F. Z.

221 61 20
                                    

Fenly baru tiba di rumah. Keadaan rumah cukup sepi. Fenly berjalan menuju ruang tengah, sampainya di sana ia langsung menjatuhkan diri di sofa empuk.

Rasa lelah seharian belajar dan mengejar cinta Anneth membuat Fenly pusing. Ingin rasanya dia menghilangkan perasaan suka kepada Anneth, tetapi semesta tak mengizinkannya.

"Huh! Capek banget hari ini!" keluh Fenly memijat kening pelan yang terasa pusing.

Fenly meluruskan kaki. Dia meraih tas berwarna hitam dikeluarkan sebotol minuman penambah ion tubuh.

"Segarnya," ucap Fenly lega.

Minum penambah ion sudah ludes tak tersisa. Fenly menaruh botol di atas meja.

"Soni kemana ya, kok belum pulang juga?" Fenly khawatir.

Sejak tadi di sekolah, Fenly tidak bertemu sedetik pun dengan Zweitson. Sebagai Kakak, Fenly merasa tak pantas menjaga sang Adik dengan benar.

Fenly membuka layar ponsel. Terpampang foto dirinya bersama Zweitson saling merangkul dengan senyum lebar. Foto ini di ambil tiga tahun lalu saat mereka tengah pergi ke Puncak Bogor.

Rasa kerinduan menyelimuti hati Fenly. Andai saja waktu bisa diulang, Fenly akan berusaha untuk membuat sang Adik tidak berubah total seperti sekarang.

Di mana mereka saling bersapa, bermain ataupun tidur bareng. Kini kenangan itu hanya tinggal kenangan saja tersimpan di otak serta hati.

"Son, Abang kangen sama kamu," ucap Fenly. Tidak terasa ia meneteskan air mata.

Tanpa di sadari Fenly, sosok Zweitson sudah berada di balik pintu. Dia mendengar dan melihat semua apa yang dilakukan Fenly sejak tadi.

"Bang, Soni minta maaf. Soni belum siap untuk saat ini, bayang-bayang dulu masih sering menghantuiku," ujar Zweitson ikut terisak.

Buru-buru Zweitson pergi menuju ke kamar. Dia berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun.

Terkadang semesta seakan mempermainkan hubungan persaudaraan mereka.

_#_#_

Waktu telah menjelang malam. Fenly sejak tadi sore sudah menyibukkan diri di dapur. Malam ini Fenly berencana akan membuat makanan favorit Zweitson.

Makanan sudah tersaji rapi di atas meja makan. Fenly berjalan mendekati tangga untuk memanggil sang Adik yang berada di lantai dua.

"Son! Makan makan sudah siap, ayo cepat turun!" seru Fenly.

"Iya, Bang. Soni baru selesai mandi," jawab Zweitson di dalam kamar.

Fenly sedikit tersenyum. Setidaknya mereka masih bisa berinteraksi walau minim. Itu sudah membuat Fenly bahagia.

Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki Zweitson menuruni tangga. Fenly sudah duduk rapi di bangku.

Zweitson menghampiri meja makan, saat melihat makanan di sana, kedua mata Zweitson berbinar. Makanan kesukaannya yaitu Nasi Goreng Seafood yang sudah lama ia tidak lihat.

"Abang sengaja buatin makanan kesukaan kamu," ucap Fenly menatap lucu Zweitson.

"Wah... terima kasih banyak. Bang Ovel memang terbaik."

Cup!

Degh!

Zweitson mencium pipi kanan Fenly sekilas. Fenly diam mematung. Dia tak menyangka bahwa kebiasaan dulu Zweitson kini terulang kembali. Rasa bahagia menyelimuti hatinya.

"Sama-sama, ayo cepat di makan," ujar Fenly menuangkan nasi goreng seafood ke atas piring milik sang Adik.

Zweitson tak berkutik sekian detik. Dia baru saja melakukan hal itu tanpa disadari. Namun, Zweitson segera melupakan dan mengambil posisi duduk.

Air liur Zweitson sudah menetes sejak tadi tidak sabar mau makan. Zweitson menyedoki nasi ke dalam mulut dengan lahap. Zweitson merasa bahagia bisa menyatap makanan enak buatan sang Abang.

Fenly tersenyum tipis. Setidaknya mereka menikmati momen seperti ini walau hanya sebentar. Kenangan indah ini akan terekam manis di hati Fenly.

"Makan ya pelan-pelan," tegur Fenly.

"Iya, Bang," jawab Zweitson.

Suasana malam ini menjadi momen indah bagi Adik Kakak. Semesta tak mempermainkan takdir mereka khusus malam indah ini.

_____BERSAMBUNG____

Cerita 3 CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang