Deru nafas yang beraturan terdengar begitu jelas di telinga Winwin, namun ia tidak mengindahkan nya. Winwin kembali pada kegiatan tidurnya, menyamankan dirinya walaupun merasakan ada tangan yang memeluk pinggang nya
Tadi malam, nampaknya tanpa disadari menjadi pertemuan yang tidak terkira oleh keduanya.
Yuta membuka matanya perlahan, Cahaya matahari tidak menjadi alasan nya terbangun, namun pelukan erat yang di dapatkan nya pagi ini lah yang menjadi alasan.
seketika ia tersenyum kecil melihat tingkah laku Winwin yang begitu menggemaskan, bahkan setelah bertahun-tahun lamanya.
Tangan kiri nya ia angkat perlahan, kemudian membelai lembut surai hitam itu. Winwin yang merasa terganggu dengan hal itu pun membuka matanya. Kepala nya mendongak, menatap sang pelaku dengan...
Wajah terkejut.
"K-kok"
Yuta tertawa kecil, Kemudian menahan badan ramping yang hampir beranjak itu dengan tangannya.
"Dejavu ga sih? Tadi malam ada yang meluk lebih erat, katanya dingin. Terus pas bangun bangun udah kaget aja"
Kejadian di gubuk tua 5 tahun yang lalu.
"Lepas."
"Gamau."
Yuta menatap sosok di depannya penuh kemenangan. Bagaimana tidak? Tangannya yang menahan Winwin untuk tidak beranjak itu mengarahkan kepala Winwin ke dada nya, membuat sang empunya menutup matanya erat, namun tetap berusaha memberontak.
"Sssh Sera, Kaka tadi malam ngga ngapa ngapain kamu kok. Cuma bantu lepasin jas kamu doang, terus kaka rebahan bentar di samping kamu, pas mau di tinggal ada yang bilang jangan pergi, katanya kangen. Kaka bilang gabisa eh nangis. Gimana dong?"
Kini tangan Yuta sudah berhenti menahan Winwin, ia pun segera beranjak dari tempat nya, memasuki kamar mandi entah untuk apa. Winwin yang melihat hal tersebut hanya terdiam.
Semua ini terlalu tiba tiba. Pertemuan kembali keduanya malam tadi, hingga bangun tidur di ranjang yang sama.
Dan apa apaan, ia mengatakan apa tadi malam?
"Bisa gila gua."
Winwin mengusap wajah nya kasar. ia berdiri, membuat kopi hangat untuk dirinya sendiri, kemudian berjalan menelusuri kamar itu. Tiba tiba, suara kembali muncul,
"Gausah sok berubah, dimata aku kamu ga ada bedanya."
Winwin yang hampir masuk lagi ke dalam kamar mandi untuk memakai baju nya pun berbalik, menatap Yuta dengan tatapan nyalang.
"Gaada yang berubah."
mendengar jawaban itu, Yuta tertawa, kemudian menarik menarik Winwin agar mendekat pada nya.
"Kamu kira aku gatau isi hati kamu? Kaka tau kalau masih ada harapan 'itu' Asera. Jangan coba membohongi diri sendiri."
Yuta mencengkram tangan itu kuat, suaranya bahkan terdengar begitu geram dengan sifat Winwin sekarang, membuat sang empunya menatap Yuta dengan pandangan tak bisa di artikan.
"Lepas. gaada harapan apa apa lagi. Aku bahkan gamau ada apa apa lagi di antara k-kita"
"KALAU KAMU BENAR TIDAK MENGHARAP KAN KEHADIRAN AKU, KATAKAN DENGAN TEGAS! BUAT AKU YAKIN! JANGAN MENYATAKAN NYA DENGAN RAGU!" Yuta melepaskan cengkraman itu dengan kasar wajahnya ia arahkan ke jendela besar di kamar itu. Sedangkan Winwin hanya terdiam,bdirinya begitu bingung apa yang dirasakan oleh hatinya sekarang.
Mengapa detakan itu kembang muncul?
"aku yang antar kamu sampai rumah. Siap siap. di tunggu."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Story | Yuwin
Romansa[Sequel of Jakarta - Yuwin.] Kata orang, waktu adalah obat terbaik dari sakit hati. Namun, karena waktu jugalah seseorang bisa berubah. Asera sudah secukupnya yakin. Ia bisa melupakan wajah itu. Namun galang lebih yakin, bahwa ia bisa membuktikan c...