9/10

1.4K 229 96
                                    

11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11. 20 AM

Joanna baru saja bangun, hal pertama yang dilakukan adalah memasang bra dan memasuki kamar mandi. Kemudian keluar kamar guna mencari makanan yang bisa dimakan saat ini. Baru saja Joanna membuka pintu, Kennan sudah menyambutnya. Dengan rambut warna tosca yang begitu mencolok mata.

"Ini dia, orangnya baru bangun! Siap-siap, Jo! Kita ada pemotretan jam dua!"

"Jeffrey tidak memberi tahu apa-apa kemarin. Jeffrey---"

"Aku lupa, kemarin kau pulang terlambat. Semalam kita juga keasyikan menonton series hingga fajar."

Joanna akhirnya mendengus sebal, lalu kembali memasuki kamar setelah mengambil sepotong donat coklat yang sudah tersaji di atas meja terdekat. Tentu saja meja makan, karena apartemen ini tidak cukup luas dan bergaya open space dalamnya. Hanya kamar Jeffrey dan Joanna saja yang bersekat tembok, ruangan yang lain tidak.

Setelah mandi, Joanna memakai atasan oversize dan celana hitam. Tidak lupa masker putih untuk menutupi setengah wajahnya. Karena Kennan memang memintanya untuk tidak memakai riasan. Sebab---ketika tiba di tempat pemotretan, dia akan mendapat riasan dari MUA professional.

6. 20 PM

Setelah beberapa jam berada di studio pemotretan---kini Kennan, Jeffrey dan Joanna sedang berada di restoran mewah langganan mereka. Sebagai bentuk self reward karena mereka telah bekerja dalam beberapa jam.

"Aku tidak perlu memposting juga, kan? Aku tidak ingin membuka gembok akun instagram."

Jeffrey menatap Joanna kesal, entah karena ucapannya atau karena hal yang lainnya. Iya, mungkin karena kejadian pagi tadi. Ketika Joanna langsung berdiri padahal Jeffrey sedang dalam tegangan tinggi. Sehingga membuat kepalanya tidak berhenti pusing sejak tadi hingga saat ini.

"Tenang saja, hanya Jeffrey yang mengunggah. Bayarannya sudah kukirim ke rekeningmu juga. Sesuai kesepakatan, fifty-fifty meskipun sebenarnya Jeffrey yang berperan lebih banyak."

Ucap Kennan sembari melirik Jeffrey yang sejak tadi banyak diam. Padahal, biasanya dia yang paling petakilan di tempat pemotretan. Namun, berbeda dengan sekarang.

Joanna memang menyadari perubahan mood Jeffrey, namun dia pura-pura tidak peduli karena sudah tahu apa alasannya saat ini. Iya, karena kejadian tadi pagi. Apalagi? Karena Jeffrey sempat ingin menciumnya kalau dia tidak dengan sigap berdiri dan melepaskan diri.

Bukannya tidak suka Jeffrey, tetapi Joanna benar-benar takut terkena penyakit. Jeffrey tampan, mapan, ramah, populer di kalangan wanita, dan sering mendatangi kelab jika tanggal tua. Bagaimana Joanna tidak takut ketika akan diajak nananina?

"Thanks! Itu memang sudah perjanjian kita. Wajahku memang tidak cantik-cantik amat, tubuhku juga tepos depan belakang. Tetapi aku bukan wanita gampangan yang bisa ditiduri dengan mudah!"

Kennan terkekeh pelan, karena baru kali ini mendengar Joanna berbicara demikian. Maksdunya, mengatakan sesuatu yang agak kekanak-kanakan. Karena dia sudah bisa menebak arah pembicaraannya ke mana dan sedang menyindir siapa.

Jeffrey, siapa lagi? Si tuan muda ini pasti sudah melakukan hal yang tidak-tidak sebelum dia datang ke apartemen siang tadi.

"Di surat perjanjian kita, seks boleh dilakukan jika atas dasar sama-sama suka! Aku dengar tadi kau sempat mendesah---"

"TUTUP MULUTMU ISKANDAR! Itu karena kau sengaja menggesekkan penismu di sana!"

Pekik Joanna cukup kencang, beruntung meja yang mereka tempati terletak cukup jauh dari kerumunan. Suara Joanna juga tidak sekeras itu hingga dapat didengar orang-orang. Sehingga reputasi Jeffrey bisa tetap aman sekarang.

"Munafik! Sudah lah! Aku mau pergi, kalian makan saja sendiri! Mobil kubawa, kalian pulang naik taksi!"

Jeffrey langsung berdiri sekarang, meninggalkan Kennan dan Joanna di restoran.

"Itu yang kamu katakan laki-laki dewasa, berwibawa dan bla bla bla? Usia hanya angka, aslinya seperti bocah!"

Joanna mendengus kesal, melirik Jeffrey yang tidak kunjung membalikkan badan.

"Biasanya dia tidak seperti itu, mungkin hari ini sedang pusing karena kantung testisnya penuh."

Kennan mulai tertawa, tetapi Joanna justru menatap kecewa siluet Jeffrey yang sudah menghilang dari pandangan.

"Sebenarnya aku juga tidak masalah. Dia suamiku meskipun hanya sementara. Tapi pernikahan kita sah secara agama maupun negara. Masalahnya---"

"Masalahnya apa?"

Joanna yang baru saja menatap Kennan, kini langsung menoleh ke sumber suara. Pada Jeffrey yang entah sejak kapan sudah berada di belakangnya. Dengan wajah merah padam dan alis diadu rapat.

Kennan hanya bisa menahan tawa di tempat. Menatap dua sejoli ini yang tampak masih saling jual mahal dan kurang terbuka. Padahal, Kennan yakin jika sebentar lagi mereka akan saling cinta dan sulit dipisahkan.

Kalian mau aku spill surat perjanjian nikah kontrak Jeffrey Joanna?

Kalo iya, kasih banyak komentar di setiap line kalimat. Dari chapter 1-10.

Kalo udah, nanti aku kirim di email masing-masing, supaya kalian bisa ngerasain privilege jadi readers aktif :)

Tbc...

365 DAYS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang