"Van! kita pergi berdu aja yuk, lama banget kalau nungguin kak Ester pulang."ajak Ara yang langsung meghampiri Evan yang tengah berjalan sendirian di koridor sekolah, dengan tas ransel yang hanya terkait dengan sebelah bahunya.
Spontan langkah Evan berhenti ia berbalik ke arah Ara."Cari mati lu?" ucapnya lalu kembali berjalan.
"Ih.. kan mereka nggak bakal tau, lagi pula kak Ester suka kabur diam-diam juga. Nanti kalau kak Ester pulang terus ngajakin kita ke bar lagi, gas aja yakan jadi kita ke barnya doble gitu, lumayan kan Van." Ara terus mengoceh di samping Evan tanpa di respon oleh Evan.
"Iss Evan... lo takut ketahuan ya?" ucap Ara kesal karena tak kunjung di respon oleh Evan. "Yaudah gini aja.Kalau kita ketahuan, bilang aja di paksa kak Ester ikut jadi kita nggak bakal kena marah," sambungnya lagi.
Langkah Evan sekali lagi berhenti berbalik ke arah Ara lalu menatapnya tajam."Goblok lu Ra. Gue nggak bakal bikin teteh gue kena marah!".Ia memegang kedua bahu Ara kuat. "Lu sendiri yang maksa di ajak. Ingat itu! jangan sampai lu jadiin teteh Ester kambing hitam." tegas Evan.
Evan mempercepat langkahnya meninggalkan Ara yang berdiri mematung setelah di bentak oleh Evan.
-----✥-----
Pukul 02.30. Dinginya malam begitu terasa menusuk ke dalam pori-pori ,di daerah yang baru di timpah bencana itu, beberapa mahasiswa sudah tertidur karena kelelahan di tenda pengungsian, dan beberapa di antaranya masih terjaga.
Saga dan mahasiswa lainnya tengah sibuk menyusun rancangan pompa air yang akan mereka buat besok. Dari kejauhan Ester yang juga masih terjaga memperhatikan Saga yang ada di sana."Kok dia kalau senyum manis gitu yaa."
Entah sudah berapa kali mata Saga hampir hilang karena tawanya, di samping ia merancang bentuk pompa air tersebut, sesekali sekelompok pria itu melontarkan lelucon yang membuat suasana penuh dengan tawa.
"Woe Ter.. masih di sini aja lo."Panggil Key, tiba-tiba menghampiri Ester yang tengah asik meperhatikan Saga dari kejauhan.
"Iya..Gue nggak bisa tidur Key, nggak biasa tidur di tempat kek gini. Apalagi aurah-aurah bencananya masih kerasa," jawab Ester.
Key ikut duduk di samping Ester. "Hadeh Ter.. lu juga butuh istirahat, masih banyak kegiatan yang bakal kita lakuin besok."
Ester memegang belakang lehernya merasa agak lelah . "Iya sih, tapi ya gimana lagi mata gue nggak mau tidur. Nah lu sendiri ngapain masih bangun?"
"Gue kebangun tadi." ucap Key lalu menyalakan korek api untuk membakar ujung rokok yang ada di mulutnya, Key mengisap batang rokok tersebut lalu menghembuskan asapnya perlahan. "Gue nggak tenang Ter."
Ester hanya melirik Key tak bersahut sedikit pun.
Key yang menyadari hal itu menaikkan kedua alisnya heran, ia menawarkan sebatang rokok kepada Ester, "Nih, obat penenang lebih aman di banding narkoba."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOSOK SAGA
Teen Fiction- BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA,VOTE DAN KOMEN SETELAH BACA! - Ester memang keras kepala, selalu ingin menang sendiri, dan merasa kalau hanya dirinya yang paling benar. Tapi, apa kalian tau apa yang membuat Ester seperti itu? Ia dipertemukan oleh Sa...