Four

3.6K 380 22
                                    

Lelaki yang masih asik berbaring di ranjang besarnya itu seketika terusik ketika sinar matahari memasuki kamarnya melewati sela-sela gorden yang terpasang pada jendela kamarnya. Ia pun membuka mata perlahan seraya memegang kepalanya yang terasa berat dan berputar-putar. Jaemin mendudukkan tubuhnya pada ranjang miliknya seraya bersandar pada head board.

Ia memijat pelipisnya yang masih terasa pening seraya mengingat kejadian kemarin malam. Mabuk di club ternama daerah Gangnam bersama salah satu rekan kerjanya dan juga managernya. Setelahnya, yang ia ingat hanya berada di mobil dan tiba-tiba sudah berada di depan rumah miliknya dan sang istri. Malas untuk memikirkan kejadian kemarin, ia pun menyibakkan selimutnya.

Tapi pergerakannya terhenti ketika ia baru mengingat sejak kapan ia berada di kamarnya ini dan sejak kapan juga ia memakai piyamanya? Yang ia ingat, ia masih mengenakan baju modellingnya dan berada di depan rumahnya. Ia pun mengedikkan bahunya tak peduli, mungkin yang membawanya ke kamar adalah sang istri. Siapa lagi kalau bukan Yangyang? Untuk hal ini, Jaemin mentoleransi karena keadaannya pun dalam keadaan yang tidak sadar. Biarkan Yangyang menyentuh tubuhnya hanya untuk kali ini.

Ia pun membasuh wajah dan mengganti piyamanya dengan pakaian rumahan. Memakai kaos oblong berwarna putih polos dan celana pendek selutut. Jaemin pun menuju dapur karena terdengar suara perpaduan alat masak disana dan terlihat istri mungilnya sudah berada didepan kompor, entah sedang memasak apa Jaemin tidak peduli. Ia pun mengambil gelas bening dan menuangkan air mineral dingin seraya menenggaknya hingga tandas.

Yangyang yang mengetahui ada suaminya pun hanya diam dan fokus pada masakannya. Ia tidak ingin berinteraksi dulu dengan suaminya itu, setelah apa yang lelaki itu lakukan kepadanya. Meskipun ia adalah suaminya tetapi rasa sakit ketika pria itu menyebutkan nama orang lain ketika sedang menggapai nirwarna begitu menyakiti hati pemuda mungil itu. Jadi, Yangyang memutuskan untuk tidak begitu berinteraksi dengan suaminya. Lebih tepatnya, menghindar untuk beberapa saat. Menyembuhkan luka hatinya yang sudah tergores semakin membesar.

Jaemin yang merasa janggal dengan sikap istrinya itu hanya mengernyitkan dahinya samar. Ia memerhatikan Yangyang dari meja makan seraya melahap satu buah roti tawar yang berada diatas meja. Jaemin merasa bahwa pemuda mungil itu hanya diam dan tidak tersenyum seperti biasanya. Meskipun ia sering menyakiti perasaan pemuda itu, tapi Yangyang akan terus mengajak berbicara atau tersenyum kepadanya dengan senyum cerahnya. Tapi untuk hari ini, pria itu seperti mengabaikannya dan tidak ada senyuman seperti biasanya. Ada perasaan tidak suka yang Jaemin rasakan.

Yangyang pun meletakkan satu mangkuk bubur ayam dan satu piring buah melon. Ia sodorkan pada suaminya dan diterima baik oleh Jaemin. Setelah memberikan satu mangkuk bubur tersebut, Yangyang langsung membersihkan peralatan masaknya kemudian pergi meninggalkan meja makan tanpa menoleh sama sekali kepada Jaemin. Jaemin tanpa sadar meremat sendok bubur tersebut dengan erat dan membantingnya keras. Ia berdiri dari duduknya dan menarik tangan Yangyang yang akan memasuki kamarnya kembali.

Yangyang terkejut ketika mendapati wajah marah Jaemin dan remasan kuat dari pria itu di lengannya. Ia merintih kesakitan seraya berusaha melepaskan remasan itu dari tangan besar Jaemin. Jaemin yang merasa istrinya ingin melepaskan cengkramannya, semakin kuat meremas lengan kecil itu. Dan suara rintihan lebih keras terdengar di pendengarannya.

"S-sakit Jaemin! Lepaskan, aku mohon" mohon Yangyang.

"Kau berusaha mendiamiku, huh? Membalaskan dendam sakit hatimu akibat perbuatanku, iya? Sudah mulai hebat sekarang?!"

Yangyang menggeleng pelan seraya melepaskan cengkraman itu. Jaemin pun melepaskan tetapi langsung menangkup pipi itu dengan keras. Yangyang kembali ketakutan karena perlakuan suaminya.

One Side [JAEMYANG]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang