2.

130 19 0
                                        

Suara decitan sepatu yang beradu dengan lantai terdengar begitu kontras di telinga seluruh karyawan kantor. Mereka semua bersegera menghentikan kegiatan mereka dan berdiri lalu berbaris rapi menyambut kedatangan direktur muda mereka.

"Selamat datang, direktur fan"

Winwin mengangguk. Kaki nya kembali berjalan lurus menuju ruangannya, diikuti dengan sang kekasih sekaligus sekertaris nya.

Nayara Yiyang.

"Apasih, kan udah aku bilang, jangan sampe tiap pagi ada sambutan khusus begitu. Aku kan gaenak-"

"Namanya juga kamu direktur, pastinya karyawan bakalan begitu Fandra..."

Winwin menarik lalu menghembuskan nafasnya pasrah. Demi apapun, dia tidak suka di hormati hanya karena menyandang status direktur. Dia ingin di hormati dengan menjadi diri nya sendiri.

Tapi mungkin ini adalah Salah satu cara agar dia di hormati.

"Kamu mau apa? Kopi atau teh?" Yiyang berjalan mensejajarkan diri nya dengan Winwin

"Pengen susu stroberi kotakan yang kayak Dancow ada ga?" Winwin tertawa kecil.

"Hm? Dancow? Susu kotakan yang di Indonesia itu?" Yiyang menatap Winwin seraya mengernyitkan kening nya bingung.

"Udah gapapa. Em, aku mau di bawain makanan aja deh, belum makan soalnya."

Winwin tersenyum manis pada Yiyang, yang melihat senyuman itu jadi salah tingkah di buatnya.

"Gausah senyum segitunya, Althafandra"

Yiyang mengalihkan pandangannya, mereka segera duduk di kursi masing-masing. Segera menyibukkan diri dengan pekerjaan yang ada.

"Apanya yang ga boleh gitu? Aku kan cuman mau makan"

Winwin berdiri dari kursinya, ia mendekat ke arah Yiyang. yang di didekati tidak bergeming, berusaha tidak luluh dengan pemuda di depannya.

"Ah pokonya jangan senyum lagi. Nanti orang orang pada suka sama kamu. bakalan ga maksimal nanti kerjanya karena ga fokus, repot."

Winwin terkekeh. Dirinya kembali duduk ke tempat nya. Matanya dengan teliti mengamati berkas berkas yang berada di atas mejanya. sebelum dirinya kembali membuka suara,

"Tapi aku serius,aku mau makan" Winwin berujar pelan. Yang langsung di balas dengan wajah terkejut dari Yiyang.

"Aaah,kamu kebiasaan deh. Kan udah aku bilang jangan lupa sarapan Fandra... Kamu kan punya maag"

Yiyang berdiri dari kursinya, dirinya segera mendekati winwin yang sedang sibuk dengan berkas berkas nya.

"Udah nanti dulu kamu kerjanya, makan dulu" Yiyang mengelus bahu Winwin lembut. Yang hanya di balas helaan nafas dari sang empunya

"Aku gapapa astaga, cuman belum makan doang kok. Belum kena maag juga"

"Maka dari itu direktur Fan.. Lebih baik mencegah daripada mengobati," Yiyang berujar dengan halus. dengan cepat, ia menelpon salah satu restoran terkenal Beijing; memesan makanan untuk sang atasan sekaligus kekasih.

"Udah, pokonya kalo makanan dateng, makan dulu. Kerjaannya di pending bentar oke?" Winwin mengangguk. Sedangkan matanya masih berkutat dengan berkas-berkas di depannya.

Hingga tidak lama,pesanan makanan tersebut datang, si tuan direktur langsung memakan makanan tersebut lahap.

•••

Sebuah ketukan pintu terdengar. Sebelum penghuninya menjawab, tiba tiba pintu terbuka, menampakkan Kun dengan wajah tak bisa di artikan-nya.

"Wah, apanih CEO kita datang ke ruangan bawahannya- iya astaga ka, aku bercanda."

"Permisi, sekertaris Yang. bisa saya meminta waktu bersama direktur Fan?"

Winwin diam, sedangkan Yiyang hanya bisa mengamati kedua nya bingung. Biasanya, apabila Kun menggunakan bahasa formal, apalagi menggunakan mandarin, artinya itu pembicaraan yang serius.

"Tentu tuan CEO, saya permisi."

Yiyang membungkuk kan badannya. Dirinya segera keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan kedua atasan sekaligus kaka beradik itu.

"Kok formal banget sih, pakai bahasa indo aja kali sama Syana." Winwin berdiri, mempersilahkan sang kaka untuk duduk.

"Kaka mau to the point aja, Kamu tau kan kita mau buka cabang di Jepang sama Indonesia?"

Raut wajah winwin seketika langsung berubah, matanya menatap sang Kaka dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.

"Iya, ka. terus?" Winwin kembali duduk ke kursi nya, menatap Kun yang berada di depannya

"Kaka mau nanti kamu menghandle salah satu perusahaan itu." Kun menyunggingkan senyumnya. Menatap sang adik penuh harap.

"Terus terang, kota mana dari cabang indo sama Jepang? Dan katanya salah satu perusahaan itu bakalan bikin label sendiri?" Winwin menatap Kun lurus, yang di balas anggukan pelan oleh sang kaka.

"Iya, dan salah satu dari itu bakalan jadi perusahaan kamu. Dan kamu CEO nya. Sebenarnya ini bukan cabang, lebih ke kita mendirikan group baru."

Winwin membelalakkan matanya terkejut.

"Hah? Kaka serius aku yang jadi CEO? Aku masih muda banget, gimana-"

"Kamu bisa, Asera. Kinerja kamu memuaskan sejauh ini. Dan buat kota, Indonesia, Jakarta. kalo Jepang, Osaka. Tapi kemungkinan besar nya kamu dapat di Indo."

Winwin menatap Kun kecewa; akankah Kaka nya tersebut lupa dengan apa yang dia dapatkan di salah satu kota di dua negara itu?

"T-tapi kenapa tiba tiba?"

"Papah yang mau. Selebihnya nanti kamu bisa hubungi Kaka-"

"Kaka tau kan, apa yang terjadi di Jakarta tempo dulu."

Winwin menundukkan kepalanya,tidak berani mendongak bahkan hanya untuk menatap sang kaka.

"Kalo Kaka boleh jujur, kaka pengen banget kamu ngambil nya di Jakarta. Gaada yang salah dari masa lalu, Asera. Roda kehidupan terus berputar. Kaka keluar."

Kun tersenyum, tangannya mengelus surai sang adik dengan lembut. Ia segera beranjak dari tempat nya, meninggalkan winwin dengan wajah sayu nya.

Winwin menatap langit dari jendela besar ruangan itu;s alju lembut yang berjatuhan terlihat jelas di matanya.

"Gua harus ingat, kalau sekarang gua althfandra Asera Winata yang beda dari yang 5 tahun yang lalu."

To be continued.

An: anw, sekali lagi aku ingetin okeey? kalau ff ini itu sequel dari ff "Jakarta." jadi, beberapa yang belum terkuak disana bakalan dijawab disini. anw, karena aku repub.. jadi mungkin akan ada perbedaan di beberapa part, tapi alurnya gajauh beda, kok.

Enjoy the story?

Rewrite The Story | YuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang