❦19

643 104 54
                                    

Yuta menatap lurus perempuan di depannya. yang di tatap hanya membalas nya dengan tatapan datar. keduanya enggan untuk membuka suara.

"apa? kamu udah tau semuanya kan? ngapain lagi kaget? bukannya aku udah bilang dari dulu?"

Nako terdiam. dirinya kini menatap layar ponselnya malas.

"secepat ini kamu membuang aku?"

Yuta tertawa.

"apanya membuang? gausah drama. Anggap aja kamu teman di saat aku kesepian, sekarang aku udah kembali bertemu cintaku. Aku bakalan kembalikan dia kepelukan ku."

Nako terkekeh pelan,

"terdengar brengsek,tapi gapapa. Aku bakalan pindah ke apartemen. Gausah khawatir,udah aku siapin semua. tinggal ngangkut barang aku, dan kamu bisa berjuang sampai bisa bawa cowo itu ke rumah ini-"

dengan tiba tiba,Yuta menarik Nako kedalam pelukannya. Tangannya mengelus rambut itu pelan.

"sst,kenapa nangis? gausah begini"

Nako membalas pelukannya erat.

"ga, aku c-cuma terharu. Liat perjuangan kamu tanpa dia 5 tahun ini, sampai di pertemukan lagi. Aku harap kamu bisa meluluhkan nya,dan jadiin dia sebagai milik kamu selamanya."

Yuta tertawa kecil

"pasti. Apapun cobaannya,kali ini aku gabakal tinggal diam lagi. Aku bakalan buktiin,kalo aku bukan Galang Raka Alandra yang dulu."

❁ཻུ۪۪⸙͎

Yiyang menatap orang di depannya dengan diam. dirinya bungkam, semuanya terasa sangat tiba tiba untuk nya.

"lihat? kamu terlalu percaya. Atau sebenarnya pura pura bodoh aja?"

Wanita itu tersenyum kecil. Ia menarik nafasnya pelan, kemudian menghembuskan nya dengan tenang.

walau hatinya benar benar tidak tenang kali ini.

"Tanpa kamu bilang pun, aku udah tau semuanya, bahkan aku tau sejak masih netap di cina-" Yiyang tertawa miris. "-tapi,disini aku masih bisa ber-"

BRAK!

Meja itu di gebrak kuat. Yiyang tersentak. matanya memejam, berusaha untuk tenang.

"BERHARAP? BERUSAHA? BER APA? KAMU TERSAKITI DISINI. KAMU TETAP DIAM SEAKAN GAADA YANG TERJADI."

Tangannya membawa Yiyang kedalam pelukannya. Tangisan Yiyang pecah. Terdengar begitu pilu.

"kamu menyiksa diri sendiri dengan harapan yang kamu bangun dengan paksaan,padahal kamu tau resikonya."

Yiyang menggeleng.

"aku percaya, pasti ada jalan dari ketulusan cinta. Mau bagaimana pun caranya,pasti ada."

❁ཻུ۪۪⸙͎

Winwin memijat pelipisnya pelan. kepalanya memikirkan kata kata Kun sebelum sang kaka tersebut kembali ke cina.

"Tanpa kamu bilang juga kaka paham, Asera. Jangan kamu kira kaka gatau apapa apa tentang akar dibalik tangis kamu, obat penenang yang kamu konsumsi,lamunan kamu setiap hari. Kaka paham, tapi kaka gamau ikut campur. Kamu udah gede, udah ga dihitung sebagai remaja labil lagi. Kaka gamau paksa kamu,pilihan tetap di tangan kamu. Tapi kaka cuma mau bilang, korban kan ego kamu. Kamu kira kaka gatau? apa? kamu mau ngelak kalau kamu emang sayang sama syana? yaudah. Kamu sayang, tapi bukan cinta. Bedain itu, semuanya bisa dilihat dari mata kamu, Asera Winata. Jangan sampai menyesal nantinya, jangan pakai alasan kamu 'gaenak' jadi tembok penggalang kebahagiaan. Mungkin kamu bisa tetap berpura pura, tapi itu akan menyakiti kamu juga nantinya. Sekarang cinta kamu ada di depan mata, dia pun juga mengharapkan yang sama. Jadi tunggu apa lagi? tapi sekali lagi, pilihan ada di tangan kamu. kaka gamau maksa."

"Argh gatau!"

BRAK

Pintu ruangan di tutup kasar. Winwin menarik nafasnya pelan, berusaha menenangkan dirinya. ia berjalan menuju jendela besar yang ada di ruangannya. Matanya memejam; berusaha mengatur suasana hati serta pikirannya. bahkan rasanya kepalanya terasa begitu panas.

"kenapa kasar banget nutupnya,hm?"

suara itu.

Nafasnya tercekat,dengan tiba tiba tubuhnya di peluk dari belakang. Winwin membelalakkan matanya, ia ingin protes, tapi sebelum itu bahunya sudah di jadikan tumpuan.

Yuta menumpukan kepalanya di bahu Winwin. Mulutnya ia dekatkan tepat di telinga si manis.

"Kalo kamu stress, istirahat. Aku gasuka liat kamu tertekan gini."

Yuta berbisik tepat di telinga nya. Winwin membeku. Lidahnya terasa kelu, jantung nya berdetak tak karuan.

Sialan.

Ia benci, benci dengan dirinya sendiri yang selalu lemah dengan Yuta dan kata kata manisnya.

Tangan yang tadinya memeluknya erat, kini membelai pipinya lembut, membuat Winwin memejamkan matanya.

Ia tak bisa munafik, sentuhan Yuta selalu membuat nya lemah. Tekadnya yang ia bangun 5 tahun terakhir rasanya perlahan melebur.

Yuta membalikkan badan Winwin pelan menghadapnya. Mata keduanya bertemu, jantung keduanya berdetak kencang, tatapan cinta yang membuncah begitu kontras disana.

Walau pernah ada jarak yang memisahkan, tapi bukan berarti cinta keduanya memudar.

"Mau apa-"

Yuta mendekatkan wajahnya ke wajah Winwin. Seakan seperti sihir, Winwin yang tadinya ingin protes, segera terdiam. tatapan tajam itu seperti memerintahkan nya untuk diam.

Winwin berusaha menetralkan detak jantungnya. Nafas Yuta seperti menyapu lembut wajahnya. Hingga wajah keduanya semakin dekat,Winwin menutup matanya.

"E-eh maaf mengganggu"

Yuta segera mengalihkan pandangannya ke arah suara, sedangkan Winwin segara menjauhkan dirinya dari Yuta. Matanya membesar,

Yiyang ada di depannya dengan kumpulan berkas yang sekarang telah berceceran kemana mana.

"Syana-"

"hehe kenapa? aduh maaf ya berantakan gini, aku ga professional banget astaga"

wanita itu dengan cepat mengumpulkan kembali kertas kertas itu. dengan segera ia keluar dari ruangan, membuat Winwin mau tak mau mengejar nya.

Yuta yang kini berada sendirian di ruangan itu mendengus pelan.

"hah.. lu gaboleh nyerah, galang! kalo dulu lu diem karena gabisa meyakinkan, sekarang giliran lu untuk membuktikan ketulusan."

🕊ֻּּֽۣ֬ꦿᬊ𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞.

gila.. akhirnya update:')) sumpah aku pengen bnget update tapi sekolah online tugasnya ga ngotak astagaa, terus juga di dukung dengan mood yang naik turun. klop deh.

dah deh hehe

enjoy the story?

enjoy the story?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rewrite The Story | YuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang