he was always mad at her

3K 300 4
                                    

Welcome to Jaehyun Lisa area, luv!

Disclaimer! FICTION, don't take it seriously into real life, 100% own idea, harsh word, this story is not recommended for minors. Written with bahasa, non baku area.

Please give feedback on this story in the form of votes and comments, thank you.

***

"Lalisa!" Teriakan itu membuat Lisa yang tengah fokus menulis jadi menoleh ke sumber suara.

Di sana Jaehyun berdiri dengan tampang marahnya, menatap ke arah satu-satunya gadis yang tengah menatapnya dengan takut.

Siswa siswi di kelas itu mulai berbisik-bisik tentang 'kesalahan apa lagi yang dibuat si cupu sampai membuat Jaehyun marah seperti itu?'

Gadis dengan kepang dua itu mendekat perlahan. Kacamata yang berada di hidungnya melorot maka dengan spontan tangannya membenarkan letak kacamatanya.

"Ikut gue!" Jaehyun menarik tangan Lisa dengan paksa, membuat gadis itu mengikutinya dengan tertatih.

Semua siswa-siswi berbondong-bondong berjalan ke arah jendela hanya untuk melihat pemandangan yang tampak biasa, namun terlihat menarik di mata mereka.

Di mana seorang Jaehyun yang dikenal suka menebar senyuman di mana-mana, bersikap berbanding terbalik pada Lalisa yang terkenal pendiam di sekolah.

Jaehyun menghempas secara paksa tangan Lisa, membuat gadis itu meringis nyeri. Ia sudah biasa diperlakukan seperti ini oleh lelaki di depannya.

Sekitar dua tahun yang lalu, entah kenapa Jaehyun selalu memperlakukan dirinya dengan buruk. Sampai sekarang pun, Lisa masih belum tahu, alasan di balik kebencian Jaehyun padanya.

"Gue bilang apa kemaren sama lo?" tanya Jaehyun dengan rahang yang mengeras.

Lisa tampak terdiam sambil menunduk. Sontak saja hal itu membuat Jaehyun mengangkat wajah Lisa.

"Angkat kepala lo kalo gue lagi ngomong," desis cowok itu tak suka dengan Lisa yang nampak tak mendengarkannya.

"M-maaf," ucap Lisa sambil memandang Jaehyun dengan takut.

"Tahu kesalahan lo, kan?" tanya Jaehyun lagi, membuat Lisa menganggukkan kepalanya. "Gunanya mulut buat apa, Lalisa?"

Jaehyun yang menekan katanya membuat Lisa segera berujar pelan dan singkat, "Tahu."

"Apa?"

"H-handphone aku gak aktif." Gadis itu terdiam beberapa saat sebelum kembali berujar, "Gak berangkat bareng kamu."

"Hm, terus?" tanya Jaehyun lagi sambil duduk di sofa lapuk yang memang berada di sana.

Lisa tampak mengingat kembali apa kesalahannya yang lain. "C-cuma itu?" ujar Lisa, ia pun ragu dengan jawaban yang ia berikan. Pasalnya, Jaehyun selalu mencari kesalahan sekecil apapun padanya.

"Lalisa, lo ketemuan sama Jungkook tanpa seizin gue?" Jaehyun menggeram di akhir.

"J-jungkook bilang udah izin sama kamu," cicit Lisa sambil menunduk takut.

Jaehyun menyugar rambutnya ke belakang. "Lo mau jadi jalang? Udah ngedeketin Mingyu tahun lalu, sekarang malah mau ngedeketin Jungkook?"

Lisa sakit hati mendengarnya, tapi mau bagaimana lagi? Dirinya juga diterima di sekolah ini karena mendapatkan beasiswa dan Jaehyun ... bisa mencabut beasiswa Lisa kapan saja.

Harapan terakhirnya hanya ada pada Jaehyun, dan gadis itu sama sekali tak bisa membantah.

"Come here, I'll give you a punishment," ujar Jaehyun dengan suara rendahnya.

Lisa berjalan perlahan ke arah Jaehyun, lalu berdiri di depan cowok itu.

"Duduk," titah Jaehyun.

Lisa segera melaksanakan perintah Jaehyun dan duduk di sofa, "I didn't tell you to sit on the couch."

Lisa menegang dengan tangan yang gemetar. Melihat Lisa yang ragu-ragu, Jaehyun segera menarik Lisa hingga gadis itu terduduk di pangkuannya.

"Kiss my lips," titah Jaehyun membuat Lisa mendongak.

Lisa memejamkan matanya sebentar sebelum menghela napas. Hukuman terberat yang diberikan Jaehyun padanya adalah menciumnya. Bersyukur, Jaehyun belum pernah bermain tangan padanya.

Hanya saja, hukuman yang Jaehyun berikan sedikit membingungkan Lisa.

Lisa perlahan mendekatkan bibirnya pada bibir Jaehyun dengan memiringkan wajahnya. Gadis itu mulai mencecap bibir pemuda yang nampak tak mau membuka mulutnya.

Lisa yang kaku hanya bisa melakukan semuanya sesuai instingnya. Berharap jika hukumannya segera selesai.

Suara bel berbunyi, membuat Lisa segera menjauhkan wajahnya dari wajah Jaehyun. "J-jae ... udah masuk."

"Suruh siapa?" tanya Jaehyun dingin, "Hukuman lo belum selesai."

"T-tapi udah masuk, Jae." Lisa berusaha memberikan alasan.

"Shut up your fucking mouth and do the punishment properly."

Mau tak mau, Lisa harus menjalankan apa yang Jaehyun perintahkan. Sampai saat di mana Jaehyun mulai membalas ciumannya, lalu pergi meninggalkan Lisa tanpa sepatah kata pun.

Lisa menghela napasnya pelan, lagi-lagi ia diperlakukan seperti jalang oleh lelaki itu.

***

Lisa hanya tinggal berdua bersama ibunya, ayahnya telah meninggal saat dirinya masih kecil.

Ibunya, Sandara Park hanya bekerja disebuah toko bunga dan Lisa kini tengah bekerja sampingan di sebuah Restoran.

"Selamat datang." Lisa tersenyum ramah saat seseorang datang memasuki Restoran tempatnya bekerja.

"Selamat siang, mau memesan apa?" Lisa dengan catatan kecilnya bertanya pada orang yang baru sampai itu.

Setelah orang itu menyebutkan pesanannya, Lisa beranjak dari sana dan segera memberikan catatan nya itu kepada koki di sana.

"Lis? Udah selesai?"

Krystal Jung, pemilik restoran tempat Lisa bekerja tengah berjalan santai ke arahnya.

Lisa mengangguk semangat.

"Makan malem bareng yuk, laper nih." Krystal cengengesan sambil menepuk perutnya.

"Kakak kan punya Restoran juga, kenapa gak makan di sini aja?" tanya Lisa, dia heran dengan tingkah Krystal yang selalu merendah.

"Bosen njir! Mending makan diluar. Kebetulan, gue lagi ngidam, pengen makan sate."

Lisa menggeleng melihatnya, "Yuk!" ujar gadis itu semangat.

"Pake mobil gue aja. Sepeda lo biar ditaro di sini aja. Tenang, aman kok," ucap Krystal saat Lisa hendak menarik sepedanya.

"Udah, ayo!" Krystal menarik tangan Lisa agar mengikutinya ke arah mobil.

"Lo udah punya pacar?" tanya Krystal sambil melirik ke arah Lisa.

Lisa menggeleng samar.

"Mau gue kenalin sama adek gue gak? Lumayan ganteng orangnya," ucap Krystal merekomendasikan adiknya pada gadis itu.

Bukannya apa-apa, Krystal hanya senang saja melihat Lisa. Apalagi, jika gadis itu menjadi bagian dari keluarganya. Baginya, Lisa sudah seperti adiknya sendiri.

Lisa menggeleng, menolak permintaan dari Krystal.

"Gak boleh nolak. Nanti lo sama dia ketemuan. Kalian seumuran kok, adek gue juga baik, ya walaupun rada ngeselin dikit."

"Gak boleh nolak ya, Lis, atau gue potong gaji lo," ancam Krystal saat Lisa hendak membuka mulutnya.

DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang