confusing is the way

1.6K 249 17
                                    

"Makasih." Lisa tersenyum kepada Jaehyun yang telah mengantarnya. Sementara lelaki itu hanya mengangguk.

"Lisa." Panggilan itu membuat Lisa yang tadinya hendak melangkah ke arah rumahnya jadi berhenti. Gadis itu mengernyitkan dahinya sementara Jaehyun malah berdecak seraya mengumpat.

"Jangan deket sama siapapun," kata lelaki itu, membuat gadis dengan tampang lugu itu bingung.

"Kenapa, Jae?"

"Ck, turutin aja." Lelaki itu lalu bersiap dengan motornya lalu melaju begitu saja pergi meninggalkan Lisa.

Lisa hanya memandang kepergian Jaehyun dengan raut wajah bingung, lalu menghela napasnya lelah.

Perintah Jaehyun, harus dilaksanakan.

Lisa menarik knop pintu sepelan mungkin, berusaha agar tak menghasilkan suara. Mata gadis itu menoleh kesana kemari, dan tak menemukan ibunya di sana.

Langkah Lisa berhenti tepat ke arah kamar ibunya. Di sana, ia dapat melihat punggung ibunya yang ringkih tengah bernapas secara teratur.

Gadis itu melangkah pelan ke arah sang ibu, lalu mencium pipi wanita paruh baya itu. Matanya lalu menoleh ke arah sebuah foto yang dipeluk ibunya. Secara perlahan, gadis itu mengambil foto itu lalu menatapnya. Darah gadis itu berdesir melihatnya, sosok ayahnya yang tersenyum di foto itu sungguh telah mengiris hatinya.

Ia merindukan ayahnya.

Lisa lalu memejamkan matanya, lalu merapikan selimut sang ibu seraya berujar, "Mimpi nyenyak, Ma."

Setelah Lisa keluar dari kamar ibunya, Sandara membuka matanya. Wanita paruh baya itu tanpa sadar menitikkan air matanya.

***

Brak!

Lisa terjatuh saat seseorang dengan sengaja menjegalnya saat ia sedang lewat. Alhasil, makanan yang ia bawa jadi tumpah semua mengotori lantai kantin.

"Ups, sorry cupu." Terdengar tawa mengejek di sana. "Mau nambah lagi gak?"

Belum sempat Lisa menyela, siswi yang tampaknya membencinya itu kembali mengguyur gadis itu dengan kopi yang dibawanya. Membuat tubuh Lisa kotor dengan cairan hitam pekat yang menempel di tubuhnya.

"Centil banget sih jadi cewek, ck!" Gadis yang bernama Yuna itu berdecak tak suka sambil menatap Lisa dengan tampang tak sukanya.

"Lo mending keluar deh dari sekolah ini, gak guna!" ungkap gadis itu lagi sambil menendang Lisa, membuat gadis ringkih itu tersungkur dengan perut yang nyeri.

"Lo apa-apaan, sih, Yun?" ucap seseorang yang berada di sebelah Yuna membuat gadis itu menoleh. "Kurang sadis tahu gak?" lanjut orang itu lalu tertawa diikuti oleh Yuna.

Sementara Lisa hanya bisa membersihkan sisa bubuk kopi yang menghalangi matanya. Gadis itu berusaha berdiri namun tak jadi saat seseorang malah mendorongnya hingga tersungkur kembali.

Suara tawa menggelegar di seisi kantin.

"Dasar miskin!"

"Makan tuh! Anak beasiswa!"

"Stop, guys!" Yuna berteriak, membuat seisi kantin jadi terdiam. Gadis itu lalu menjulurkan tangannya pada Lisa. Sementara gadis itu hanya terdiam menatap ke arah tangan Yuna yang melayang di depannya.

Yuna tersenyum, "Maaf ya, gue keterlaluan. Gue gak sengaja kok."

Mendengar itu, bisik-bisik mulai terdengar melihat perilaku aneh dari Yuna.

Lisa menunduk, lalu menggeleng tak mau. Gadis itu tak mau dikucilkan lagi, ia sudah cukup tahu apa yang akan dilakukan oleh Yuna nantinya.

"Berdiri." Satu kata yang terdengar dingin itu keluar dari mulut seseorang. Mereka semua tampak menoleh ke sumber suara, sementara Lisa hanya mengepalkan tangannya, ia sudah tahu siapa pemilik suara itu.

Dengan lemas, gadis itu berdiri. Tanpa memperdulikan lututnya yang terluka akibat membentur lantai tadi.

"Siapa yang nyuruh lo ke sini?" tanya Jaehyun dingin, manik legamnya tak sedikitpun teralihkan dari mata Lisa.

Sementara Yuna menatap ke arah Jaehyun dengan mata yang berbinar cerah, bukankah perlakuannya dengan membully Lisa adalah cara yang benar agar perhatian Jaehyun teralih padanya?

"Lisa?" Eunwoo datang dengan tergesa sambil menatap Lisa dengan pandangan khawatir. Lelaki itu lalu merengkuh tubuh gadis ringkih itu. Lalu tatapannya beralih pada Jaehyun, menatap lelaki itu dengan pandangan tajamnya.

"Sehari tanpa ngeganggu Lisa, bisa?"

Jaehyun nampak tak menggubris ucapan Eunwoo, rahang cowok itu mengeras saat melihat tangan Eunwoo yang merengkuh gadis itu, "Lepas."

Semua orang tahu bagaimana Eunwoo dan Jaehyun di sekolah. Entah apa yang terjadi pada keduanya sampai mereka bermusuhan seperti ini, yang jelas dulu keduanya pernah bersahabat.

Eunwoo menyeringai melihat raut wajah yang ditampilkan oleh Jaehyun, cowok itu menggenggam tangan Lisa dan menariknya, "Ikut gue, Lis."

Saat melewati Jaehyun, lelaki itu malah menarik sebelah tangan Lisa. Membuat langkah keduanya berhenti, Lisa mengigit bibirnya takut kala netranya bertatapan langsung dengan  tatapan tajam Jaehyun. "Ikut gue, atau dia?"

Di satu sisi, Lisa ingin bersama Eunwoo karena jika dirinya berada di sisi lelaki itu ia merasa aman. Tapi di sisi lain Lisa takut akan kemarahan Jaehyun yang nantinya akan menjadi boomerang tersendiri baginya.

Melihat Lisa yang nampak ragu, Jaehyun mencekal pergelangan tangan gadis itu kuat, membuat gadis itu meringis kesakitan. Sementara Eunwoo yang melihat itu mulai mengeraskan rahangnya, ia tak suka jika seorang gadis diperlakukan kasar seperti itu.

Tanpa aba-aba, Eunwoo mendekat pada Jaehyun lalu membisiki sesuatu di sana. "Lisa bukan cewek gila itu, bajingan."

Seperti aliran listrik yang mengalir di darah Jaehyun, lelaki itu secara perlahan melepaskan cekalannya pada Lisa, membuat gadis itu menghela napas lega.

Tanpa pikir panjang, Eunwoo segera menarik tangan Lisa untuk pergi dari sana, sementara Jaehyun menatap kepergian keduanya dengan tampang yang sulit dimengerti.

"Gak boleh ada yang ngebully Lisa kecuali gue." Setelah berkata seperti itu, Jaehyun melirik ke arah Yuna yang sudah pucat di tempatnya, "She's mine."

***

Jaehyun berdecak tak suka saat kakaknya terus melakukan panggilan spam ke nomornya. Oh ayolah, ia baru tidur tiga jam hari ini karena sibuk bermain game semalaman karena terus dilanda kegelisahan yang ia pun tak tahu apa penyebabnya.

Tidak bisa kah kakaknya membiarkannya beristirahat dengan tenang?

"Apaan, sih?" Karena muak, Jaehyun mengangkat panggilan yang entah ke berapa dari kakaknya itu.

"Jung Jaehyun! Mau mati ya lo?!" Jaehyun menjauhkan ponselnya saat suara kakaknya menggelegar di seberang sana.

"Ck, kenapa lagi? Lo bisa gak, jangan ngeganggu gue sehari aja?"

"Lo udah janji ke gue, brengsek!"

Jaehyun memijat dahinya yang nyeri akibat kakaknya yang gemar sekali berteriak ini.

"Janji apaan?" tanyanya bingung.

"Janji apaan kata lo? Gue udah nunggu di sini selama satu jam!" Terdengar helaan napas di seberang sana, "Buruan ke sini, atau PS5 yang gue kasih kemaren, gue ambil lagi!"

"Shit!"

DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang