hening. Itulah yang sekarang Winwin rasakan setelah mendengar penuturan Yuta. Keduanya seperti enggan membuka suara, lebih tepatnya Winwin yang kehabisan kata kata dan Yuta yang menunggu jawabannya.
"Sebenarnya mau apa?"
"Mau kamu."
Winwin dalam hati sudah mengumpat. Se-cheesy ini?
Masih Galang yang dulu, yang suka gombal sana sini, batinnya.
"Yaudah ayo bahas kerjaan. Sejak kapan kamu jadi direk-"
"Lulus SMA, langsung magang di perusahaan papa. Sambil kuliah"
Damn. Yuta yang mendengar hal ini kehabisan kata kata. Keduanya pun mulai memakan sajian yang ada.
"Beneran? Gila beneran muda banget dong"
Winwin tersenyum kecil. Entah kenapa pujian Yuta refleks membuat nya tersenyum.
"Gitu dong senyum, jangan kayak manekin berjalan. Kaku mulu, mana bahasa nya formal abis."
"It's called professional, if you want to know."
Yuta tertawa menanggapi hal itu. Namun tiba tiba ia diam. Membuat Winwin bertanya tanya mengapa pria di depannya ini sekarang menatap nya penuh arti.
"Tau ngga,Le Quartier ini punya siapa?"
Yang di tanya menggeleng sebagai jawaban.
"Tuh, yang punya ada di belakang kamu"
Winwin tersenyum sebelum menyapa si pemilik restoran mewah itu. kepalanya menoleh, tapi tiba tiba senyum nya luntur.
"Kok lo ganteng banget sih sekarang? Dulu saking cantiknya, gua aja hampir-"
Winwin melepaskan peralatan makannya dengan segera. Ia segera beranjak, tapi tangan itu menahannya.
"Sebenci itu lu sama gua, Sera?"
Althan Chitta Ataya.
"Lepas tangan saya."
Kata kata penuh penekanan itu di lontarkan. Winwin mengalihkan pandangannya, matanya menatap Yuta penuh harap, meminta agar di bantu pergi dari sini.
"Sera, kaka tau kamu masih belum berdamai dengan masa lalu."
Yuta berdiri, dirinya menarik Winwin agar melakukan hal serupa. Matanya menatap netra indah di depannya dengan tatapan teduh.
"Kamu tau, kejadian itu salah kaka. Maka jangan-"
Winwin menggeleng,
"Salah kaka? Ngga juga. Semua orang di tempat itu dulu, bersalah. Kaka salah, dia-"
Winwin menunjuk ke arah Ten.
"Juga salah. Di depan matanya aku di perlakukan ngga pantas. bahkan dulu, saat aku di kasih minum paksa, dia tetep diam. Diam sampai semua perlakuan itu selesai."
Winwin tersenyum, Kakinya melangkah keluar. Sedangkan Yuta hanya bisa menghela nafas.
"Tenang than, gua bantuin kok. Ini juga lagi berusaha"
Ten yang sedaritadi diam mulai tersenyum.
"Makasih ka. Tapi apa bisa? Sama lo aja gitu apalagi sama gu- bentar. Kok lo sama dia udah deket?"
Yuta tertawa.
"Namanya juga cinta, than. Gaada yang bisa menyangkal cinta walaupun Asera orang nya"
•••
"Ngapain duduk bengong gitu"
Winwin menggeleng. Matanya menatap Yuta dengan sayu— ia mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Story | Yuwin
Romance[Sequel of Jakarta - Yuwin.] Kata orang, waktu adalah obat terbaik dari sakit hati. Namun, karena waktu jugalah seseorang bisa berubah. Asera sudah secukupnya yakin. Ia bisa melupakan wajah itu. Namun galang lebih yakin, bahwa ia bisa membuktikan c...