Liburan telah usai, siswa siswi kembali masuk sekolah. Berbagai ekspresi tersirat di wajah mereka ada yang senang, sedih, malas, mengantuk, dan marah. Hari Senin memang hari bagi musuh para siswa.
Fenly memasuki ruang kelas. Muka datar dan tatapan tajam sudah menjadi pemandangan di kelas.
"Pagi Rick, Aji," sapa Fenly tersenyum sangat tipis.
"Hmm ... pagi," balas Ricky tak semangat.
"Hoaamm ... pagi Fen." Fajri menguap kecil. Dia kembali menidurkan kepala di atas meja menggunakan kedua tangan sebagai tumpuan.
Fenly merasa ada yang tak beres. Kalau Fajri memang sudah seperti itu, tetapi Ricky berbeda pagi ini. Biasanya dia paling semangat kini tampak lesu.
"Lo kenapa Rick?" tanya Fenly duduk di sebelah kiri Ricky.
"Gapapa," jawab Ricky seadanya.
Fenly tak mau ambil pusing. Nanti Ricky juga akan menceritakan kepada mereka, membiarkan Ricky tenang dulu.
Bel sekolah telah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Pagi ini akan diadakan upacara bendera.
Ricky berjalan paling belakang tak semangat. Dia sempat berpapasan dengan Yuki, lalu pergi begitu saja tanpa menyapa.
Fajri memilih barisan paling belakang, diikuti Ricky dan Gilang. Di mana Fenly? Murid teladan seperti Fenly pasti memilih barisan paling depan.
"Gue paling belakang," ucap Fajri.
"Iya Ji," balas Ricky lesu.
"Bro ... gue ikutan juga ya," sahut Gilang.
Fajri merasa berbeda melihat sosok Ricky. Biasanya Ricky akan mengambil posisi di depan atau tengah, tapi sekarang malah di belakang.
"Terserah lo! Bang Rick, kenapa?" tanya Fajri khawatir.
"Gapapa Ji," jawab Ricky lemas.
"Kalau ada apa-apa bilang gue ya Bang," balas Fajri menepuk bahu Ricky pelan.
Ricky menganggukan kepala kecil. Gilang yang berdiri di antara mereka seperti nyamuk. "Sedih banget gue dicuekin," gerutunya.
"Bodo!" sahut Fajri.
"Sialan lo Ji," kesal Gilang.
Selama upacara berlangsung, Fenly tak sengaja melirik ke sebelah kanan. Tatapan Fenly terhenti. Dia melihat sosok perempuan yang ditemui saat perpustakaan kemarin. Perempuan itu juga menatap Fenly sekilas, lalu kembali ke depan.
"Ternyata dia sekolah di sini, tapi kenapa gue nggak pernah lihat dia," gumam Fenly.
Upacara bendera telah selesai. Kepala Sekolah mengumumkan bahwa hari ini kegiatan sekolah ditiadakan sampai istirahat pertama. Sorak sorai siswa menggema di lapangan. Mereka mulai berhamburan, ada yang ke kantin, ke kelas, perpustakaan, ruang osis, dan pergi ke kelas gebetan.
_#_#_
Fenly memilih perpustakaan sebagai penikmat jam kosong. Tiga buah buku dengan judul berbeda sudah berada di atas meja. Dia mengambil salah satunya yaitu buku tentang cinta.
"Gue belum pernah baca buku kayak gini. Semoga gue nggak jijik," gumam Fenly.
Satu persatu halaman telah dibuka. Awalnya hanya membaca sedikit, malah lama kelamaan menjadi candu. Dua buku di depanya bahkan tak di sentuh Fenly.
Kriek!
Suara tarikan bangku membuat Fenly menolehkan kepala ke kanan. Dan seorang perempuan berparas manis dengan rambut hitam panjang bergelombang duduk di sebelahnya.
"Maaf kalau aku berisik," ucap perempuan itu pelan.
Fenly tak menjawab. Tatapan matanya begitu intens saat melihat kedua bola mata indahnya. "Cantik."
"Kenapa?" tanya sang perempuan bingung.
Fenly sadar. Dia merutuki dirinya yang telah mengucapkan hal baru baginya.
"Nggak kok," jawab Fenly gugup.
Muka Fenly sudah memerah sempurna. Dia berusaha menutupi dengan buku yang dibaca.
"Kamu suka buku tentang cinta?" tanya perempuan itu. Fenly menatap ragu.
"Oh iya, maaf lupa memperkenalkan diri. Namaku Anneth, dari kelas XI IPA 2."
Anneth mengulurkan tangan. Fenly terdiam. Hal tabu seperti ini membuat Fenly bingung harus merespon apa. Tiba-tiba dia teringat tentang isi buku tadi.
"Aku Fenly, kelas XI IPA 1." Fenly meraih uluran tangan Anneth.
Sekitar lima menit, kedua tangan itu tak terlepas. Ada sentakan listrik dirasakan oleh Fenly saat menyentuh tangan Anneth. Debaran jantung berpacu cepat.
Anneth menarik tangannya pelan. Saat ini dia juga merasa bahagia di hati dan debaran jantung berdetak kencang.
"Hehehe ..." Fenly tertawa canggung.
Jika kedua sahabatnya melihat sikap Fenly seperti ini. Mungkin sudah menjadi bulan-bulanan mereka. Sosok dingin dan datar Fenly bisa ditaklukan oleh seorang perempuan yang baru dikenal.
"Wajah kamu lucu, merah kaya tomat," ucap Anneth tersenyum polos.
Fenly ingin rasanya menguburkan diri sekarang juga. Kesan pertama Fenly dengan Anneth begitu aneh di matanya.
Keduanya pun saling mengobrol tentang masalah pelajaran hingga hal-hal lainnya. Tatapan mata sejak tadi melihat kedekatan mereka. Senyum lebar menghiasi seseorang itu.
.
.
.
.___BERSAMBUNG___

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita 3 Cinta
FanfictionFenly, Fajri dan Ricky, ketiga sahabat yang tak terpisahkan sejak kecil. Mereka selalu bersama bahkan sampai sekolah pun sama. "Gue, sebenarnya sudah suka sama lo sejak lama." "Kamu ... mau nggak jadi pacarku?" "Gue gatau bagaimana perasaan suka in...