12/12

1.5K 214 103
                                    


21+

Joanna mulai memejamkan mata, tangan yang awalnya diam saja kini sudah dikalungkan pada leher laki-laki di depannya. Seakan mendapat lampu hijau, Jeffrey mulai memperdalam ciuman. Kedua tangannya juga tidak tinggal diam dan mulai digunakan untuk mengusap punggung si wanita.

Pelan, sangan pelan. Hingga tanpa sadar, tiba-tiba saja tangan Jeffrey sudah masuk ke dalam kaos Joanna. Mengusap punggung dan tali bra dengan sangat pelan. Seolah memang sengaja bermain-main di sana sebelum kaitan kecil di sana lepas.

Lihat saja, jari telunjuk Jeffrey sudah memainkan kaitan bra di dalam kaos Joanna. Sesekali dia juga menekan-nekan garis punggungnya dengan pelan. Seolah memang sedang menggoda dan enggan berterus terang mengerjakan tujuan.

Joanna sudah membuka mata, ditatapnya Jeffrey yang setengah terpejam dan sesekali menyunggingkan senyuman ketika tautan bibir mereka terlepas.

"Rasa stroberi, kan?"

Tanya Jeffrey jenaka, saat ini ibu jari tangan kirinya sudah mengusap pelan pipi Joanna yang terkena saliva. Wajah mereka masih sangat dekat, keduanya bahkan bisa merasakan nafas dan degub jantung masing-masing sekarang.

"Bukan, rasa mangga. Tadi makan manggaku, kan?"

Bukannya menjawab, Jeffrey justru tertawa pelan. Lalu kembali mendekatkan wajah dan melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. Saling lumat dan bertukar saliva. Sesekali juga saling gigit karena gemas. Siapa lagi kalau bukan Jeffrey pemicunya, karena sejak awal dia memang sudah menyimpan ini sendirian.

Kedua tangan Joanna yang awalnya diam saja, kini sudah merambat di dada bidang si pria---di dalam kaos hitam polos yang dipakai sekarang. Membuat kedua tangan kecilnya mulai menari-nari di sana.

Jeffrey juga tidak mau kalah. Kedua tangannya bahkan sudah membawa tubuh Joanna pada pangkuannya. Kemudian memasukkan kedua tangan melalui bawah kaos yang Joanna kenakan. Lalu meremas sesuatu dibalik bra putih yang saat ini masih belum terlepas.

Tidak kecil ataupun besar. Ukurannya pas di genggangaman tangan. Oke, ingatkan Jeffrey untuk tidak mengatai Joanna rata lagi mulai dari sekarang.

Setelah ciuman terlepas, Jeffrey mulai menyingkap kaos Joanna hingga di atas dada. Lalu mendekatkan wajah di sana. Mengeluarkan isi bra tanpa melepas kaitan dari belakang. Dia hanya mengeluarkan mereka dari atas hingga membuat dirinya tampak seperti bayi besar yang sedang kehausan.

Bukannya mencegah, Joanna justru mulai menarik kedua tangan. Lalu memeluk kepala Jeffrey agar semakin melanjutkan kegiatan. Hingga membuat leguhannya sesekali keluar karena Jeffrey sudah meloloskan celana piyama yang saat ini dikenakan.

Berapa menit berlalu, sesi foreplay berlangsung sangat panas meskipun belum sampai mmebuat lawan mencapai puncak terlebih dahulu.

Saat ini Jeffrey sedang melepas celana dan boxernya. Hanya kaos hitam yang masih tersisa, begitu juga dengan kaos putih dan bra Joanna yang masih melilit tubuhnya.

Jeffrey sudah naik di atas sofa, kemudian mengarahakan miliknya di sana setelah membenarkan posisi tubuhnya. Setengah berdiri di depan Joanna yang sudah merenggangkan kedua kaki dan bersender pada pegangan sofa.

"Tunggu, using protection!"

Joanna menahan tubuh Jeffrey dengan telapak tangan kanan. Membuat pusat tubuh mereka hanya bergesekan tanpa melakukan penetrasi seperti niat awal.

Wajah Jeffrey sudah berubah. Alisnya diadu sekarang, membuat Joanna mendengus kesal dan berniat mengalah saja. Karena kalau tidak, Jeffrey pasti akan bertingkah seperti bocah menyebalkan seperti sebelumnya.

"Keluar di luar!"

Jeffrey tidak mengangguk ataupun menggeleng, namun dia kembali menampilkan senyum jenaka sebelum benar-benar menyatukan pusat tubuh mereka.

"Ahhh..."

Leguh keduanya berbarengan, karena ini adalah penyatuan pertama mereka setelah sekian lama tidak melakukan itu dengan pasangan terakhir mereka.

Sempit, lembab, itu yang Jeffrey rasakan. Miliknya terasa sedang dihimpit erat hingga membuatnya kesulitan bergerak. Begitu juga dengan Joanna. Saat ini dia tidak berhenti menggigit bibir bawah guna menghalu leguhan. Padahal, Jeffrey tidak masalah jika Joanna berteriak kencang sekalipun. Toh, hujan turun sangat deras dan tetangga tidak akan mungkin mendengar apalagi mengganggu.

Jeffrey terus memacu tubuhnya maju mundur, membuat Joanna semakin mencengkram sofa erat-erat agar tubuhnya tidak semakin mundur.

Keringat mereka mulai bercucuran. Aroma percintaan juga mulai tercium kuat dan membuat mereka semakin tidak terkendali sekarang. Joanna sudah berada di atas. Dia menduduki Jeffrey yang sudah duduk menghadap televisi yang masih menyala. Tubuhnya bergerak naik turun. Sedangkan Jeffrey sesekali menumbuknya dari bawah dan memegangi pinggangnya agar tidak jatuh.

Keduanya saling pandang, pagutan juga sesekali terjadi, kemudian lepas lagi setelah Joanna meracau lagi. Terkadang mengatakan faster deeper, namun terkadang juga mengumpati Jeffrey yang terlalu kencang menumbukkan tubuh hingga miliknya terbenam terlalu dalam.

"AKH!"

Pekik Jeffrey ketika Joanna menggigit pundak kanannya. Membuat miliknya terlepas dan mengeluarkan lahar hangat di luar. Padahal, dia berniat mengeluarkan di dalam dengan dalih lupa. Padahal, aslinya hanya kepalang enak saja. Kalau jadi anak, seharusnya tidak masalah karena mereka sudah menikah, kan?

Joanna langsung mengambil banyak tisu yang terletak di atas meja untuk membersihkan lahar Jeffrey yang terkena wajahnya. Sekaligus bagian depan tubuhnya yang belum sempat dijauhkan.

"Tuh, kan!"

Pekik Joanna karena kesal. Dia langsung berlari kecil memasuki kamar. Guna mengeluarkan sisa sperma yang tadi sempat memasuki tubuhnya sebelum dikeluarkan. Iya, Joanna sempat terlena sebentar. Karena dia mencapai puncak pada tumbukan terkahir sebelum Jeffrey mencapai pelepasan. Itu sebabnya dia terlambat melepaskan diri sebelumnya.

Jeffrey terkekeh pelan, lalu mengambil beberapa tisu untuk membersihkan miliknya. Kemudian kembali ke kamar guna membersihkan badan tanpa memakai bawahan apa-apa.

6. 30 AM

Joanna baru saja keluar kamar, dia sudah siap memakai pakaian kerja. Niat awal---Joanna ingin memasang wajah garang pada Jeffrey atas insiden kemarin. Namun segera diurungkn setelah menatap beberagai makanan di atas meja makan.

Ada buah-buahan lengkap, susu rendah lemak miliknya yang masing mengepul atasnya---dan nasi kuning beserta topping lengkap di atasnya.

Benar-benar surga. Roti dan oat? Maaf, mereka siapa, ya? Karena di mata Joanna, kepuasaan perutnya adalah yang utama. Saat ini dia sangat lapar dan ingin mengeksekusi nasi kuning dan kawan-kawannya segera.

"Ayo sarapan!"

Ajak Jeffrey yang baru saja mengambil sendok pada rak. Kemudian membuka kulkas untuk mengambil air dingin dari sana.

Tanpa banyak bicara, Joanna langsung mengeksekusi nasi kuning. Membuat Jeffrey senang bukan main karena usahanya menyenangkan Joanna pagi ini berhasil.

"Sabtu ini kita ke rumah orang tuaku. Aku libur. Kamu bisa pulang sore di hari itu?"

Joanna mengangguk cepat, karena dia memang hanya sibuk di hari senin hingga jumat saja. Kalaupun hari sabtu harus lembur juga, itu berarti Joanna sedang kerasukan. Karena dia tidak akan menyia-nyiakan sore sabtu untuk duduk di atas meja kerja saja. Rebahan di atas ranjang, bukankah itu terdengar lebih menyenangkan?

Mertua: Joanna, sabtu besok bawakan Papa buah mangga dan jeruk bali, ya? Jeffrey jadi ikut datang? Usahakan jangan menginap. Datang sore supaya pulangnya tidak kemalaman. Kalau Hani berbicara yang tidak-tidak jangan didengar. Hari ini Papa berangkat ke Paris, sabtu malam pulang. Semoga tidak kemalaman samapi rumah.

Buat 8 chapter terkahir udah mulai bikin greget. 100 comments for next chapter.

Tbc...

365 DAYS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang