A letter to December

39 3 0
                                    

Dear December,

September, Oktober, dan November berlalu begitu cepat. Desember singgah untuk kesekian kalinya di hidup, menemani penghujung tahun yang cukup berkesan bagiku.

Sang malapetaka masih hadir di tengah-tengah kehidupan, berpayung duka, berselimut nestapa. Tidak cukup sampai di situ, Ia terus mengubah wujudnya menjadi lebih berbahaya bagi umat manusia. Namun, aku tidak terganggu dengan hal itu dan sudah pasrah kepada pencipta tentang skenario apalagi yang akan terjadi di kala nanti.

Banyak hal yang terjadi di bulan-bulan yang lalu, baik itu hal yang buruk maupun hal yang kurang baik. Banyak harapan yang terwujud, dan banyak juga harapan yang pupus. Banyak mimpi yang terlahir, dan banyak mimpi yang gugur.

Untuk apapun yang disimpan oleh si penjaga tahun, aku berharap bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang baik untuk semuanya. Tidaklah mudah untuk menjalani bulan-bulan sebelumnya. Namun, apabila hal yang dimiliki bukanlah sesuatu yang baik, aku akan mencoba untuk menghadapi dan menjalani dengan segenap hati, jiwa, dan raga.

Dan terakhir, kuharap aku masih bisa melihatmu kembali ketika nanti engkau datang lagi. Aku juga berharap akan bisa mengucapkan selamat tinggal kepada tahun yang telah kujalani tanpa berbagai macam rasa penyesalan dan memaafkan diri sendiri atas impian serta keinginan yang tidak terwujud.

Sincerely,

Wihaga

Tulisan PikiranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang