15.Menangis di jalan pulang

619 89 4
                                    


Junkyu tak tahu...

Haruskah ia bertanya?tidak,bertanya hanya akan memperkeruh keadaan pagi ini.Atau haruskah ia diam saja?haruskah ia tak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan yang semenjak semalam terus bermunculan di kepalanya dan memilih bungkam?

Junkyu bingung,sungguh.

Terlebih mendapati aroma tegang dari Haruto yang terasa mencekik,Junkyu sekarang hanya bisa termangu setengah bingung melihat sang Pemuda Watanabe yang memasukkan semua baju dalam lemari pakaian dengan tergesa,tak menghiraukan sama sekali eksistensi Junkyu.

Ada apa lagi kali ini ?

"Haruto..." cicit Junkyu,dengan resah meremat ujung kaus tidurnya.Haruto menoleh sekilas,lalu sibuk melipat baju-baju kedalam koper.

"Oh?sudah bangun?"sapanya,hanya begitu.Haruto entah kenapa sudah berpakaian rapi kali ini,dengan setelan hitam juga topi hitam tutupi rambut blonde-nya.Jeda sedetik,Haruto tatap Junkyu lekat dengan sorot serius.

"Packing barang lo,Kyu.Pesawat kita jam 12,ke Bali."

Apa?Junkyu tersentak kaget,blank seketika.Ia tak bicara apapun,hanya menatap dua lembar tiket pesawat kelas eksekutif diatas nakas.Pikirannya berkecamuk hebat,antara memberontak ingin ikut mengemasi barangnya sesuai perintah Haruto atau...

"Nggak."

Berhenti,Sang pemuda Watanabe mengerinyit tatap Junkyu yang balik menatapnya tak gentar.

"Kyu?'

"Kamu bahkan nggak jelasin ada apa disini?"jelas Junkyu.Haruto berdecak,usak rambutnya kasar.Lalu ia memegang dua Pundak Junkyu,

"Kyu denger,anak buah ayah udah sampai di Jogja.Nggak mungkin kan kita tetep disini?Mereka cepet geraknya,Junkyu.Jadi sekarang lo kemasi—"

"Nggak" Satu kata dari Junkyu,buat emosi Watanabe Haruto naik ke permukaan.Haruto tak suka ditolak, selama ini Junkyu selalu menuruti perkataannya dan entah mengapa kali ini tidak,

"Buat apa aku harus ikut kamu?Aku bahkan bukan siapa-siapamu,Haruto.Kamu juga orang asing,yang seenaknya perintah ini-itu..."

"Kyu lo kenapa sih,hah ?!"bentak Haruto keras,tapi Junkyu tak gentar.Ia tatap Haruto tepat di manik hitamnya.

"Justru kamu yang kenapa,kenapa kamu nggak jelasin alasan kamu selama ini dikejar-kejar anak buah ayahmu,hm?buronan kamu,iya?dan kenapa harus aku ikutin semua perintah kamu ?"

Cerca Junkyu meski emosi terdengar di suaranya,sementara Haruto meledak sudah emosinya.

"LO SENDIRI YANG BILANG BAKAL NEMENIN GUE?!LO KENAPA SIH AH,KYU!?KENAPA TIBA-TIBA MARAH?"

Junkyu tunjuk laptop Haruto diatas meja,kali ini ia harus menanyakannya,tak peduli jika ini barangkali yang terakhir.

"Disitu...kenapa bisa ada foto gue disana,Haruto?Lebih anehnya lagi kenapa ada foto gue bareng lo?"

Dan jawaban diam dari Haruto buat dada Junkyu terasa dihantam,tak terasa genangan air mata di pelupuk jatuh.Junkyu remat kausnya di depan dada,tubuhnya gemetar hebat menahan emosi.

"Junkyu..."Haruto hendak pegang Pundak yang lebih tua,namun Junkyu tepis.

"Sebenernya lo itu siapa?Lo itu siapa,Haruto?Sebenernya kita apa?"

Junkyu maju selangkah,sedikit terisak kecil,"Apa kita punya hubungan dulu ?dan kenapa gue sama sekali nggak ingat apapun?"

Andai,andai saja Junkyu tahu bagaimana menyakitkan juga untuk Haruto,namun si pemuda lebih memilih diam.Junkyu tertawa miris,membuang muka.

Lokawigna | Harukyu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang