BAR-BAR

97 12 0
                                    

Diruangannya, Fahrian duduk dikursi kebesarannya sembari mengingat kejadian yang telah terjadi beberapa saat yang lalu.

"ada apa dengan diriku ini? kenapa setiap gadis itu mengalami kesulitan bahkan dipermalukan depan umum seharusnya kan bukan urusanku, tapi tubuhku refleks jika itu mengenai gadis ini" Batinnya.

"hello.... sampai kapan gw berdiri disini, capek tau" kata Clara memecah pertanyaan-pertanyaan apa mengenai dirinya dilamunan Fahrian.

Fahrian menghembuskan nafas dengan kasar.

"lo kok makai baju seperti itu? sudah tahu klo rapat kali ini yang mendominasi kaum adam tapi kamu malah" kata Fahrian sambil melihat kearah Clara sambil menggelengkan kepalanya.

"mau-mau gw dong mau make baju apa, meskipun gw ga pakai baju juga bukan urusanmu.... eh tapi mana mungkin diriku ga makai baju berkeliaran kesana kemari... ha..ha..ha" jawab Clara yang memasang mimik wajah yang serius kemudian berubah menjadi sangat menggemaskan.

Fahrian tak habis pikir dengan perubahan ekspresi yang ditunjukkan gadis didepannya ini.

"tapi apa masalahmu dengan kakak iparmu itu?" maaf jika bertanya lancang, kata Fahrian.

Clara yang mendengar pertanyaan itu, langsung berdiam diri dengan tatapan mengerikan tapi tak menciutkan nyali lawan bicaranya itu.

"BUKAN URUSANMU" kata Clara menggebu-gebu.

"jadi tidak mau menjawab tapi mendengar pernyataan yang dilontarkan kakak iparmu itu sepertinya sangat mudah untuk dipahami" kata Fahrian.

"TERUS MAUMU APA? MAU MENGATAIKU PEREMPUAN KOTOR JUGA? PEREMPUAN GA BAIK-BAIK? AKHH... CUKUP KLO SAJA BUNUH DIRI GA BERDOSAA MUNGKIN KU SUDAH LAMA MELAKUKANNYA BRENGSEK!!" teriak Clara dengan menahan air matanya lagi.

"akh.... kukira beberapa waktu yang lalu hidupku tenang-tenang saja tapi sekarang seperti menghakimiku lagi,apa sebencinya itu semesta pada diriku bahkan tuk bahagia saja terasa sangat sulit" Batin Clara.

"bukan begitu Clara, aku hanya mau meluruskan sempat yang aku pikirkan tidak seperti kejadian yang aku terka-terka" kata Fahrian.

"JADI SEKARANG SUDAH SEPERTI YANG KAMU TERKA-TERKA ITU?" Tanya Clara lagi.

"hmmmm... sepertinya begitu" kata Fahrian sambil mengusap rambutnya kasar.

"CIH... KALIAN SEMUA SAMA SAJA" kata Clara menuju pintu keluar.

sesampainya depan pintu Clara memegang knop pintu tersebut tapi pintu canggih itu malah berbunyi sangat nyaring.

"BUKAIN PINTUNYA BANGSAT" Teriak Clara frustasi.

"ga untuk saat ini, bagaimana kau akan pergi dengan kedaan berantakan seperti ini" kata Fahrian tak kala sengit.

"mau bermain-main denganku hu? okay ku akan meladenimu tuan muda terhotmat" batin Clara.

"TOLONGGGGG....TOLONGGGG ORANG INI BERBUAT TIDAK SENONOH PADAKU" teriak Clara.

"dasar bodoh... ruanganku ini kedap suara, mana mungkin orang diluar bisa mendengarnya"  kata Fahrian.

Tapi gadis itu tetap berteriak seperti orang kesurupan.

"masuk ke kamarku dan bersihlan dirimu lalu beristirahat" kata Fahrian dingin.

"kamar?" tanya Clara.

"dorong dinding dekat lukisan itu" kata Fahrian mengarahkan.

"kau tak lagi mengerjaikukan?" tanya Clara tapi tetap saja mengikuti arahan dari lawan bicaranya.

IT'S A TWINS (SEQUEL BECOME YOUR SELF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang