Flashback on
“Kenapa Ri, penting banget yaa?” Tanya Asya
“Cuma pengen ketemu elu kok.” Ujar Ari
“Kalo gak ada yang penting gue pulang ya.” Ujar Asya
“Gue cuma mau nanya, semenjak gue ngomong dipuncak waktu itu, gue chat kok gak elu bales. Gue salah ya, gue minta maaf deh.” Ujar Ari
“Iya gapapa, udah gitu doang. Gue balik dulu, bye.” Ujar Asya dan beranjak pergi
Saat beranjak pergi, Asya ditahan oleh Ari dan Nadia melihat itu....“Nadiaa.” Teriak Asya lalu Ari melepaskan tangannya, setelahnya Asya berlari ke arah Nadia
“Emm hai.” Ungkap Nadia dengan perasaan kesel
“Eh hai Nad, lama gak ketemu ya.” Ujar Asya
“Elu lagi deket sama Ari, kemarin gue liat elu sama Ari muncak bareng.” Ujar Nadia
“Enggak kok. Gue diajak Ari muncak cuma buat nemenin dia biar gak jadi nyamuk teman-temannya yang pada bawa pacar.” Ujar Asya
“Tapi yang diajak elu kan, jadi ada kesempatan elu buat deket sama dia. Udah ya gue mau pulang, bye Sya.” Ujar Nadia dan berlalu pergi meninggalkan Asya
Flashback off
”Oh jadi gitu.” Serentak Rani dan Melda
“Kalian udah gede masih ngurusin urusan temen mulu, kepo BGT.” Ujar Maudy
“Bocil mana paham.” Ujar Melda
“Udah-udah, nyemil sambil nonton dikamar gue yuk.” Ujar AsyaWeekend yang ditunggu akhirnya datang juga, Asya mengadakan pesta karena mengingat bahwa sebentar lagi mereka akan berpisah. Teman-teman Asya terlalu asik dengan suasana seru seperti ini namun disuasana seperti ini tiba-tiba Asya merindukan senjanya, senja yang terus dan terus ada di ingatannya.
“Sya makanan yang kemarin elu beli udah habis deh kayaknya, soalnya dikulkas gak ada dan gue tanya bibi katanya digudang juga gak ada.” Ujar Arin
“Yaudah gue ke Minimarket bentar ya.” Balas Asya
“Gak nyuruh yang lain aja.” Ujar Arin
“Gapapa gue aja yang beli.” Ujar Asya
“Yaudah hati-hati deh.” Ucap Arin
yang dibalas senyuman oleh Asya
Setelah sampai di Minimarket, tiba-tiba Asya dipertemukan dengan sosok senjanya, Asya terdiam dan membalikkan badan ingin beranjak pergi pulang, namun Asya merasa sampai kapan dia harus menghindari Jesen, jika dia ingin membuktikan bahwa dia sudah move on dari Jesen seharusnya dia berani menghadapi semuanya."Oke Sya, ayo masuk bersikap biasa aja. Oke." Ujar Asya menyemangati dirinya
Asya masuk dan Jesen menyadari kedatangannya, ketika Asya mengambil snack yang dia inginkan, ternyata dia kesulitan meraihnya dan ada yang menolongnya untuk mengambil snack itu.
“Lama gak ketemu tetep aja lucu.” Ucap Jesen
“Eh.....emmm.” Ucapan Asya karena merasa canggung dan bingung mau ngapain
“Kenapa sih?” Tanya Jesen
“Oh enggak kok gapapa, eh aku permisi mau bayar. Makasih udah ngambilin.” Ujar gugup Asya
Sampai di kasir Asya baru sadar bahwa dia lupa bawa uang.“Lupa bawa duit.” Ujar Jesen
“Emm mbak, saya pulang bentar ya nanti saya balik lagi, saya lupa bawa uang.” Ujar Asya
“Gimana sih mbak, niat gak sih belanja.” Ucap mbak kasir
“Udah mbak sekalian saya bayar aja deh, punya saya sama punya dia.” Ujar Jesen
“Udah kak gak usah, aku balik dulu aja ngambil uang.” Ujar Asya
“Udah gapapa biar aku aja yang bayar.” Ucap Jesen
Disitu Asya merasa malu, bingung dan merasa bodoh aja kalau didepan Jesen selalu aja seperti salah semuanya. Jesen bukan hanya membayar belanjaan Asya tapi menawarkan tumpangan untuk Asya pulang *Modusnya gencar banget Jesen
“Bareng aku aja, kan searah juga jalannya.” Ucap Jesen
“Aku naik ojek aja deh kak.” Ujar Asya
“Emang gak bosen kemana-mana naik ojek mulu.” Ujar Jesen
“Enggak bosen kok.” Ujar Asya
“Lagian aku juga kadang naik taksi” Lanjutnya
“Udah ayok, ojeknya sama taksinya aku suruh gak boleh berhenti buat kamu.” Ujar Jesen sambil mengambil belanjaan Asya dan dimasukkan ke mobilnya.
Diperjalanan Asya hanya diam, begitupun dengan Jesen. Tapi tiba-tiba....
//////////////////////////////×/////////////////////////////////
Maaf ya lama ngak up karena aku lagi ngak mood banget terus banyak tugas.
Oke sekian dan.......
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE☆☆☆.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen FictionMeisya Maharani Dewantara atau biasa dikenal dengan Asya, dia bersekolah di SMA Citra Bangsa, sekolah yang sebenarnya tidak ingin dimasuki olehnya namun ya takdir memberi fakta bahwa dia harus berada disitu.