Fenly mulai Bucin

255 61 25
                                    

Setelah kedekatan Fenly dan Anneth di perpustakaan sekolah. Setiap jam istirahat pertama mereka berjanji akan bertemu di perpustakaan.

Fenly sudah tiba lebih dulu. Senyum lebar tetap setia menunggu kedatangan Anneth. Sesekali Fenly melirik ke arah pintu, jam tangan dan novel di atas meja.

"Aduh... kenapa gue jadi gini ya," gumam Fenly.

Fenly memutuskan untuk membaca novel remaja berjudul 'Pria sedang Kasmaran - Pencipta Raka'. Dia memasukan novel itu ke dalam daftar novel. Saat ini sudah ada tiga judul novel.

"Pria sedang kasmaran," ucap seorang gadis lembut.

Fenly menurunkan novel dan melihat sosok Anneth berdiri di depan. Senyum manis Anneth membuat hati Fenly terasa nyaman.

"Eeh!" Fenly terkejut. Novel remaja itu segera di tutup, lalu dimasukan ke dalam kolong meja.

"Hahaha ... cie Fenly lagi kasmaran nih," goda Anneth.

"Nggak kok!" Fenly ngegas.

Petugas perpustakaan langsung menegur Fenly. Fenly terdiam seketika.

Anneth menahan tawa. "Hahaha ... jangan berisik kalau di perpustakaan," ledeknya.

Fenly menatap Anneth lekat-lekat. Jika dilihat dari dekat, Anneth memiliki aura menyenangkan, walau penampilannya agak culun. Kacamata kotak dan rambut di kuncir satu, sedikit menutup auranya.

"Cantik juga," gumam Fenly tanpa sadar.

Anneth berhenti tertawa. Dia menatap Fenly penuh tanda tanya. "Kamu tadi bilang apa?"

Fenly gelagapan. Beruntungnya Anneth tak mendengar gumaman.

"Nggak kok," bantah Fenly.

Anneth menganggukan kepala kecil. "Oke."

_#_#_

Satu jam telah berlalu. Fenly serta Anneth memutuskan untuk kembali ke kelas.

"Permisi, Bu," pamit Anneth ramah.

"Iya, Anneth." Bu Sri membalas.

"Kalau pacaran lain kali jangan di perpustakaan ya," goda Bu Sri.

Muka Fenly sudah memerah bagai tomat. Abang ganteng satu ini memang suka salah tingkah. Anneth tersipu malu.

"Nggak kok, Bu. Kita belajar tadi." Fenly mengelak.

Fenly menujukkan buku sampul Fisika. Bu Sri hanya menganggukan kepala kecil.

Bu Sri menatap kepergian kedua remaja itu. "Indahnya masa muda," ucapnya sambil merapihkan buku-buku.

Sepanjang lorong, Fenly dan Anneth diam. Tidak tahu harus memulai pembicaraan darimana kalau sudah di luar perpustakaan.

"Ehmm ... Neth. Pulang sekolah ke toko buku yuk," ajak Fenly malu.

Anneth berhenti berjalan. Senyum lebar menambahkan kesan cantik di wajah.

"Ayuk! Aku memang lagi pengen ke sana, tapi nggak ada teman." Anneth semangat.

Fenly tersenyum kecil. Dia cukup gemas melihat tingkah laku gadis di depannya. Tanpa disadari tangan Fenly mengacak pelan rambut Anneth.

Degh!

Suasana berubah menjadi sunyi. Waktu seakan berhenti berputar. Tersisa dua remaja yang berusaha menetralkan jantung.

"Ciie ... Fenly bisa bucin juga," ledek Fajri tanpa dosa.

Aura merah muda berubah menjadi merah menyala. Fenly menatap Fajri seperti mata Elang. Dia berkomat-kamit. Fajri langsung kabur, takut terkena granat Fenly.

"Aji! Gue granat juga lo!" omel Fenly.

Anneth tertawa kecil. Dia suka sikap Fenly saat marah-marah. "Lucu," ucapnya.

"Apa? Lucu?" tanya Fenly sambil menujuk diri sendiri. Masih tidak memproses ucapan Anneth.

"Hahaha ... sampai jumpa Fenly. Aku tunggu nanti pulang sekolah."

Sosok Anneth menghilang di balik pintu. Fenly tersenyum tipis, lalu mengubah secepat kilas ekpresinya menjadi datar dan dingin.

Salah satu murid melihat sikap Fenly penuh arti. "Ternyata kalau cinta memang bisa merubah segalanya."

Gadis menggunakan kerudung berwarna putih tersenyum kecil. Lilis Karlina. Nama gadis itu.

Lilis mencatat adegan Fenly dan Anneth ke dalam buku catatan kecil. Menulis cerpen bertema romantis  membuat Lilis semakin semangat.

"Oh iya, nanti latihan vokal pulang sekolah." Lilis menepuk kening pelan.

.
.
.
.
.

___BERSAMBUNG___

Cerita 3 CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang