15/15

1.2K 217 181
                                    

Next chapter kalo chapter 14-15 dapet 100+ comments.

6 bulan sebelum menikah.

Joanna sedang menangis sendirian, di dalam kamar. Karena dia baru saja mengetahui fakta bahwa Johnny, mantan pacar yang sejak lima tahun dikencani---telah bertunangan dengan wanita lain yang cukup dikenal olehnya. Isla, wanita single parent satu anak sekaligus si pemilik cafe dekat kantornya.

Joanna dan Isla cukup dekat sebelumnya. Bahkan, Joanna sering membelikan mainan untuk Arga, anak Isla yang saat ini berusia sekitar 10 tahunan.

Aku sudah berjanji pada Bulan untuk menjaga istri dan anaknya. Joanna, maaf. Aku tahu kamu bisa menjaga diri lebih baik jika aku tidak ada. Tapi tidak dengan Isla dan anaknya.

Titik terendah Joanna ada pada kejadian ini, ketika Johnny mengatakan hal yang menurutnya sangat tidak masuk akal sama sekali. Karena---tidak apple to apple jika membandingkan dirinya dengan Isla. Mereka berbeda, Johnny-pun masih bisa menjaga Isla beserta anaknya tanpa menikahinya.

Joanna harus berdamai dengan keadaan ini sendiri. Memberi pengertian pada orang tuanya bahwa dia dan Johnny sudah berpisah secara baik-baik. Lima tahun bukan waktu yang singkat, orang tua Joanna tentu saja kecewa karena sudah berharap banyak sebelumnya.

Begitu juga dengan Joanna, sakit hati yang didapat bahkan membuat berat badannya turun drastis dalam satu bulan. Kemudian naik lagi ketika Teressa dan Kennan datang. Mereka menyelamatkan Joanna ketika badai itu datang.

10. 59 PM

Kembali ke masa sekarang, Joanna baru saja mandi dan ingin bergegas tidur malam. Tiba-tiba saja suara pintu mulai terdengar. Pertanda Jeffrey sudah pulang. Namun, Joanna juga mendengar suara perempuan di luar.

"Ini kamarku, nanti bawa keluar baju kotormu. Supaya bisa kucuci langsung."

Joanna diam saja di dalam kamar. Ketika Jeffrey mengetuk pintu kamarnya, Joanna juga bergegas membuka karena dia memang tidak menyimpan dendam padanya.

"Boleh pinjam pakaian? Hani menginap dan bajunya basah."

Joanna mengangguk singkat, lalu kembali memasuki kamar. Membiarkan Hani mengintip kamarnya dan membandingkan dengan kamar Jeffrey sekarang.

"Kak Jeffrey, kenapa kamar Joanna lebih besar? Kamarmu terlihat seperti wardrobe---"

"Memang. Sudah, jangan banyak bicara! Masuk kamar mandi sana! Nanti baju gantinya aku antar."

Hani mengangguk singkat, lalu bergegas memasuki kamar Jeffrey dengan raut senang.

"Ini, ada dalaman baru yang belum kupakai juga."

"Terima kasih. Joanna, ada yang mau kubicarakan."

"Apa?"

Jeffrey tampak salah tingkah, namun Joanna tampak biasa saja. Karena hal ini memang masih tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rasa sakit yang dulu pernah Johnny berikan.

"Aku sudah memberi tahu Hani tentang pernikahan kontrak kita. Tapi kamu tenang saja, dia tidak akan membocorkan ini pada orang-orang."

Joanna terkejut pada awalanya, namun segera ditutupi karena dia merasa bahwa ini hak Jeffrey juga untuk berkata demikian.

"Tidak masalah. Toh, kamu yang paling dirugikan jika hal ini sampai tercium orang luar. Orang tuaku, mereka akan baik-baik saja karena bagi mereka---yang terpenting aku menikah. Tidak peduli mau kontrak ataupun tidak."

Jeffrey semakin merasa bersalah sekarang. Joanna memang terlihat biasa saja, namun ucapannya berkata sebaliknya. Sebab, mana ada orang tua yang tidak kecewa jika anaknya menikah kontrak seperti apa yang tengah mereka lakukan.

365 DAYS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang