Seven

3.7K 402 103
                                    

Saat ini keadaan makan siang begitu tegang. Pasalnya teman lama Yangyang alias Jay Park meminta bergabung makan siang bersama dirinya dan juga suami serta orang tua si mungil Jisung. Sedari tadi aura Jaemin selalu menampakkan aura tidak menyenangkan saat Jay datang dan duduk dihadapannya. Apalagi bersebelahan dengan istri mungilnya tersebut. Aura gelap begitu mendominasi dirinya meskipun matahari sedang sangat terik siang ini.

Yangyang pun hanya bisa diam dan sedikit takut karena aura sang suami begitu suram, semenjak ia datang bersama sahabat lamanya itu. Tapi mau bagaimana lagi, Jay sedikit memaksa untuk ikut makan siang bersamanya karena ingin tau bagaimana Jaemin dan juga orang tua bayi yang ada di gendongnya kala tadi. Ia pun menyanggupi permintaan pria berbadan atletis tersebut.

Sedari tadi Jaemin selalu memberikan death glare nya kepada Jay karena dengan terang-terangan mengusap kepala istrinya dan juga mencubit pipi semi gembil yang akhir-akhir ini Jaemin pun menyukainya. Apalagi istrinya itu sama sekali tidak keberatan kala tangan besar orang asing itu memegang aset pribadinya. Jaemin membenci hal itu.

Sementara Jeno dan Renjun hanya bisa menatap ketiganya dalam diam. Sesekali mereka saling melirik, apa yang akan terjadi setelahnya. Apakah ada pertumpahan darah antara Jaemin dan juga teman Yangyang ini? Mereka tidak tau hanya memilih diam karena bukan ranahnya mereka untuk ikut campur.

"Lee Jeno?" panggil seseorang. Jeno yang merasa terpanggil menoleh dan tersenyum cukup lebar kala rekan kerjanya berada di hadapannya.

"Minhyung-ssi. Senang melihatmu disini. Apakah ada pertemuan kerja sama perusahaanmu dengan perusahaan lain?" tanya Jeno seraya berdiri menemani rekan kerjanya bernama Minhyung.

Jaemin yang ikut menoleh pun, juga terkejut ketika mantan kekasihnya yang masih ia cintai itu berada disana bersama sang suami. Haechan yang awalnya tersenyum manis pun tanpa gusar dan sedikit memudarkan senyum manisnya karena tau bahwa Jaemin berada disini. Ia merasakan ada perasaan buruk kali ini, entah apa tapi ia merasakannya.

"Ahh tidak Jeno-ssi. Aku sedang tidak dalam perjalanan bisnis kali ini. Aku sedang berbulan madu dengan istriku, kebetulan jadwalnya sedang kosong selama 2 minggu ke depan. Maka dari itu aku membawanya untuk berbulan madu" ujar Minhyung seraya mengapit pinggang Haechan dengan mesra.

Haechan tersenyum kaku seraya memperkenalkan diri kepada Jeno. Dan Jeno pun ikut memperkenalkan diri beserta istri dan juga anaknya, Jisung. Setelah perkenalan singkat tersebut, Jeno menyuruh mereka berdua untuk bergabung makan siang. Karena masih tersisa 2 bangku kosong disebelah Jay dan juga Renjun. Tanpa banyak protes dan tolakan, Minhyung menyetujui tanpa tau ada perubahan mimik wajah yang kentara dari beberapa orang disana.

Haechan dengan raut wajah gelisah, Jaemin dengan raut wajah muak dan kesalnya, serta Yangyang dengan raut wajah sendunya. Mereka akhirnya makan siang bersama sesekali berbincang santai dan juga berkenalan satu sama lain. Tetapi ada sedikit kaku karena tidak terbiasa seperti ini, apalagi baru pertama berkenalan.

Sedari tadi Jay mengamati wajah-wajah yang berada disekitarnya sesekali juga melirik Yangyang yang berada disebelahnya. Ada yang tak beres dari mereka semua termasuk sahabatnya ini. Jay penasaran tetapi bukan waktu yang tepat untuk mengulik keresahan dari rasa penasarannya tersebut. Ia terus memakan sesekali menyauti pertanyaan dari Minhyung yang juga sama pembisnisnya dengan mereka.

"Maaf tuan dan nyonya, kami membawakan hidangan spesial dari restoran kami. Semoga kalian menyukainya" ujar salah satu pelayan seraya menaruhnya diatas meja makan mereka. Semua orang disana berterima kasih dan mulai menyantap hidangan spesialnya.

"Do you want it, honey?" tanya Minhyung terhadap Haechan.

Haechan menatap Jaemin sekilas tetapi langsung teralihkan karena pria jangkung tersebut menatapnya begitu dalam. Ia pun tersenyum dan menyodorkan piringnya ke hadapan suaminya.

One Side [JAEMYANG]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang