8.On your deepest fear

691 123 6
                                    

"Ruto..."

.

.

.

Bohong kalau Haruto tak khawatir,tapi tidak bohong juga kalau ia marah.

Dadanya sesak saat ini oleh marah yang entah  datang darimana,namun semua itu pudar ketika dilihatnya yang lebih tua menggigil dalam tidurnya.Haruto niatnya hanya masuk untuk ambil kausnya di dalam kamar,akan tetapi matanya tetap mengarah pada buntalan selimut diatas ranjang.

Ia dekati perlahan si manis pastikan jangan-jangan dia ikutan marah namun betapa terkejutnya Haruto lihat wajah manis itu memerah panas.

"Demam..."gumamnya,bolak-balik telapak tangan diatas dahi si manis.Haruto beranjak dari pinggir Kasur,lalu kembali dengan baskom berisi air hangat dan handuk kecil.Ia pernah membaca entah dimana kalau demam lebih baik kompres dengan air hangat daripada air dingin,itu seingat Haruto.

Telaten tangannya sibakkan poni si manis,kompres dahi dengan handuk basah begitu lembut.Kalau Junkyu tahu Haruto bisa berubah seratus delapan puluh derajat begini pasti sudah berkomentar macam-macam.Toh,Haruto tak peduli sekarang—ia gigit bibirnya resah ketika Junkyu buka mata perlahan,mata cokelat itu sayu tatapnya.

"Haru..."

Haruto bergerak mendekat,berjongkok disisi ranjang."Gimana kyu?apa yang sakit?"tanyanya cemas,Junkyu ada di ambang sadarnya,menjawab lemah.

"Sakit..."kemudian mata lentik itu terpejam lagi.Namun kini kerutan di dahi itu telah hilang—Haruto diam-diam bernapas lega,ia beranjak naik perlahan ke sisi Kasur yang kosong lalu berbaring di sebelahnya. Dalam diam diamatinya presensi disebelah yang tertidur nyaman,pipi gembilnya memerah,kontras di putih kulitnya.

Haruto merasa kurang ajar ambil kesempatan untuk kagumi presensi disisinya ini amat indah disaat yang dikagumi sedang kesakitan,katakanlah ia begitu—dan yang diluar nalarnya adalah,perlahan tangannya usap lembut surai cokelat seperti bayi itu.

Matanya terpejam,rasakan lembut sapu ujung jarinya—perasaan nyaman yang lama ia rindukan,nyaman sekali hingga bawa matanya memberat sedang jemarinya tak henti belai lembut surai cokelat itu.

"Sleep tight,kyu..."

''lagu dan serapah,terdengar di mobilmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''lagu dan serapah,terdengar di mobilmu...'

Rintik hujan hantam sisi mobil itu,sedang penghuni di dalamnya bungkam tak bersuara.Dengarkan hujan bernyanyi dibelakang perdebatan yang mungkin akan terjadi beberapa saat lagi.

"Ruto...aku nggak bisa,"

Yang dipanggil diam,eratkan pegangan pada setir mobil.Mata tajamnya buang tatapan keluar—ego sedang kuasai keduanya kali ini.Mereka yang biasanya jalani hari penuh perasaan membuncah pada akhirnya akan lemparkan kata penuh cekikan dan makian egois.

Lokawigna | Harukyu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang