3.

93 14 0
                                    

Sesuai dengan apa yang di takutkan nya, Winwin benar benar dipindahkan ke tempat itu. Tempat dengan segudang Kenangan yang ada. Manis, indah, sakit, pahit.

Jakarta.

"Ka, yang di Osaka emang ada apa?" Winwin menatap sang kaka dengan muka memelas, dirinya benar benar tidak ingin berurusan lagi dengan kota itu.

Sang pemilik ruangan dimana winwin berada sekarang; Ravindra Kun Aditya menghela nafasnya pelan.

"Pasar Indonesia itu pasti gampang buat di bidik. Jadi perusahaan kamu nantikan pasti bakalan berkembang cepat. Intinya besok kamu flight ke Jakarta. Final-"

"-Kak!"

"Asera, kamu udah dewasa. Kaka paham,
mungkin kamu ngerasa gaenak bahkan cuma buat denger nama kota itu. Tapi
kamu harus bekerja dengan profesional. Kamu gatau bisa atau ngga menghadapi semua itu karena kamu ga pernah mau mencoba. Kaka mohon, coba dulu, ya?"

Kun menatap adiknya nya serius.

"Ka tapi-"

"Althafandra Asera Winata."

"Iya ka."

Winwin berujar lemas. Kepala nya menunduk hingga ia keluar dari ruangan kerja sang Kaka.

"Gimana?" Yiyang berjalan di belakang yang lebih tinggi, keduanya kembali menuju kedalam ruang kerja winwin.

Sampai di kursinya, Winwin menenggelamkan wajahnya di meja. Yiyang yang melihat hal tersebut pastinya paham, bahwa kehendak sang kaka berarti sudah mutlak akan terjadi.

"Yaudah, gapapa Fandra. Kamu juga bilang, kalo kamu dah berubah kan? Kamu sekarang direktur Fan. direktur muda perusahaan ternama di Cina. Bukan Asera Winata 5 tahun yang lalu lagi."

Winwin menggeleng lemah. Kata kata Yiyang mungkin benar, tetapi hatinya masih terlalu kecil untuk memaafkan 'kejadian' masa lalu itu.

"Ya gatau kenapa, aku cuma males aja. kenapa harus negara itu, apalagi kota itu." Yiyang mendekati Winwin, tangannya mengelus bahu Winwin lembut.

"Kamu gausah begini. Kalau dulu kamu sendiri, sekarang ada aku yang setia di samping kamu kapan pun dan dimana pun itu"

Winwin tersenyum kecil. Kemudian berdiri, lalu menarik kekasih sekaligus sekertaris nya tersebut dalam dekapannya.

"Aku gatau aku bisa lama sadar keberadaan kamu di hidupku. Tapi sekarang aku bersyukur, mungkin kalo kamu gaada, kayaknya gaada Althafandra Asera Winata yang sekarang"

•••

"Harusnya lebih perhatian dong ke diri sendiri. Masa kerja sampai lupa istirahat begini."

Sang wanita menatap kesal orang di depannya. Bagaimana tidak? Demam tinggi di abaikan hanya demi pekerjaan yang ada.

"Iya bawel, maaf. Lagian kan niat nya juga mau cepet selesai. Biar bisa cepet balik ke Indonesia" yang di balas demikian memutar bola matanya malas. Lelaki di depannya ini seakan akan tidak bisa jauh dari Indonesia.

"Ck, secinta itu sama Indonesia apa gimana? Jangan lupa loh ya ini negara kelahiran kita" Yuta terkekeh pelan. Tentu ia tak lupa dengan negara kelahirannya, Jepang. Tetapi menurut nya, Indonesia adalah tempat terindah. Dimana kenangan yang ada ia ukir, dan ia hancurkan.

"Cinta sama orang nya aja gimana?" Yuta membalas, Yang di jawab demikian tertawa. Se-cheesy itu 'lelaki' di depannya.

"Apaan sih, chessy."

"Bucin gini juga kamu sayang, kan?"

"Pede! Nih minum sendiri obat nya. Aku mau mandi" yuta tertawa. Ia segera mengambil obat tersebut kemudian meminum nya dalam diam.

Tiba tiba, otak nya memikirkan pembicaraan tadi.

"Setelah sekian lama, salah ga kalau masih mengharapkan yang sudah hampir bisa dibilang mustahil di genggam?" Yuta terkekeh, matanya memandangi langit cerah tersebut sembari mengingat masa lalu.

"Mungkin, kebegoan gua di masa lalu emang gabisa di maafin. Tapi boleh ga, gua mempertahankan apa yang gua harapkan?"

yuta memegang dadanya,

"perasaan ini, perasaan yang tetap gua pertahankan untuk orang yang paling gua harapkan-"

"-Althafandra Asera Winata."

To be continued.

A/n: Well..

Enjoy the story?

Rewrite The Story | YuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang