menyimpan rasa dengan mantan kekasihnya. Liu Yangyang merasakan hal tersebut, bagaimana sakitnya ketika sang suami tidak pernah melihatnya dan tak balik mencintainy...